10 tahun yang lalu, Park Jisung tidak lebih dari seorang bocah menggemaskan dengan pola pikirnya yang selalu berotasi kepada makan-main-tidur. Kaki mungilnya hanya akan menendang bola plastik. Mulutnya akan mengerucut lucu ketika bidikannya gagal menembus pertahanan gawang sang lawan. Lantas tangan mungil itu, hanya digunakan untuk makan roti dan membantu teman-temannya.
10 tahun yang lalu, Park Jisung belum mengerti apa arti hidup yang sebenarnya atau seberapa suram dunia yang dia tempati saat ini. Semua yang terlukis di manik hitamnya hanyalah robot-robotan, mobil-mobilan atau bola sepak—hal yang dia sukai. Jisung belum mengerti bagaimana caranya hidup bekerja. Tak ada ketidakadilan, kejahatan atau kecurangan yang memenuhi benaknya sedikitpun. Bahkan sekedar untuk mengetahui apa itu dosa, Jisung hanya bisa menjelaskannya sebagai suatu ganjaran atas perbuatan seseorang.
10 tahun yang lalu, Park Jisung punya banyak impian yang membuatnya belajar sampai kelopak matanya benar-benar tertutup. Hyojoo atau Yeonwoo akan selalu mengiming-imingi dengan berbagai macam mainan baru supaya dia tak pernah kehilangan kobar api semangat untuk tetap menjadi murid baik yang penuh prestasi. Ketika seseorang mengajukan pertanyaan, nanti besar kamu mau jadi apa? Jisung hampir tak bisa menjawabnya. Kepalanya pusing. Tak bisa menentukan satu pilihan untuk dijatuhi sebagai cita-cita tetapnya. Sebab 10 tahun yang lalu, Jisung selalu punya banyak cita-cita setiap harinya.
Hari Senin, Jisung akan terlahir kembali dengan impiannya. Menggerakkan kaki mungilnya, menendang tokoh utama di lapangan itu lantas membidiknya supaya masuk sepenuhnya ke dalam gawang lawan. Pemain sepak bola. Ketika seseorang mempertanyakan, namamu sama kayak pemain sepak bola, Park Ji-Sung, mau jadi pemain sepak bola juga ya? Saat itulah dia merasa tertarik. Pikirnya, apa susahnya menjadi manusia yang pekerjaannya hanya menendang bola? Selain bermain-main, dia juga bisa mengagungkan Korea Selatan, bukan?
Tapi di hari Selasa, saat sebuah iklan peralatan tulis-menulis tampil di layar kacanya, impian itu seakan goyah. Mempertontonkan seorang lelaki paruh baya yang nampak tengah memberi pengajaran perlahan-lahan kepada anak muridnya. Kemudian ketika yang diajari menganggukkan kepala bersama senyum lebar yang terulas, ketertarikan itu kembali menyerang dirinya. Jisung juga ingin menjadi seorang guru. Tokoh yang dengan sabarnya akan selalu gigih mengajarkan sesuatu kepada anak-anak muridnya. Jisung ingin menjadi manusia cerdas. Memberi pengetahuan lain untuk rakyat Korea Selatan. Membawa kemajuan pendidikan di negeri gingseng itu.
Mulanya, Jisung hanya akan jatuh pada dua pilihan di atas. Seorang pemain sepak bola atau seorang guru. Sayangnya, di hari berikutnya, ketika sekolahnya didatangi acara amal donor darah, keinginan itu kembali goyah. Menyaksikan orang-orang itu terbalut dalam jas putih yang semakin menguarkan karisma mereka, memeriksa pasien dengan stetoskop yang terkalung di leher atau menenangkan pasiennya dengan kata-kata lembutnya, membuat hati kecil itu kembali tersentuh. Jisung ingin menjadi orang berguna yang bisa menjaga kesehatan seluruh warga Korea Selatan. Lantas, menjadi dokter pun masuk dalam daftar cita-citanya yang ketiga.
Setiap harinya, impian-impian di masa depan itu akan selalu berubah. 10 tahun lalu, Jisung punya cita-cita menjadi pemain sepak bola di hari Senin, mengajar murid-murid di hari Selasa, menyembuhkan orang sakit di hari Rabu, mengatur lalu lintas di hari Kamis, atau bahkan menjamin kehidupan warganya (menjadi presiden) di hari Jumat. Begitu semuanya kembali berputar. Dengan itu semua, Jisung bekerja keras untuk menjadi murid paling pintar.
Tapi ternyata, semesta seakan menolak keras.
10 tahun kemudian, semua impian itu hilang tak berbekas. Tak menyisakan seberkas cahaya harapan bagi Jisung untuk meraihnya. Semuanya terasa gelap. Pemuda Park itu seakan terjerumus masuk ke dalam lubang hitam, menelannya bulat-bulat seakan dia seonggok manusia yang tak berguna lagi. Jurang keterpurukan, Jisung jatuh terjerembab ke dalamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ATTENTION ✔️
FanficJung Jaehyun sempat mengira bahwa dirinya adalah manusia paling menderita di dunia ini. Mungkin dia terlalu nyaman menutup mata sehingga tak menyadari betapa kejamnya dunia dan berapa banyak miliaran orang di luar sana yang nasibnya lebih buruk keti...