3. Pertemuan

1.8K 253 29
                                    

Dulu acara kumpul keluarga merupakan salah satu acara yang paling ditunggu-tunggu oleh Prilly. Ya, karena dia memiliki begitu banyak hal yang bisa dia banggakan di acara itu. Dia memiliki segudang prestasi yang tidak bisa dibantah oleh anggota keluarganya. Tidak ada yang berani meragukan prestasi Prilly. Semua orang memberikan hujaman kasih sayang kepadanya dan juga kalimat pujian sepanjang acara yang mengalir untuknya. Namun, semuanya berubah nyaris tiga puluh enam derajat sejak Prilly membatalkan perjodohannya dengan Dave beberapa tahun silam. Sejak kejadian itu, setiap kali Prilly hadir, semua orang menatapnya dengan sebuah tanda tanya besar di ekspresi mereka. Tidak ada lagi yang memuji Prilly seakan-akan Prilly melakukan kesalahan besar semenjak kejadian itu.

Tidak berhenti sampai di sana, bungkam yang Prilly dapatkan perlahan berganti menjadi bisikan yang berupa sindiran pedas. Tidak ada yang bisa Prilly lakukan saat acara keluarga semenjak kejadian tersebut. Kepalanya senantiasa tertunduk dan dia memilih duduk diam di meja keluarga intinya tanpa memiliki niat untuk berbaur dengan para sepupunya seperti biasa.

Seperti acara keluarga yang sudah-sudah, Prilly tidak bisa menolak untuk tidak hadir. Keluarga inti memaksanya untuk hadir dan tidak ada alasan penolakan apa pun. Awalnya Prilly berniat untuk mengajak Ali.  Namun, kebetulan malam ini kekasihnya itu tengah disibukkan dengan setumpuk laporan yang belum sempat terselesaikan. Prilly tidak ingin memaksakan kehendaknya karena Ali sendiri pun terlihat sudah sangat lelah saat di telepon tadi.

To: My Bae
Data selulernya
jangan dimatikan ya, Yang🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺

Ntar aku nggak punya teman loh di sana

My Bae
Siap. Call me if you need me.

Me
Kamu bakal ke sini?

My Bae
Kamu mau?
Enggak papa kalau mau.

Me
😆😆😆
Enggak. Kerjaanmu banyak banget.

My Bae
Sorry ya🙃

Setelah memberikan balasan panjang untuk pesan singkat Ali, Prilly pun mulai membawa mobilnya bersatu dengan kendaraan lain di jalan raya. Setelah terbiasa menjalani hidup biasa saja, Prilly merasa dia mulai muak dengan agenda kumpul keluarga yang selalu diisi dengan ajang pamer yang tidak ada hentinya. Ah, padahal dulu Prilly sangat menyukai sesi tersebut. Sebab keluarganya adalah yang terbaik dalam hal pamer kelebihan. Setelah mengendarai mobil selama kurang lebih setengah jam, Prilly tiba di kawasan perumahan mewah yang dikhususkan untuk keluarga Danadyaksa. Satpam menyapanya dengan ramah seperti biasanya—yang juga Prilly balas tidak kalah ramah. Untuk hal yang satu itu, Prilly baru bisa melakukannya ketika dia sudah hidup seorang diri di luar kawasan Danadyaksa.

Mobil yang dikendarai oleh Prilly melewati jalanan yang cukup terang malam ini. Di kanan-kiri terdapat hamparan taman yang begitu luas dengan sebuah patung kuda yang terletak di tengah dengan dikelilingi lampu taman yang menyilaukan. Bangunan utama di kawasan ini masih jauh dari taman yang Prilly lewati dan sepanjang itu pula Prilly merenung dalam diamnya. Ketika bangunan utama Danadyaksa mulai terlihat, tanpa sadar Prilly menahan napasnya cukup dalam. Halaman rumah sudah dipenuhi oleh jejeran mobil mewah yang terparkir rapi. Beberapa orang tampak duduk di taman bangunan utama dengan senyuman menghiasi wajah mereka. Mungkin di sini hanya Prilly yang ingin segera pulang dari acara ini.

Ketika mobil yang Prilly kendarai berhenti di halaman rumah, beberapa orang yang duduk di taman melihat ke arahnya dengan ekspresi wajah penasaran mereka. Setelah mengatur pernapasannya yang tidak kunjung normal, Prilly keluar dari mobil dengan ekspresinya yang dia atur seperti Prilly Danadyaksa di masa lalu.

"Wow, dia hadir."

"Dia datang sendirian."

"Ah! Mana mungkian dia berani membawa pacar hasil curiannya itu."

Klasik by CATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang