✏ 2belas

40 29 22
                                    

Happy Reading 📖
🎶

_____

Disini dibuka donation strowberry buat camell 🍓🍓

______

Langkah kakiku berhenti melangkah, saat melihat seseorang dengan pakaian serba hitamnya tengah mengendap-endap di balik tembok yang tinggi menjulang. Tenggorokanku mendadak kering untuk menelan ludah saja rasanya sulit, manik mataku sedikit melebar ketika bertubrukan dengan manik matanya yang begitu familiar di ingatanku.

Ekor matanya melirik keberadaanku yang berdiri tak jauh darinya, cahaya yang remang remang saat itu tak menghalangi indra penglihatanku. Dengan gerakan cepat ia segera membekap mulutku dan membawaku untuk bersembunyi di balik tembok yang besar, gerakannya terlihat begitu cepat. Ia terlihat sudah terbiasa dan ahli.

"Le-pa-s." Gertakku saat ia semakin kencang membekap mulutku dengan tangan kekarnya.

"Tahan sebentar," Bisiknya pelan di telingaku, mendengar suara yang tak asing di telingaku hatiku sedikit tenang dan berhenti untuk tidak memberontak.

Benar saja, mata itu adalah pemilik dari lelaki yang memiliki mata manis ketika tersenyum, Attar.

Tubuhnya bergerak mengecek ke balik tembok, dengan tangan masih setia menutup mulutku. Mungkin berasa sudah aman ia segera melepaskan bekapan tangannya pada mulutku, sehingga membuatku bernafas lega.

"Attar," Gumamku pelan ditambah kaget, saat ia menurunkan tudung hodie nya itu.

"Stttt ... Tempat ini gak aman, gwe antar loe pulang," ucapnya lalu menarik keresek yang sedari tadi aku jinjing yang emang pada dasarnya aku baru pulang dari supermarket terdekat.

Dikiranya sudah jauh dari tempat tadi attar menghentikan langkahnya, kepalanya bergerak ke arahku. Lalu kedua sudut bibirnya terangkat, sehingga membuat matanya menyipit dan itu selalu terlihat manis di mataku. Ditambah lesung pipinya yang terlihat saat ia tersenyum, ah rasanya aku jatuh cinta dengan ciri khasnya.

"Sorry," ucapnya mengelus pipiku yang sepertinya ada bekas merah ulah bekapan tangannya tadi. Pergerakannya membuatku kaget, sehingga tatapan lembutnya bertemu dengan mataku yang terbuka sedikit lebar.

"Gak papa," Jawabku menghindari elusan tangannya untuk menghilang rasa deg-degan yang tidak karuan.

Kepalaku menggeleng pelan, kemudian kembali berjalan beriringan. Otak centilku sudah kembali tidak waras, bahkan aku terus menerus memuji ketampanan Attar di dalam hati. Kulit putih, hidung mancung, bulu mata lentik, ditambah pipi kempotnya itu kalau tersenyum ah, kenapa terasa slebeww banget?

"Tadi siapa?" tanyaku masih penasaran mengapa Attar bergerak seperti seorang maling, sangat terdengar sedikit kasar tapi kenyataannya seperti itu.

"Tadi itu, orang jahat mau nyulik gwe kayaknya," Jawabnya dengan kekehan di akhir kalimat.

"Siapa juga yg mau nyulik loe? Di jual juga siapa yg mau beli," Jawabku terkekeh merasa mustahil dan tidak percaya atas alasan tidak masuk akalnya.

Kalau dipikir-pikir pasti ada saja yang mau nyulik Attar, dia kan ganteng siapa tau ada yang mau menjadikannya idol di Korea karena di Indonesia tampangnya tidak memungkinkan.

"Udah sana masuk, sudah malem gak baik cewek masih di luar," ucapnya setelah kami tiba di depan rumah, padahal pertanyaanku belum sempat dijawabnya.

"Makasih ya udah nemenin pulang, gwe masuk duluan." Pamitku setelah mengambil keresek yang diserahkan oleh Attar.

Beauty stress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang