Yuhuuuu ...
Met malem epribadeh! Aurel, Ouia, dan sahabat mereka di sindang! Jadi, memenuhi harapan kalian yang pengen baca kisah mereka di malam sebelum Lebaran, eike apdet sekarang ya. Gak janji bisa kalo lebaran mah, hehehe. Maklum, biarpun eike kagak lebaran, tapi temen2 eike dan keluarga eike yang bhinneka tunggal Ika banyak yang ngerayain, jadi eike pengen ikutan berburu ketupat sama opor dong, sukur2 kalo ada yang bikin rendang, uhuy!
Udah deh, daripada makin laper, nyok baca aje.
*****
Nakula menunggu dengan motornya di depan pintu khusus karyawan dan langsung tersenyum lebar saat melihat Aurel yang melangkah keluar dengan ransel berat di punggungnya.
"Aurel!" panggilnya.
Aurel melihat ke arahnya dengan heran dan segera menghampiri. "Nakula? Ngapain lo?"
"Jemput lo, dong. Ngapain lagi?" Nakula menyerahkan helm. "Nih."
Aurel mengangkat alisnya. "Ngapain lo tetiba jemput gue? Kerajinan amat?" tanyanya sambil memindahkan ransel di depan. "Tapi lumayanlah, daripada gue nunggu bus, lamanya bikin pengen beranak lagi."
Nakula terkekeh. "Bahasa lo."
"Beneran, kok." Aurel menerima helm dan memakainya. "Jangan sengaja ngerem, lo. Tabok!"
"Buset, galak banget."
"Biarin. Laki jaman now tuh emang kebanyakan minta ditabok, makanya harus galak."
Nakula cemberut. "Gue enggak gitu, kali."
"Ye ... mudah-mudahan."
"Memang enggak gitu! Sudah, ah, naik buruan."
Aurel menaiki motor dan mendesak Nakula yang berdecak tapi tak berani memprotes.
"Rel, kita mampir sebentar di tukang bakso dekat gang rumah lo, ya? Gue lapar."
"Wah ... parah. Lo enggak takut kena Covid, makan di tempat sembarangan? Ouia tahu, bakalan dibilang guru yang enggak ngasih teladan, lho, Nak. Sudah tahu pandemi, masih makan di tempat umum."
"Kalau enggak makan di tempat umum, di mana lagi? Memangnya ada yang rela masakin gue? Ikut sebentarlah, gue lapar."
"Gue ditraktir, kan?"
"Ya iyalah."
"Oke. Asal jangan bilang Neng Ouia maminya makan di warung, bisa panjang ceramah kesehatannya nanti."
Tawa Nakula berderai. Keponakannya pasti menggemaskan dalam kesehariannya. Jadi penasaran, bagaimana kalau dia yang jadi ayahnya? Sambil berandai-andai, Nakula pun memutar kunci motor dan tak lama keduanya sudah meluncur di jalan menuju rumah Aurel.
*****
Warung bakso yang dimaksud Nakula sebetulnya cukup bersih dan penjualnya pun menerapkan standar kesehatan yang sesuai. Meja-meja tempat makan diberi jarak dan disediakan hand sanitizer saat pembeli masuk, jadi tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun, seperti kata Aurel, sejak pandemi Ouia sangat menentang makan di warung karena menurutnya tempat umum adalah sarana penularan virus tercepat. Sebagai ibu, Aurel setuju dan bangga dengan kedisiplinan putrinya, tetapi, kadang dia melanggar juga saat terpaksa. Misalnya, saat temannya mengajak. Seperti sekarang ini.
"Sadewa sudah bilang kalau Mama kepingin ketemu lo dan Ouia?"
"Sudah. Rencananya gue ambil cuti buat ke sana bareng Ouia dan kalian."
Nakula mengangguk-angguk. "Rel, apa rencana lo dan Sadewa soal Ouia? Pastinya nyokap gue bakalan tanya, dong, gitu juga orang-orang disekitar rumah lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seleksi Ayah (Cerita Ouia)
ChickLitHamil dan melahirkan di usia remaja membuat Aurel harus menjalani kehidupan yang berat sebagai orangtua tunggal. Namun, dia tidak pernah berputus asa. Bersama Ouia, putrinya yang tomboi dan bercita-cita menjadi astronom, Aurel merajut cerita dan har...