Bab 17 - Cantik

50 18 3
                                    

SYAKIRA

Aku duduk di tribun bersama anak kelas XI IPA 1. Dirga yang membawaku ke sini. Kami duduk di ujung yang bersisian dengan tangga, karena bagian yang menjorok ke tengah sudah terisi. Aku duduk diantara teman perempuan sekelas Dirga yang aku tidak tau namanya, dan Dirga di ujung.

Disa dan Mia sempat terkejut dan berakhir protes. Kalau aku bilang bisa datang, mereka bisa menyisakan satu ruang duduk untukku katanya. Salahku juga sebenarnya.

Aku baru tau alasan kami memakai pakaian yang berunsur putih setelah melihat tim voli sekolah kami yang memasuki lapangan dengan memakai seragam berwarna putih. Seragam yang terlihat berbeda dengan sebelumnya.

"Keluarin hoodienya,"

Aku mengangguk dan meraih hoodie milik Dirga dari dalam tas. "Ini,"

"Pake,"

Maksudnya? Aku mengernyit mendapati ucapan Dirga.

"Lo yang pake. Buat nutupin—" Dirga menghela napas. "Lo sadar gak rok lo itu pendek,"

Aku mengangguk. Kenapa memangnya. Toh bukan hanya aku yang memakai rok pendek di sini.

"Lo tau maksud gue, gausah pura-pura gatau," ujar Dirga dan beralih menatap lapangan yang sepertinya pertandingan akan dimulai.

Aku mendengus kesal. Melebarkan hoodie Dirga dengan kasar sampai mengenai orang di sebelahku. "Maaf," ujarku pelan.

"Naik motor sama Ryan tadi gak susah emang?"

Aku menggeleng seraya membenarkan hoodie milik Dirga untuk menutupi pahaku. Berhubung hoodie ini panjang, bukan hanya pahaku yang ditutup, sampai dengan kakiku juga. "Naik mobil, diantar Mama. Ryan kebetulan mau ikut nganterin,"

Dirga hanya mengangguk. Lalu fokus kami kembali pada lapangan karena pertandingan baru saja dimulai. Aku terbakar dengan suasana sehingga ikut meneriakkan yel-yel untuk menyemangati tim voli sekolah.

***

DIRGA

Gue sempat tersenyum melihat Syakira yang bersemangat menonton pertandingan voli ini. Beberapa kali dia ikut berdiri dan meneriakkan yel-yel serempak dengan penonton di tribun sekolah kami.

"Yah!!" Syakira memekik beriringan dengan penonton lain. Dia sempat berdiri dan kembali duduk. Terlihat kesusahan karena harus memegang hoodie saat dia berdiri, lalu kembali merapikannya saat duduk, dan kembali berdiri dalam hitungan menit.

Lucu banget, sih, Ra. Sampai-sampai fokus gue gak pada pertandingan, melainkan pada Syakira yang begitu heboh.

Eh, ngomong apa gue barusan?

"Bawa minum?" tanya gue yang merasa gerah membayangkan ada di posisi Syakira.

"Ha?" Syakira masih menatap lapangan. "Apaan, Dir?"

"Bawa minum gak?" ulang gue.

Syakira meraih tasnya dan mengeluarkan sebuah botol minum masih terisi penuh. "Ini, minum aja,"

"Nggak," tolak gue saat Syakira menyerahkan pada gue. "Lo yang minum, gue aja capek ngeliatin lo teriak-teriak,"

Syakira mengikuti perintah gue tanpa bantahan. Saat melihat dia kesulitan karena harus memegang botol minum dan hoodie saat berdiri dan kembali duduk, gue berinisiatif meraih botol minumnya.

"Gue pengangin," yang hanya dibalas anggukan oleh Syakira tanpa menoleh pada gue sedikitpun.

"Lengan hoodie ikat ke belakang coba,"

Syakira kembali mengikuti arahan gue. "Ngomong dari tadi kek," ujarnya menoleh pada gue. "Pegangin,"

Gue menerima tas milik Syakira agar dia lebih mudah untuk mengikat lengan hoodie melingkari pinggangnya.

Own Fault of Feeling || [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang