Kumpul Wayang

4.9K 1.4K 156
                                    

Met malam epribadeh!

Sudah tidur semuakah? Kalo belum, Aurel si jagoan mau tayang yak.

Sekalian kasih info kalian yang penasaran sama cerita Steven apakah akan jadi dengan Keke atau malah dengan Vivian, cuss deh kalian meluncur ke akun eike di Karyakarsa ya. Nama akun eike tetep Winnyraca dan ini cover ceritanya.

 Nama akun eike tetep Winnyraca dan ini cover ceritanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

For now, cekidot!

********

"Gue denger lo bunting sama Dewa? Kok bisa?" Arjuna bertanya sambil meletakkan gelas berisi es kopi di depan Aurel yang langsung menyambar dengan penuh sukacita.

"Bisalah, Bang! Gue perempuan, Dewa laki. Kecuali gue sejenis sana Kucinta Luna, buntingnya ya cuma halu," jawab Aurel sambil langsung menyeruput kopinya.

Arjuna tertawa. "Ngomong lo masih asal njeplak aja kayak waktu bocah," komentarnya. "Terus, gimana? Lo buang janinnya?"

Aurel tertegun, sebelum kemudian mendengkus. "Lo kira janin itu sampah, apa, Bang? Ya enggaklah. Anak gue sama Dewa sekarang udah gede, udah seumur gue waktu main kuda-kudaan sama Dewa."

Arjuna melongo. "Serius lo? Enggak lo buang? Hidup lo susah dong gara-gara tuh anak? Lo bego, ya?"

Aurel mengerutkan kening. "Mulut lo jahat amat, Bang. Bukan hidup gue doang yang susah gara-gara kesalahan itu. Hidup dia, nyokap bokap gue, sama nyokap bokap lo juga susah. Namanya juga kesalahan, pasti ada konsekuensinya. Bukan dia yang bikin gue susah, tapi sebaliknya. Lo ngomong enteng banget kayak gitu, enggak nyadar yang lo omong itu ponakan lo sendiri, Bang?"

Arjuna mendengkus. "Gue kan cuma ngomong seadanya, realistis, Rel. Cewek yang bunting padahal enggak ada jaminan tanggung jawab itu tolol. Kalau sudah ngerti kesalahannya itu gede, ya move on, dong. Cari solusi. Mumpung belum jadi, buang aja janinnya. Memangnya bukan dosa kalau tetap melahirkan terus anak itu disebut anak haram dan di-bully? Sama aja nyusahin tuh anak, kan?"

Aurel menatap kecewa. "Enggak ada yang namanya anak haram, Bang, yang ada otak manusia yang haram kalau mikirin hal-hal yang jahat dan kotor, kayak otak lo yang isinya sampah. Heran gue, umur lo sih tambah, pola pikir masih kayak abege sarap kelebihan hormon gitu. Nyesel gue bilang Pak Ferdi kenal sama lo." Dia bangkit dari kursinya, lalu menaruh selembar uang di meja. "Nih, gue bayar kopinya. Enggak sudi gue minuman gratis dari orang gila yang sok bener kayak elo."

Dengan langkah berderap, Aurel pun keluar dari dalam kafe milik Arjuna yang memandang kepergiannya sambil tersenyum geli. Ternyata perempuan tomboi itu masih seperti dulu, temperamental dan berprinsip. Sayang, dia malah punya anak dengan si cengeng Sadewa, padahal Arjuna tidak keberatan untuk jadi pria pertama baginya.

Sebetulnya, saat itu Aurel tidak bertepuk sebelah tangan menyukainya, karena dia juga sudah menyukai perempuan tomboi yang meski dulu terlihat dekil karena sering main panas-panasan itu. Aurel sudah terlihat cantik sejak kecil, dan ternyata makin cantik sekarang.

Seleksi Ayah (Cerita Ouia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang