SYAKIRA
Mata pelajaran olahraga saat matahari sudah naik benar-benar tidak disarankan. Belum juga memulai olahraga kami sudah gerah karena kepanasan. Selesai peregangan dan berlari keliling lapangan sebanyak dua kali, Pak Hari membagi yang perempuan menjadi dua kelompok untuk berlatih bermain voli dan satu sebagai wasit karena jumlah kami yang ganjil.
Sementara yang laki-laki beranjak ke pinggir lapangan bersama dengan Pak Hari. Mereka akan bermain voli setelah kami.
Jujur saja, aku tidak begitu mahir bermain voli sehingga aku mengajukan diri sebagai wasit. Tidak perlu juga aku harus panas-panasan untuk berlari mengejar bola di lapangan.
Disa melakukan servis pertama. Permainan berjalan mulus sampai beberapa saat. Gak kebayang gimana mereka bisa main voli panas-panas gini.
"Arghh.." Disa memekik memegang kepalanya dan jatuh terduduk perlahan.
"Disa!" aku dan teman-temanku heboh mendekati Disa, disusul Pak Hari yang berjalan dari pinggir lapangan.
"Lo kenapa?" histerisku. "Hidung lo, berdarah itu."
Disa buru-buru melap hidungnya dengan punggung tangan.
"Ini" seseorang menyodorkan sebuah tisu.
"Disa kenapa?" tanya Pak Hari.
"Cuma pusing sedikit, Pak,"
"Bawa ke UKS," Pak Hari memerintah entah untuk siapa, tapi aku langsung membantu Disa berdiri.
"Sanggup jalan ke UKS kan, Dis?"
"Gue cuma pusing, Ra. Bukan pingsan."
Aku dan Disa berjalan menuju UKS. Aku memegang lengannya untuk memastikan dia berjalan dengan benar walau Disa beberapa kali menolak dan bilang kalau dia bisa jalan sendiri. Tapi aku bersikeras membantunya berjalan.
"Mau gue yang bersihin atau lo sendiri?" tanyaku seraya menyodorkan handuk yang sudah kubasahi.
"Gue bisa, Ra," ujarnya merebut handuk dari tanganku.
"Kok bisa gini sih?"
"Panasnya ini terik banget, Ra. Malah tadi gue minum es di kantin, ini langsung kena bakar matahari. Jadi gini deh,"
"Kan lo bisa bilang kalau lo pusing, kenapa maksain diri,"
"Ra, udah. Gak apa-apa gue, seriusan,"
Aku mengangguk dan meletakkan segelas air di nakas samping Disa. "Minum air hangat," ujarku.
"Gue mau minta tolong sama lo, Ra. Boleh?"
"Gak usah seformal itu bisa gak, Dis?"
Disa sedikit terkekeh, lalu menaruh handuk ke dalam baskom yang letaknya berselahan dengan gelas air.
"Gue kan sekretaris kelas,"
"Iya tau," sambarku.
"Lo ikut rapat gantiin gue bareng anak OSIS ya?"
"Raihan?" tanyaku.
"Iya lo bareng Raihan,"
***
DIRGA
Gue jalan beriringan dengan Vania dan Mia untuk menghadiri rapat dengan anggota OSIS. Gue selaku ketua kelas dan Mia sekretaris kelas. Sementara Vania datang rapat sebagai perwakilan anak cheers katanya.
"Hai, Van" sapa Axel ramah dan dibalas senyuman oleh Vania. "Isi yang di depan dulu,"
Bisa gak tatapan Axel jangan keliatan kalau dia itu gak suka sama gue? Tatapan yang diberikannya untuk gue berbanding terbalik dengan tatapan yang diberikannya untuk Vania. Bukan berarti gue mau dia berikan tatapan yang sama, geli juga gue kalo dia liat gue kayak liat Vania. Maksud gue biasa aja, sebagaimana seharusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Own Fault of Feeling || [END]
Teen FictionDirga memasuki kehidupan Syakira tanpa ijin. Syakira perlahan menerima kehadiran Dirga yang membuat hari-harinya lebih berwarna. Hingga satu hari, Syakira tau perlakuan Dirga selama ini bukan atas kemauan Dirga. Lalu haruskah Syakira menyalahkan D...