SYAKIRA
"Iya, Mi," sahutku malas. "Nanti aku langsung ke ruang guru biar Mami bicara sama—Eh, Mami ada nomor wali kelas aku 'kan?"
"Ada, tapi Mami mau bicara sama wali kelas kamu dengan keberadaan kamu di sana. Biar lebih sopan."
"Oh, yaudah, iya, Mi. Aku mau berangkat bareng Ryan."
"Mami mau ngomong sama Ryan."
Aku memberikan handphone milikku pada Ryan, mengabaikan suara Mami yang sayup-sayup terdengar. Tanganku meraih helm dan segera memakainya.
"Mami tenang aja, aku akan beresin semuanya. Mami gak perlu repot-repot ngomong sama guru Ryan."
Perkataan Ryan yang melarang Mami untuk berbicara dengan walikelasnya membuatku curiga kalau nilainya tidak aman. Dan, sebenarnya aku tidak perlu curiga, karena sudah setiap semesternya begitu.
***
Sesuai janjiku dengan Mami, aku langsung menuju ruang guru begitu sampai di sekolah setelah meletakkan tas ke kelas, mengabaikan Disa yang memanggilku.
Langkahku terhenti di depan ruang guru, hampir bertabrakan dengan Axel yang baru saja keluar dari balik pintu tersebut.
"Ra?" sapanya. "Buru-buru banget?"
"Iya, aku ada perlu," sahutku seadanya.
Axel baru saja mempersilahkan aku untuk masuk dengan membukakan pintu untukku, namun urung karena sebuah panggilan menghentikan langkahku.
"Ra,"
Aku tahu betul itu suara siapa tanpa menoleh, Dirga.
Entah kesepakatan apa yang terjadi di belakangku sehingga Axel mengangguk-angguk pada Dirga dan kembali menutup pintu. Lalu, berjalan meninggalkan kami berdua.
Tarikan pelan di lenganku membuat aku menoleh dengan terpaksa pada Dirga.
Dirga menunjukkan layar handphone miliknya padaku. Aku belum mengerti kenapa nama Ryan tertera di sana.
"Ryan?" heranku dan berujar pada diri sendiri yang malah dibalas Dirga dengan anggukan.
"Ceroboh banget, sih," ujar Dirga bersamaan dengan gerakan tangan yang mengelus pelan rambutku, perlahan tanpa membuatnya berantakan. Tentu saja, hatiku yang kacau berantakan.
Walaupun aku mendiami Dirga beberapa hari ini, tidak mengurangi rasa sukaku pada Dirga sedikit pun. Sedikit malu bagiku mengatakan hal ini.
"Ke-kenapa?" aku malah terbata oleh sikapnya, bukannya menjauh untuk mengelak. Oke, aku kalah.
"Hape kamu di Ryan."
"Astaga!"
Langkahku yang terburu untuk menghampiri gedung sekolah Ryan di sebelah langsung terpaku. Dirga menahanku seraya berbicara ditelfon. "Kirim nomor Mami kamu, Ry."
Tangan kanan Dirga masih sibuk mengotak-atik ponsel, sementara tangan kirinya memegang lenganku.
Tatapannya kini beralih padaku dengan menaikkan satu alis dan gerakan kepala mengajak untuk masuk ke ruang guru.
"Ayo."
"Ngapain?" aku mencoba menahan langkah Dirga dengan berdiri di hadapannya.
Gerakanku yang tiba-tiba membuat kepalaku membentur dada Dirga.
Bukannya mundur untuk memberiku ruang di antara dada Dirga dan pintu guru, Dirga malah menunduk untuk melihat keningku. Tangannya mengangkat wajahku untuk memastikan yang barusan terjadi tidak melukaiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Own Fault of Feeling || [END]
Novela JuvenilDirga memasuki kehidupan Syakira tanpa ijin. Syakira perlahan menerima kehadiran Dirga yang membuat hari-harinya lebih berwarna. Hingga satu hari, Syakira tau perlakuan Dirga selama ini bukan atas kemauan Dirga. Lalu haruskah Syakira menyalahkan D...