Kecurigaan Ouia

6.9K 1.5K 98
                                    

Met Minggu siang!

Lagi ngapain kalian? Nyantai? Atau siap-siap buat besok? Wes, ditemenin sama Neng Ouia dulu ye.

Cekidot.

*****""

November 2020

"Lo itu kalo ngomong kudu disaring, Said. Biar pegimane, Pak Nakula itu guru kita, kagak sopan kalo elo nanya masalah sensitip ntu," tegur Ouia sambil mengetuk dahi Said yang menggaruk-garuk kepalanya.

"Emang ngapa, sih, Ou? Pan gue cuma tanya ntu doang, apenye yang salah dah?"

"Ya jelas salah, dong, Said. Kamu bicara tanpa tedeng aling-aling, kepada seorang guru yang pastinya tidak bisa menjawab dengan jujur tanpa menimbulkan efek serius di belakangnya," jelas Boni.

Said menatap Boni dengan sorot mata kosong. "Lo ngomong apa, dah, Bon? Tedeng kolang-kaling, efek serius di belakang, lo kate efek khusus kayak ntu ... pilem-pilem Barat?"

Boni langsung menghela napas. "Kadang-kadang aku bingung setiap bicara dengan kamu, Said. Kamu itu benar-benar minim dalam penguasaan kosakata ataupun tata bahasa, padahal kamu lahir dan besar di negara yang sama denganku dan Ouia."

"Sebentar, Boni. Jangankan Said, aku juga bingung dengan apa yang kamu katakan barusan," kata Ouia sambil menyengir lucu. "Kalau aku menegur Said karena itu adalah pertanyaan yang tidak sopan ditanyakan pada orang yang lebih dewasa, kalau kamu, efek apa yang mungkin timbul?"

Kali ini Boni memutar matanya. "Aku sungguh-sungguh berharap kamu tidak ketularan Said, Ouia. Efek yang aku maksud adalah, Pak Nakula akan sulit menjawab karena apa pun jawabannya, akan terkesan salah. Kalau dia jawab tidak suka pada Tante Aurel, maka kita pasti akan bertanya-tanya, kenapa dia jadi sering datang? Kita juga akan menganggapnya berbohong. Tapi, kalau dia jawab suka, situasinya akan sangat canggung, karena kita akan berpikir, kok Pak Nakula begitu? Berani sekali dia menyukai seorang wali murid? Itu kan sebuah pelanggaran etika? Kalian mengerti?"

Ouia dan Said membulatkan bibir mereka berbarengan.

"Oh, kalo gitu mah gue juga ngarti, Bon. Elo aja yang pake bahasanya belibet," gerutu Said.

"Kalau kamu mengerti, Said, kenapa masih bertanya?"

"Emang enggak boleh?"

Boni dan Ouia memutar mata berbarengan.

"Elo ntu emang kagak bisa nyaring mane yang boleh dan enggak boleh, ye, Id?" sindir Ouia. Dia berjalan mendahului kedua sahabatnya menuju ke kasir untuk membayar belanjaan mereka.

Saat itu ketiganya memang berada di sebuah minimarket untuk membeli minuman dingin karena Ouia mendadak ingin sekali jajan, padahal biasanya tidak pernah. Untuk pertama kalinya juga dia membayari kedua sahabatnya, karena ... anehnya, Nakula tadi memberinya uang jajan. Tentu saja ketiga remaja itu keheranan. Untuk apa sang guru memberi jajan kepada Ouia?

"Ou, boleh aku bertanya?" Boni menatap Ouia dengan mata sipitnya.

Ouia mengangguk. "Boleh."

Boni berpikir sejenak. "Apa hubungan kamu dengan Pak Nakula? Kenapa sepertinya dia begitu peduli pada kamu?"

Ouia menerima uang kembali dan mengantonginya. Dia menyerahkan kaleng minuman kepada Boni dan Said, dan berjalan mendahului mereka. "Kalau aku memberi tahu kalian sebuah rahasia, jangan sampai bocor, ya?" pintanya sambil menatap Boni, lalu Said.

Kedua sahabatnya spontan mengangguk.

Ouia menghela napas. "Pak Nakula itu omku, dia kakak dari ayahku, Boni, Said."

Kedua temannya ternganga. "Kakaknya ayah kamu?" ulang Boni.

"Lah ... bukannya elo itu...." Said tidak meneruskan kalimatnya. Kali ini cukup bijak untuk tidak menyuarakan pikirannya yang selalu polos.

Seleksi Ayah (Cerita Ouia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang