Yuhuuuu
Aurel dan Aurel indehaus! Semoga Ouia cepet dapet penggemar. Uhuy!
So, langsung baca aja yak.
Betewe, ngingetin aja sih, takut kelewatan, novel 2 eike di Playbook Book lagi diskon loh, sampe tanggal 9 Januari tahun depan. Mampir dulu deh sana.
For now .....
---+++++++--------------+++++++++---------Desember 2004
"Kenapa aku harus ke rumah Nenek? Aku enggak mau!"
Ibunya menghela napas, sementara sang ayah menatap tak berdaya.
"Dewa, kamu ngerti kesalahan apa yang sudah kamu buat?" tanya sang ibu.
Sadewa menatap ibunya. "Melakukan yang di film bareng Aurel?" tanyanya balik, polos.
Sang ibu mengangguk. "Itu perbuatan yang hanya boleh dilakukan orang dewasa," jelasnya.
"Terus? Nanti aku juga dewasa, dua tahun lagi punya KTP."
Sang ibu kembali menghela napas dan menatap ayahnya. Sang ayah melarikan pandangan kepada kakak si kembar, Arjuna, yang menggosok belakang kepala karena salah tingkah.
"Kamu lihat akibatnya, Jun?" tanya sang ayah dengan rahang mengetat. "Kenapa kamu sembarangan menaruh DVD itu? Tolol!" Tangannya melayang menampar kepala Arjuna yang berdecak tak terima tapi tidak mengatakan apa-apa.
Ibu mereka memijit pangkal hidungnya. "Cukup, Pa! Percuma kita menyalahkan Juna, semua sudah kejadian."
Sadewa menatap orangtuanya, bingung. "Ini kenapa jadi lebay, sih? Aku sama Aurel kan enggak nyuri atau membunuh? Emang kami salah banget?"
Ibunya menatapnya putus asa. "Yang kamu lakukan itu bisa membuat Aurel hamil."
Sadewa termangu, lalu seringai muncul di wajah manisnya. "Wah ... kayak gitu? Berarti aku bisa jadi papa-papa, dong?"
Ayahnya memukul kepala Sadewa dengan gemas. "Kenapa senang? Kamu sudah mencemari anak gadis orang, merusak masa depannya juga. Jangan nyengir senang!"
Sadewa mengusap bekas pukulan di kepalanya dengan kesal. "Mencemari apaan, sih? Aku bingung."
"Dewa, jadi papa bukan sesuatu yang bisa dilakukan anak seumur kamu. Memangnya kamu tahu tanggung jawab yang harus kamu pikul? Kamu harus bekerja, harus berhenti sekolah ... pokoknya Mama enggak terima! Kamu harus ke rumah Nenek."
Sadewa menggeleng. "Aku enggak mau ke rumah Nenek! Lagian, kalau Aurel betulan hamil kayak kata Mama, nanti aku enggak tahu? Enggak ... aku mau di sini, enggak pa-pa berhenti sekolah."
"Aurel enggak akan hamil. Masak cuma sekali aja langsung hamil?" tukas Arjuna. "Sama-sama masih bocah juga."
Kepalanya ditempeleng ayahnya lagi. "Diam! Siapa penyebab kekacauan ini? Jaga mulut!"
Arjuna memutar mata. Saat itu Nakula masuk ke ruangan dengan wajah cemas. "Aurel dibawa ke rumah sakit, Wa. Kata mamanya mau diperiksa." Cowok itu memberi tahu. Dia memang diminta Sadewa untuk mencari tahu soal sahabat mereka itu karena terakhir bertemu saat kejadian menggemparkan itu, Aurel ditampar ibunya dan dia jadi cemas.
Sadewa mengerutkan kening. "Dia jadi sakit betulan ya? Di apemnya, atau pipinya?"
Nakula mengangkat bahu. "Tauk!"
Ayah dan ibu mereka langsung pucat.
"Papa, bawa Sadewa sekarang juga. Aku enggak rela kalau dia harus ikut hancur bersama Aurel karena kebodohan mereka," pinta sang ibu panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seleksi Ayah (Cerita Ouia)
ChickLitHamil dan melahirkan di usia remaja membuat Aurel harus menjalani kehidupan yang berat sebagai orangtua tunggal. Namun, dia tidak pernah berputus asa. Bersama Ouia, putrinya yang tomboi dan bercita-cita menjadi astronom, Aurel merajut cerita dan har...