✏ Delapan

55 48 36
                                    

Happy Reading 📖
🍓

🎵Rahasia Hati

•••

"Kenapa gak ada yang jualan strawberry sih disini?" tanyaku pada Aiden yang sedang asik memakan bakpao.

"Heh bodoh, disini gak ada makanan Elit." Jawabnya setelah menghabiskan lima bakpao dalam waktu dua menit.

Heran gwe sama nih anak, tampang nyeremin, pakaian Brand, motor gede, otak pinter, makan kesukaannya bakpao? Gak heran sih, pantes aja setiap di kantin nyuruh brliin bakpao mulu.

Jadi dibalik pintu kayu itu terdapat sekumpulan para pedagang kaki lima dari yang jualan cilok, siomay, batagor, empek-empek, bakpao, cireng, dan banyak lagi deh. Pantas saja, Aiden kesal karena aku menanyai makanan elit. Tapi, kalau dipikir-pikir Strawberry bukan makanan elit juga, sih.

"Besok besok, kalau loe kesiangan langsung lewat sini aja," ucapnya menyerahkan sebuah kunci kecil.

"Makasih," jawabku setelah menerima kunci tersebut dan menyimpannya di saku seragamku.

"Jangan loe kira gwe perduli ya sama loe, gwe cuma gak mau loe telat terus gak ada yang disuruh-suruh deh," ucapnya yang langsung berdiri.

Baru saja aku akan memujinya karena baik, namun setelah mendengar kalimat lanjutan yang terdengar menyebalkan itu membuat aku ingin memukul kepalanya saat ini juga. Dia pikir dia siapa? Nenek moyang yang memiliki kekuatan magic? Nyatanya, kalaupun Aiden tidak memiliki kekuatan itu aku sama sekali tidak berani.

"Makasih ya mang, besok-besok saya kesini lagi." ucapnya tersenyum kepada Bapak penjual bakpao.

"Sama-sama nak Aiden, ngomong-ngomong tiga curut kemana nih? Malah bawa cewek cantik." tanyanya sambil melirikku. Aku paham betul mengenai tiga curut yang mang-mang itu katakan, siapa lagi kalau bukan tiga cowok yang sama gesreknya dengan Aiden.

"Paling mereka lagi main di toilet," Jawab Aiden ngasal.

"Ya udah saya duluan ya pak." Pamit Aiden kepada semua pedagang kaki lima.

Terlepas dari pikiran buruku, ternyata anak seperti Aiden memiliki sisi positif juga. Entah sisi positif yang mana, tapi aku yakin Aiden tidak lah sejahat yang mereka pikirkan. Namun, jaminannya apa kalau Aiden tidak seperti itu? Aku bahkan belum mengenal Aiden dengan sosok hangatnya.

°°°°

"Loe suka sama, Ken?" tanya Bastian kepadaku.

"Siapa yang bilang?" tanyaku memastikan.

"Lagi deket ya?" tanya Eko.

"Siapa yang bilang?" tanyaku balik.

"Apa urusan loe berdua sih?" tanya Vita yang sudah duduk di kursinya.

"Anak kecil gak usah nyambung," jawab Bastian menimpali omongan Vita.

"Ngomong nih sama sepatu gwe Bas." Jawab Vita emosi.

"Lagian, kalau si Kaneboan lagi deket sama Camell terus itu anak-anak yang tiap hari gangguin Camell juga gebetan Camell?" tanya Vita menaik turunkan alisnya menunggu jawaban.

"Keno Bian, vita." ucapku membenarkan.

"Siapa yang ngomong sama nih anak sih? Loe lagi ngomong sama dia ko?" tanya Basti pada Eko, sedangkan eko hanya mengangkat bahunya bertanda tidak tahu.

"Berisik ah, Gwe pulang duluan." Pamitku kepada mereka, namun tidak kepada Aiden yang tengah sibuk dengan Game nya.

Dari pada mendengar pertanyaan-pertanyaan tidak jelas dari mereka, mending aku segera pergi dan tidak sabar untuk membaringkan tubuhku di atas kasur empuk di kamar.

Beauty stress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang