✏ Sepuluh

50 38 24
                                    

Happy Reading 📖
🍓
🎵 Perasaanku

•••••••

Makian kasar dan sumpah serapah yang keluar dari mulut Vita sama sekali tak diindahkan oleh telinga Ken, telinganya seolah tuli tidak berfungsi sama sekali. Matanya masih menyorot tajam ke arahku, auranya masih sangat mengerikan.

Kegelisahanku mendadak hilang sedetik, saat melihat empat orang berdiri tak jauh dariku.

'Brak.. '

Tong sampah yang sengaja ditendang ke arah Ken, membuat sampahnya berserakan.

"Siapa yang loe bilang bitch?" suara berat nan ketus terdengar oleh gendang telingaku.

Ia menghampiriku dan Ken, kulihat ekor kelopak matanya sudah memerah. Bertanda menahan emosi. Lalumenarik tangan kananku kencang sehingga cekalan tangan Ken terlepas.

"Akh," Rintihku saat tangan dan apitan kedua pipiku terlepas, perih. Kupastikan kedua pipiku terdapat lecet.

"Loe gak papa?" tanya Vita memeriksa kedua pipiku.

"Hiks, perih Vit." Jawabku jujur.

Kekehan tidak terima dari Ken membuatku kembali menatapnya, wajahnya menantang Aiden remeh. Tidak ada wajah kewaspadaan seperti biasanya, namun wajah keterkejutannya masih mampu ia samarkan.

"Gwe gak nyangka ternyata loe sekasar itu ya sama perempuan?" tanya Basti masih berdiri di tempat.

"Kakak kelas gak ada otaks," Imbuh Eko menanggapi.

"Kelakuan loe sama kayak sampah ini," Kini suara Aiden menimpali, dengan tangan menunjuk kesekumpulan sampah yang berserakan.

"Sialan, loe pikir loe juga gak sama kayak sampah ini? Emang gwe gak tau, kalau loe sering berbuat kasar sama Camel? Banci ta-"

'Bughh.. '

Belum sempat Ken selesai berbicara, Aiden langsung memukulnya tepat dipipinya dan menyebabkan sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan darah segar.

"Berani loe keluarin kalimat anjing loe itu buat Gwe?" Aiden menarik kerah baju Ken kasar dan langsung mendorongnya ke belakang.

Mendapat ancaman dari Aiden, wajah Ken yang semula meremehkan kini berubah hambar. Namun, hal itu tidak membuat Ken mundur malah kemarahan Aiden seperti sebuah hadiah bagi Ken. Wajahnya terlihat antusias.

"Kenapa?" tanya Ken yang sudah terbaring dan menahan rasa sakit. "Loe mau Camell jadi target loe selanjutnya?" sambungnya membuatku sedikit terkejut.

Lagi, aku mendengar keburukan yang belum aku ketahui dari mulut orang lain. Entah itu benar atau tidak, hal ini membuat aku sedikit khawatir setelah mendengar kalimat dari Ken.

Mendengar kalimat dari Ken membuat Aiden kembali memutar tubuhnya yang akan beranjak dari tempat tersebut, matanya kembali menatap tajam Ken. Tidak lama kemudian beberapa tinjuan mendarat di waja Ken lagi yang membuatku terpekik kaget.

Ken terkekeh, "Saran Gwe jangan buat hamil aja. Jangan di dalem keluarinnya, atau berdiri aja mainnya. Biar aman," ucap Ken masih bisa berbicara ditengah amukan Aiden.

"Owh ya?" tanya Aiden menaikan satu alisnya lengkap dengan senyum sinisnya, sehingga membuatnya terlihat menakutkan. "Kalau adek loe yang jadi target gwe gimana?" tanya Aiden membuat kedua bola mata Ken langsung membola.

"Anjing, jangan pernah loe sentuh dia. Bangsat," teriak Ken dengan urat-urat mengambang di sekitar lehernya karena mencoba lepas dari tangan Aiden.

Aku menghela nafas kasar, kemudian mengalihkan pandangan dari Aiden yang masih melempar tatapan membunuhnya. Tiga cowok yang masih sama menyaksikan perkelahian antara Aiden dan Ken hanya diam, tidak ada niatan untuk melerai sehingga membuatku sedikit geram.

Beauty stress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang