27. Deep Talk

1.3K 226 21
                                    

Lagu Benci untuk Mencinta dari Naif terputar, memenuhi ruangan kamar pagi itu, menyambut Ali begitu laki-laki itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang tersampir di pundak. Laki-laki itu berjalan mendekati jendela kamarnya setelah menyempatkan menggantungkan handuk di belakang pintu. Ruangan yang sejak tadi hanya mendapatkan pencahayaan dari sinar matahari yang menembus dari kaca, kini sudah terang sempurna bersamaan dengan air yang berhembus tenang, terasa dingin di kulit.

Ali berdiri di sisi jendela dengan kedua telapak tangan yang bertumpu pada kusen cukup lama. Dia tidak melakukan apa-apa. Matanya hanya menatap lurus diikuti napas yang terhela tenang. Ketika lagu dari Naif beralih ke lagu Halu dari Feby Putri, Ali beranjak dari sisi jendela menuju lemari kayu. Ali menatap pada baju yang tergantung dari kanan ke kiri, kemudian beralih ke bawah. Alih-alih mendapatkan baju lapisan yang akan dia gunakan, Ali justru mendapati kotak kayu jati di bagian bawah lemari miliknya, terlihat sudah lama tidak tersentuh. Bahkan kemarin ketika Ali merapikan baju di lemari, dia sama sekali tidak menyadari kotak kayu jati tersebut. Diserbu rasa penasaran akan isi kotak tersebut, Ali bersimpuh sebentar hanya untuk mengambil kotak tersebut, kemudian membawanya ke atas coffe table di dekat pintu kamar. Di penutup kotak kayu tersebut sudah dihampiri debu hingga Ali harus pelan-pelan ketika membukanya. Benda pertama yang Ali lihat adalah kotak cincin akrilik di mana dua cincin masih terpasang di bantalan kotak cincin tersebut. Tubuhnya luruh, terduduk di kursi dengan keterkejutan yang terlihat jelas di wajahnya.

Ali terlihat seperti sudah kehilangan sebagian kewarasannya ketika melihat kotak cincin akrilik tersebut. Kelopak matanya terlihat bergetar ketika terpejam untuk beberapa saat. Sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat, kini kembali menjadi bencana dalam bentuk ingatan-ingatan menyakitkan seperti yang terjadi di dapur kemarin sore. Dan sumber dari semua kekacauan dan hilangnya kontrol Ali terhadap dirinya sendiri adalah satu orang yang sama. Masih satu orang yang sama yakni, orang yang dulu menerima banyak pujian darinya, menerima rasa percaya Ali amat besar, dan memberikan banyak ekspetasi luar biasa bagi Ali.

"Lihat? Aku udah rancang desain cincin pernikahan kita. Menurut kamu gimana?"

"Punyaku yang ini aja, Wa."

"Siap, Sayang. Cincin kamu mau ada namaku atau hanya simbol gitu aja?"

"Terserah kamu, mana yang kamu suka."

"Hng ... namaku boleh?"

"Boleh."

"Sayang bangetttt. Oke. Punyaku juga akan kubuat sederhana dari ini, biar kita sama."

Gelombang flash back itu terus menyerang Ali tanpa henti dengan ingatan-ingatan acak yang sangat Ali benci sesudah insiden tersebut. Dan berhenti. Ingatan-ingatan itu tiba-tiba terhenti ketika Ali meraih kotak cincin akrilik tersebut dengan jemari gemetaran, kemudian dibukanya dengan kewarasan yang tersisa. Dua cincin ini tidak seharusnya Ali simpan. Ya, seharusnya sudah dia buang jauh-jauh begitu benda ini ada di kamarnya begitu dia diperbolehkan pulang dari rumah sakit jiwa. Karena benda terkutuk ini juga, Ali mengalami hari yang sulit setelahnya.

Lian - Wawa

Dua nama itu tercetak di lingkaran dalam cincin tersebut, baik cincin milik Ali maupun milik Mawar. Banyak sudah Ali dan Mawar rancang ketika mereka memutuskan untuk maju ke jenjang yang lebih serius. Mereka mengurus semuanya sendiri; mendesain undangan, mencari inspirasi tema pernikahan, jasa catering yang akan mereka gunakan, dan banyak lagi. Akan tetapi, semuanya hancur dalam kedipan begitu Mawar bermain di belakangnya. Tidak sekali. Ya, tidak sekali, tetapi berkali-kali hingga sudah tidak terhitung seberapa sering Ali berusaha untuk tutup mata, mencoba memaafkan perempuan itu dalam balutan kekecewaannnya. Mawar tidak tahu, karena Ali menyimpannya sendiri. Dia menutupi kesalahan kekasihnya dengan sangat baik, mengalah ketika Mawar mulai menggila mengajak dia bertengkar, memaafkan meski terkadang Ali terlalu marah untuk memberikan hal tersebut, menjadi pelampiasan kemarahan Mawar meski sebenarnya Ali juga lelah, dipaksa menjadi pelaku padahal Mawar yang melakukan, dan banyak hal lagi yang dilakukan oleh Mawar untuk menghancurkan mental Ali yang saat itu sebenarnya sudah tidak baik-baik saja. Orang-orang kerap menyebutnya toxic relationship. Ya, racun. Racun yang sangat berhasil membuat Ali ketakutan setengah mati dengan yang namanya pernikahan dan juga keseriusan. Mawar berhasil menyebarkan virus di otaknya, membuat Ali berasumsi jika kesetiaan itu omong kosong, janji itu hanya bualan, dan pernikahan hanya sebuah ritual yang akan menambah beban hidup Ali. Mawar sangat berhasil merusak pikiran dan juga hidup Ali hingga dia luluh lantak, menjelma menjadi pengecut yang akan lari ketakutan ketika orang-orang membahas tentang pernikahan.

Klasik by CATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang