Bab 1 - Kirim Salam

286 22 6
                                    

SYAKIRA

“Udah mulai terbiasa, Ra?” tanya Disa, teman pertama yang ku dapat dihari pertama sekolah beberapa hari yang lalu, dan mengenalkanku dengan teman-temannya -Karin dan Mia- di kelas lain.

Kami berdua sedang berjalan menuju kantin sekolah karena bel istirahat sudah berbunyi beberapa saat lalu. Disa memintaku menemaninya ke toilet tadi, membuat Karin dan Mia ke kantin lebih dulu.

“Jadi murid baru gak seburuk yang gue bayangkan”

“Seburuk apa memangnya jadi murid baru di dalam pikiran lo?” Disa terlihat ingin meledekku.

“Susah dapat teman, mungkin. Gak kebayang aja, EHH,” pekikku kaget. Seorang siswa yang aku tidak tau namanya berenti tepat di depanku. Jangankan namanya, nama anak satu kelasku saja aku belum ingat betul. Tapi aku bisa baca name tag bertuliskan nama RIO di dadanya.

“Ngapai, Yo?” tanya Disa.

“Ini,” ujar Rio seraya menyodorkan sebatang cokelat dengan sebuah kertas yang digulung lalu diikat simpul pita.

“A..apa?” aku tergagap menerimanya.

“Bukan dari gue, baca isi suratnya,” ujarnya lalu pergi.

“Dia siapa?” tanyaku menoleh ke belakang, melihat Rio yang perlahan menjauh.

Lalu beralih melihat tanganku yang memegang pemberiannya.

“Cieee, Ra punya penggemar..” Disa menggodaku, mengacuhkan pertanyaanku.

“Gue udah setahun lebih sekolah di sini, gak ada tuh kejadian romantis gini.”

Aku menarik gulungan kertas tersebut karena penasaran dan melihat hanya ada dua belas digit nomor yang tertera, tidak ada tulisan apapun atau setidaknya nama pengirim.

“Aku mengerutkan kening dan menunjukkannya pada Disa, “Siapa?” tanyaku.

“Lo nanya itu gak serius kan, Ra? Soalnya gue belum pernah coba dan gak tertarik untuk menghapalkan nomor orang-orang.”

Disa membalas lambaian pada Karin dan Mia yang duduk di salah satu meja tengah kantin. Aku tidak membalas, karena tanganku tidak memungkinkan. “Sana duluan. Lo pesan apa, biar gue pesan sekalian.”

“Samain aja,”

Aku berjalan menuju Karin dan Mia, terpisah dengan Disa yang menuju salah satu penjual batagor.

“Cokelat?” heran Karin.

“Lho iya cokelat. Lo mau makan cokelat? Sekarang banget gitu?” tanya Mia.

“Mia, pertanyaan lo gak berguna banget,” ujar Karin. “Udah liat ada kertas sama pitanya, pasti hadiah dari orang,”

“Iya, Ra?”

Aku menggangguk.

“Ciee.. Dari siapa, Ra?”

Aku menggeleng. Memberikan kertas berisi nomor tersebut pada Mia, yang kemudian ditarik Karin.

“Ih gue belum liat, Rin.”

“Gak mau coba chat, Ra?” tanya Disa yang datang dengan dua piring batagor.

Aku menggeleng. “Males banget,”

“Beda ya memang kalau cewek cantik. Udah diginin juga masih jual mahal.”

Disa memberikan satu piring batagor padaku, “Nih,”

“Kalau berani yang ngirim nyamperin langsunglah, gak gini. Sok misterius,” ujar Karin yang kubalas dengan anggukan.

Own Fault of Feeling || [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang