Keputusan

7.6K 1.8K 173
                                    

Yuhuuu...

Met Kamis siang ol! Ada yang nunggu anak kesayangannya Mami Aurel gak? Tapi Mami Aurel gak manggung dulu kali ini, ya. Gantinya, ada tokoh cewek baru yang bakalan bikin kalian terseponah. Siapa? cuss....

******

"Jadi, lo mau ngomong dulu sama Padma?"

Sadewa mengangguk. "Gue enggak akan bisa beresin semua kalau enggak mulai dengan jujur pada Padma. Kemarin itu gue terlalu impulsif, main jalan ke sini tanpa bicara sama dia. Gue rasa, enggak adil kalau dia dengarnya sepotong-sepotong lewat telepon."

Nakula ikut mengangguk. "Bagus. Mudah-mudahan Padma enggak keberatan dengan kehadiran Ouia dan Aurel, ya, Wa."

Sadewa menghentikan gerakannya memasukkan baju ke dalam koper, dan tersenyum pahit. "Gue rasa, keberatan ataupun enggak, gue tetap akan putus dengan Padma, Nak."

Nakula termangu. "What? Serius? Memangnya Aurel pasti terima lo sampai lo harus putus dengan Padma? Dia nyuruh lo untuk tanggung jawab sekarang?"

Sadewa menggeleng. "Aurel malah belum tentu mau sama gue, tapi bukan berarti gue berhenti berusaha, kan? Maksud gue, seenggaknya gue harus berusaha meraih hati Ouia dulu, dan itu enggak akan mungkin kalau gue berhubungan dengan seseorang yang bukan ibunya. Sedangkan untuk saat ini, Ouia adalah prioritas hidup gue, Bro."

Nakula terdiam, sementara Sadewa meneruskan pekerjaannya. Dia berjalan ke kursi dan duduk di situ. Keningnya berkerut, sementara matanya menyipit, tanda kalau dia sedang berpikir keras.

Harusnya Nakula sudah memperkirakan ini akan jadi keputusan Sadewa, toh dia yang memberi tahu adiknya itu tentang Aurel dan Ouia. Sadewa memang sering plin plan dan terkadang agak terlalu sentimentil, tetapi dia juga mudah ditegur. Jika diberitahu kesalahannya, Sadewa akan menerima dengan lapang dada, dan saat melihat ada cara menebus kesalahan itu dia akan melakukan apa pun meski sulit. Termasuk mengorbankan kebahagiaannya pribadi.

Namun, setelah bertemu Aurel, Nakula jadi ingat perasaannya waktu mulai puber dulu. Dia pernah suka pada Aurel, meski tidak ada yang tahu. Cinta monyet, istilahnya. Kini, melihat betapa cantik dan menariknya Aurel versi dewasa, dan betapa banyak perubahannya dalam artian yang baik, Nakula mulai merasakan benih suka lama yang bersemi kembali. Dia bahkan mulai berandai-andai, kalau saja Aurel menolak Sadewa dan mau menerimanya, dia tidak keberatan menjadi ayah dari Ouia.

Apakah salah kalau dia berpikir begitu? Toh Sadewa punya Padma. Kalau sekarang Sadewa malah akan memutuskan hubungan pertunangannya, apakah berarti dia tidak boleh berharap akan bisa mendekati Aurel?

"Apa lo akan mendekati Aurel?" tanyanya, menyuarakan rasa penasaran.

Sadewa mengangkat bahu. "Gue enggak yakin Aurel mau sama gue. Entahlah," jawabnya. "Yang penting, kerjain satu per satu dulu."

Nakula tercenung. Kalau Sadewa saja tidak terlalu yakin Aurel akan menerimanya, berarti kemungkinan Aurel memilih siapa saja, dong? Dia masih boleh berharap, kan?

Mungkin kesannya Nakula itu seperti pria yang tidak punya pilihan karena masih saja menyimpan rasa pada perempuan yang sudah terpisah lima belas tahun lamanya. Dia sendiri tidak tahu kenapa tidak pernah jatuh cinta sekali pun pada wanita-wanita yang ditemuinya, dan malah langsung merasakan apa yang dia rasakan terhadap Aurel dulu sekali. Apakah karena karakternya yang terlalu kutu buku dan pemalu, dan Aurel satu-satunya perempuan dalam hidupnya yang tidak membuat dia merasa grogi?

****

Ouia mengerutkan kening melihat siapa yang pagi-pagi ada di depan rumahnya, berdiri dengan sebuah koper kecil sambil memandangnya dengan tatapan berharap.

Seleksi Ayah (Cerita Ouia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang