Dubai dengan gedung-gedung pencakar langit, jalan raya yang lenggang, dan juga arsitektur kota yang tertata rapi adalah perpaduan yang cukup untuk memanjakan mata. Namun, sayangnya, Ali tidak memiliki tenaga dan semangat yang memadai untuk mempedulikan itu semua. Kepalanya terkulai, bersandar ke jendela dengan kesadaran yang menipis. Padahal tadi pria itu sudah memiliki tanda-tanda akan jatuh tertidur sejak masuk ke dalam mobil. Namun, alih-alih tidur, yang dilakukan Ali hanyalah melamun. Athaya yang duduk di sebelah sepertinya tidak mengambil pusing kelakuan putranya yang mungkin nyawanya belum terkumpul sempurna dengan memilih sibuk dengan iPad dalam genggaman tangannya.
"Nyawa kamu masih tertinggal di Jakarta, Arlian?" ujar Athaya bermaksud bercanda. Nada suaranya pun terdengar geli, perpaduan antara diamnya Ali dan sikap aneh putranya tersebut. "Tenang saja. Di sini, kamu masih bisa menikmati beberapa hidangan khas Indonesia."
Ali melihat papanya dengan menoleh sedikit. "No. Aku nggak lagi mikiri makan," ungkap Ali tidak membenarkan gagasan Athaya. Pria itu menatap sang papa dengan serius, tentunya masih dengan wajahnya yang terlihat lesu.
"So, kamu sedang memikirkan apa?"
Terdengar helaan napas berat yang sepertinya sudah ditahan selama mungkin. "Apa aku harus berpakaian seperti Papa?"
"Seperti Papa?" beo Athaya, kemudian melihat pakaian yang dikenakannya. "Like this? Ini namanya kandora," beritahu Athaya, tak lupa tersenyum ke arah putranya.
"Ah, i see. Aku harus pakai itu juga?" Ali bertanya dengan nada sangsi yang terang-terangan. "Honestly, aku sholat ke mesjid aja pakai kemeja dan celana bahan."
Athaya tertawa lirih, terlihat manis dengan dua lesung pipinya yang cukup dalam. "Kamu enggak pernah pakai jubah?"
"Aku mau ke mana pakai jubah, Pa? Senin ke Jumat, aku dari jam delapan sampai jam setengah lima di kantor. Sabtu? Urus bisnis, terkadang isi seminar. Minggu? Sudah pasti di rumah untuk istirahat. Lagi pula, aku enggak punya satu pun jubah di lemari. Oh, ini ...." Saking bingungnya akan mengatakan apa lagi, Ali memilih untuk menghela napasnya. Pria itu sepertinya kehilangan sebagian susunan kosa kata di kepalanya.
"You can wear anything. Selama masih sopan, itu bukan masalah," jawab Athaya tenang. Pria itu tampak senang melihat raut wajah frustrasi putranya. Banyak Athaya paham bahwa beberapa perubahan memang sangat mampu untuk membuat seseorang stres dan memikirkannya dengan begitu serius. Karena Athaya pun, pernah ada di titik tersebut.
"Itu buat aku sedikit tenang untuk saat ini. Mungkin nanti, aku akan belajar untuk terbiasa dengan kebiasaan di sini."
"Kamu harus! Lagian, ada kalanya Papa akan paksa kamu untuk kandora," Athaya menyentuh lengan kandora putihnya. "ghutrah," tambahnya menyentuh kain yang mirip kerudung, berbentuk persegi berwarna putih. "dan agal," tutup Athaya menyentuh lilitan tali hitam di atas kepalanya.
Selama Athaya menyebutkan bagian-bagian tersebut, Ali tanpa sadar sudah menatap papanya tanpa berkedip sama sekali. Pria itu seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ditunjuk satu per satu oleh sang papa.
"Aku kayaknya bakal minta mama untuk jemput aku di sini," gumam Ali pelan sekali, tetapi masih bisa ditangkap oleh indera pendengaran milik Athaya.
"Son, calm. Papa hanya bercanda."
"Dan Papa sepertinya benar-benar berniat untuk bercanda."
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih setengah jam dari bandara dan melewati pusat kota Dubai, akhirnya mobil yang dikendarai oleh supir Athaya mulai memasuki kawasan tempat tinggal dengan hamparan rumput hijau berpotongan rapi di sisi kanan dan kiri. Ali juga sempat melihat beberapa orang yang sedang bermain golf di area taman, di saat matahari sedang bersinar begitu teriknya di atas sana. Dari gerbang masuk, dibutuhkan waktu sekitar lima menit untuk benar-benar tiba di depan pagar raksasa berwarna hitam dengan lampu-lampu kecil di sisi kanan-kiri pagar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klasik by CA
Fanfiction"Sayang, ini pertama kalinya aku belanja sepuluh juta dapat banyak, ih!" "Iya, Beb, iya." ** Ali tidak tahu mengapa dia bisa begitu mencintai gadis manja sekaligus perempuan yang hidupnya seperti tuan putri itu. Padahal sejak dulu Ali paling menghin...