✏Empat

104 81 23
                                    

Happy Reading 📖

🎵Kehadiranmu

Sambil ngopi oenak

••••••••



Jam 10 malam, aku berjalan di komlek rumahku. Sudah hampir seminggu ini aku tidak masuk sekolah, semenjak kejadian di atap gedung kala itu membuat kesehatan suhu tubuhku menurun.

Kedua bibirku tertarik untuk tersenyum ketika melihat sebuah apotek yang ketiga aku temukan kini masih buka, aku rasa mencari apotek di hari mulai tengah malam ini, sangatlah sulit.

"Mba, minta obat demam sama sakit kepala ya,"

"Ini dek, semuanya jadi 60 ribu," aku segera menerima kantong keresek dan memberikan selembar uang seratus ribu.

Orang tersebut menerima uang yang aku ulurkan, syukurlah dan untungnya masih ada apotek yang buka 24 jam. Jadi aku tidak lagi kecewa karena mendapatkan apotek yang tutup lagi, sialan! Di hari menjelang malam ini kesialan masih saja melanda.

"Terimakasih," ucapku setelah menerima uang kembalian.


Kakiku bergerak jauh meninggalkan emperan toko tersebut, kedua tanganku bergerak mengusap kedua bahuku guna mengurangi rasa dingin. Padahal sedari tadi, tubuhku tidak sama sekali merasakan dingin. Dan sekarang? Ah, sepertinya demamku sama sekali tidak membaik.

"Hatchu, akh ...." rintihku sedikit memijat pelan ujung hidungku.

'Pranggg.. '

Kepalaku bergerak mencari suara yang terdengar sangat dekat, suara botol dipecahkan. Langkahku berhenti berjalan, tenggorokanku menelan ludah dengan susah payah. Melihat beberapa orang yang cukup ramai di depan mataku, membuatku sedikit takut sekaligus merinding.

Kalau orang-orang yang tengah meronda tidak mungkin aku setakut ini, dan ini? Segerombolan orang-orang dengan beberapa botol minuman di tangannya bahkan di antaranya ada yang hanya merokok.


"Hey, gadis manis," sapa seseorang saat aku akan memutar badan untuk pergi meninggalkan tempat sialan ini.

Aku tidak mengubrisnya aku langsung saja berjalan secara cepat, untuk meninggalkan jalanan yang berpenghuni orang-orang aneh itu.

"Heh, gak usah sombong deh," Ia menarik tanganku, kulihat ia menyeringai ke arahku.

Sedangkan teman-teman yang lainnya masih setia dengan botol minuman yang ada di tangannya, anak muda ingatlah lagunya bang haji Rhoma irama. Minuman keras ... itu es batu.

"Maaf, tolong biarkan saya pergi," aku melepas kasar tangannya yang ada di lenganku.

"Hah? Ayolah, Loe si beauty stress kan? " mataku membola saat kudengar ia mengetahui julukanku.

"Maaf, sebelumnya kita kenal?" tanyaku pada seseorang yang berada di depanku, ku yakin kesadarannya gak sepenuhnya hilang.

"Wis, loe gak kenal gwe? Sok seleb sekali, ayolah sini bermain dulu." ia menarik kasar tanganku.

Ah ayolah, bahkan kejadian antara aku dan anak setan cap piranha itu masih membekas dan ditambah lagi ini? Tuhanku, cintaku tolonglah aku.

"Lepas, kalau gak gwe teriak nih,"

Beauty stress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang