Isu Skandal Dave Andre Winata Menghancurkan Proyek Besar Winata Grup
Digadang-gadang akan menjadi Pewaris Tunggal, Direksi Perusahaan Menilai Dave Ambil Langkah Salah
Gerry Winata Menyebut Danadyaksa Ahli Dalam Manipulasi Fakta
Prilly Danadyaksa Membenarkan Rumor Perselingkuhan Sang Calon Suami Melalui IGS Rami Danadyaksa
Ali membaca headline news di beranda salah satu situs berita yang biasa diaksesnya. Niat awalnya hanya ingin membaca seputar dunia bisnis dan juga pergerakan saham perusahaan seperti biasa. Namun, alih-alih mendapati berita seputar saham di kolom terbaru, Ali justru melihat berita seputar perusahaan Winata Grup dan juga Danadyaksa Corp. yang tidak berhenti diperbarui sejak tadi. Ali tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan dua perusahaan raksasa ini dan juga tentang isu skandal seorang Dave Andre Winata jika saja berita tentang Prilly tidak menyusul di bawahnya.
Tidak mengakses media berita dan media sosial sebentar saja ternyata membuat Ali ketinggalan akan banyak perkembangan baru. Dari headlines yang sejak tadi dia baca, Ali bisa menarik garis kesimpulan jika Dave Andre Winata kepergok selingkuh di Lombok dan berita tersebut dikabarkan disebar oleh Rami Danadyaksa, sepupu Prilly. Ah, sejujurnya Ali sedikit tidak suka dengan perasaan yang saat ini ia rasakan, terlebih Prilly sempat meninggalkan missed call pukul dua tadi pagi.
Dia sudah mencoba menghubungi nomor Prilly, hingga menghubungi nomor bisnis gadis itu yang mana hal tersebut tidak pernah Ali lakukan sebelumnya. Namun, hasilnya nihil. Kedua nomor telepon Prilly sudah berada di luar jangkauan. Tidak berhenti sampai di sana, Ali mencoba menghubungi nomor asisten Prilly, bunda Lala, yang mana dia tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Bunda Lala hanya mengatakan jika wanita itu tidak tahu di mana keberadaan sang atasan.
Di saat Ali sedang mencoba untuk menghubungi Safri guna menanyakan perkembangan kabar tentang Max, pundaknya ditepuk pelan beberapa kali. Menoleh, Ali melihat Athaya sudah mengganti pakaian yang biasanya selalu digunakan ketika berada di Timur Tengah menjadi setelan kemeja dan juga celana bahan. Hal tersebut kontan membuat Ali menatap sang papa penuh bingung.
"Mau pergi kemana?" Ponsel yang berada di dekat telinga ia turunkan dan sambungan telepon ke Safri juga dimatikan begitu saja. "Tumben banget Papa pakai setelan kayak direktur begini," kata Ali mengomentari.
"Papa kan, memang direktur. Lupa Mas, ya?" Athaya menanggapi setengah bercanda sambil memasang arloji di pergelangan tangannya. "Besok mama ulang tahun. Kamu enggak lupa, bukan?"
"Hng ... sebenarnya lupa. Terus apa hubungan Papa pakai setelan begini sama ulang tahun?"
"Memangnya aneh? Ini normal, Mas. Ngomong-ngomong, permasalahan kamu dengan perempuan yang tadi pagi bagaimana? Sudah selesai?" Selesai mengenakan arlojinya, Athaya duduk di sofa dan lanjut berkutat dengan ponsel pintarnya. "Kalau bisa, segera selesaikan. Takutnya nanti jadi fitnah yang lebih besar."
"Iya, Pa. By the way tentang ulang tahunnya mama, aku jadi bingung mau kasih apa." Ali meletakkan ponselnya di atas meja. "Ada rekomendasi?"
Dengan masih sibuk dengan ponsel pintarnya, Athaya menjawab, "kamu menikah dengan seseorang mungkin bisa menjadi hadiah."
"Pa, serius."
"Loh??"
"Itu rekomendasi yang nggak membantu," ujar Ali menolak ide Athaya begitu saja.
Athaya tertawa lirih. "Baiklah. Kamu mau ikut, tidak?"
"Kemana?"
"Ketemu teman lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Klasik by CA
Fanfiction"Sayang, ini pertama kalinya aku belanja sepuluh juta dapat banyak, ih!" "Iya, Beb, iya." ** Ali tidak tahu mengapa dia bisa begitu mencintai gadis manja sekaligus perempuan yang hidupnya seperti tuan putri itu. Padahal sejak dulu Ali paling menghin...