Bab 12 - Anterin Pulang, Boleh?

56 18 6
                                    


SYAKIRA

Dirga gak berbohong soal mengantarkan aku. Dia mengantarkan aku sampai di SMK Bakti Murni dan langsung berbalik.

Soal Axel yang masih ada di sekolah, katanya Pak Hari yang meminta anak OSIS untuk mengawasi jalannya latihan basket hari ini. Karena Pak Hari harus menemani Tim Voli untuk bertanding.

Kami berjalan menuju tribun. Mengambil duduk di sekitar anak sekolah kami yang sudah hadir lebih dulu. Saat ini ada tim voli dari sekolah lain yang sedang bertanding.

"Mi," panggilku.

"Kenapa, Ra?"

"Mau beli minum, temenin," ujarku. Aku merasa haus, padahal tidak melakukan apa-apa.

"Ada yang mau nitip? Gue mau beli minum sama Ra," ujar Mia beranjak.

Dan dibalas mereka dengan gelengan.

Kami berjalan keluar dari tribun. Mengambil langkah menuju kantin.

"Ini-" Mia terlihat bingung, "kemana, Ra?" tanyanya.

"Ke kantin," jawabku.

"Ini jalannya benar? Tanya dulu enggak?"

Aku menatap Mia sebelum menjawab, "Mi, gue tau. Kan kemarin gue ke sini bareng Dirga,"

Mia mengangguk-angguk dengan mulut membentuk huruf O tanpa suara.

Kami melanjutkan langkah kami menuju kantin dengan Mia yang sibuk menatap sekeliling, mungkin menghapal belokan-belokan yang kami lalui.

"Rame banget," keluh Mia begitu melihat pintu kantin yang padat. Sama seperti yang aku lihat kemarin. "Gue nungguin di sini aja deh, Ra," putusnya.

"Mau minum apa?"

Mia menggeleng, "Enggak,"

Lah, jadi Mia cuma mau menemaniku?

"Oke," kataku dan berlalu.

Aku memasuki kantin dan melihat sekeliling untuk mencari penjual air mineral terdekat. Saat menemukannya di sisi kanan, aku melangkah mendekat.

"Bude," panggilku.

"Iya, neng,"

"Ini berapa?" tanyaku dengan tangan yang mengarah untuk mengambil botol air mineral yang berada di hadapanku, sebelum tangan seseorang mengambilnya terlebih dahulu, menghentikan gerakanku.

"Eh?" aku menoleh.

"Hai, Syakira," dia menggenggam botol air mineral yang ingin kuambil tadi, lalu memberikannya padaku. "Ketemu lagi kita,"

"Hai, Angga," balasku seadanya.

Entah kenapa rasanya kok aneh, seperti aku ingin menghindar dari Angga. Aku mendadak merasa bersalah pada Dirga. Dia sudah mengantarkanku-hanya mengantarkanku-lalu langsung balik untuk latihan basket. Dan aku di sini malah bersama Angga.

"Berapa bude?" tanyaku yang langsung disahut Angga.

"Gue aja,"

Angga mengeluarkan selembar uang lima ribu dan sesaat menerima kembalian.

"Makasih," ujarku.

"Sama-sama," balas Angga mengangguk. "Ayo,"

Kami berjalan bersisian menuju pintu kantin untuk keluar.

"Sendirian aja?" tanya Angga yang kubalas dengan gelengan.

"Sama teman,"

"Oh, yang kemarin?" tebaknya.

Own Fault of Feeling || [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang