✏Tiga

102 94 28
                                    

Happy reading 📖
🍓

°°°°°

Mataku menatap pantulan wajah kami berdua di hadapan cermin besar dekat wastafel, tangan Vita bergerak membasuh wajahnya dan menggosok-gosok pelan pipinya guna menghapus noda spidol ulah perbuatan Bastian.

"Mell," Panggil Vita yang sekarang sudah selesai dengan aktivitasnya.

Satu alis kananku terangkat menunggu lanjutan pertanyaannya, "Loe kenal sama Aiden?" tanyanya yang berhasil membuatku menelan ludah susah payah.

Langkah terburu-buru untuk keluar dari kelas sengaja menghindar dari lelaki yang bernama Aiden, tidak aku sangka Vita malah membahasnya. Tubuhnya bersandar di tembok, matanya menatap ke arahku lurus. Sepertinya Vita sudah menyimpulkan dengan keterdiamanku, terbukti dengan hela nafas kasarnya.

"Jangan terlibat jauh sama dia," ucapnya terdengar seperti tidak ada semangat hidup.

Aku kembali menelan ludahku, mendengar kalimat yang sepertinya banyak mengandung arti negatif membuatku merasa takut dan merasa salah sudah terlibat dengan Aiden.

"Vit," panggilku lirih.

Vitta menggeleng pelan, "Pas di aula ingat?" tanyanya mencegahku untuk berbicara sehingga membuatku flashback dengan kejadian di Aula kemarin, "Kesan pertama Aiden sudah sangat menakutkan."

Suasana hari pertama sekolahku terasa sangat memberatkan karena kehadiran seorang Aiden, aku pikir Aiden tidak lah bahaya. Ternyata salah, aku sudah ada di daftar target Aiden. Kedua bola mataku beralih dari tatapan Vita ke arah perempuan yang baru saja keluar dengan senyum mengejeknya, langkahnya tetap tenang tanpa menyapa ke arahku.

"Bina," panggilku namun sepertinya ia tidak mendengar atau memang sengaja tidak mendengar karena langkahnya yang sekarang sudah keluar dari pintu toilet perempuan.

Sabrina? Perempuan itu, rasanya aku yang terlalu bodoh atau apa sih dulu? Kenapa aku percaya dengan omongannya itu? Tapi aku pikir kalau teknik yang paling kuat adalah saling percaya.

"Kenal?" tanya Vita yang langsung aku balas dengan gelengan kepala, "Ada masalah sama Aiden?" Tanya Vita lagi kembali ke topik utama.

"Vit, gwe takut." ucapku jujur setelah mencerna dan memasukkan teori mengenai Aiden.

Tangan Vita terulur memegang bahuku yang selanjutnya tidak ada kata-kata atau kalimat yang keluar dari mulutnya, hal itu membuatku semakin takut dengan aksi-aksi yang mungkin Aiden akan lakukan terhadapku.

°°°°°

"Gwe beli jus strawberry dulu ya, loe tunggu di meja aja." Aku pamit dan meninggalkan Vita yang sedang memakan Batagornya.

"Gk usah ikut ngantri, biar aku aja yg beliin,"

"Mending sama aku aja mell, jangan mau sama dia mah,"

"Beli apa? Abang bayarin semua,"

Kedua bola mataku memutar jengah, merasa risih dengan keberadaan mereka, hal itu membuatku merasa seperti anak presiden atau anak konglomerat. Tidak wajar dan tidak lazim.

"Ah, terima kasih. Tapi maaf gwe bisa beli sendiri, terima kasih," Tolakku secara halus agar mereka tidak kecewa dan berakhir membenci, rasanya canggung kalau di hari pertama sekolah sudah ada yang tidak suka terhadapku. Ya, walau sudah ada sih.

Beauty stress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang