DIRGA
Hari ini olimpiade dilaksanakan. Gue dan Syakira mendapat pesan untuk menunggu di parkiran sekolah. Kami akan langsung berangkat dengan menggunakan mobil Pak Mirza begitu beliau sampai.
Ada Disa, Mia, dan Karin yang menemani Syakira di sini, membuat gue sedikit terabaikan. Mereka urung beranjak ke kelas begitu mendapati gue dan Syakira berdiri di dekat parkiran sekolah.
"Udah sarapan 'kan, Ra?" tanya Mia yang dibalas Syakira dengan anggukan. "Lo, Dir?"
"Udah," balas gue singkat.
"Teman lo gak ada buat nyemangatin lo?" tanya Disa yang membuatku bergidik.
Ngapain?
Yang ada geli gue.
"Tenang, Dir, ada gue sama Karin," sambar Mia. "Disa, gue ini sama Karin teman sekelas Dirga," peringatkannya.
Gue mengangguk, benar juga.
"Udah mau bel," ujar Karin. "Ditinggal gak apa-apa 'kan?" tanyanya melihat gue dan Syakira bergantian.
Hei. Yang gak apa-apalah. Tolong, gue gak ada juga minta ditungguin.
"Masuk aja," Syakira mengangguk.
"Semangat, Ra! Kalo gak tau jangan dipaksa, kasian otak lo. Gue tau kemampuan lo," ujar Mia sambil berlari kecil menghindari Syakira yang ingin mengejarnya. "Semangat juga ketua kelas! Gue tau lo bisa,"
"Eh, gue bisa juga ya!" sanggah Syakira.
"Kesendirian gue duduk hari ini, harus lo ganti dengan bawa piala. Gue gak mau tau," ujar Disa pada gue. "Lo santai aja, Ra. Biarin Dirga yang berjuang. Kalo gak mampu, ya ga mampu aja,"
"Disa!" seru Syakira yang membuat Disa tertawa. "Sama aja kayak Mia,"
Syakira melirikku lalu berdecak.
"Apa?"
"Gue diremehin," adunya. Gue juga dengar padahal.
"Ya buktiinlah," kali ini Karin yang berbicara.
Syakira mengangguk mantap. "Harus,"
"Buktiin kalau mereka gak salah," ujar Karin sambil berlalu dengan melambaikan tangannya.
"Gue gak terima diremehin," Syakira berujar ketus. "Gue bisa kalo gue mau, tapi memang guenya aja yang pemalas. Gue sadar kok,"
"Iya, Ra,"
"Kalo LCC kemarin karena gue lagi kehilangan fokus aja, soalnya gue ngeliat—,"
"Hai, Dir!" sapaan Vania menghentikan celoteh Syakira.
"Hari ini olimpiadenya?"
Gue mengangguk.
"Gue tau lo bisa," ujarnya menepuk bahu gue pelan lalu beralih menghadap Syakira. "Dirga pasti mampu. Kalo lo enggak, jangan jadi beban seenggaknya,"
Syakira mengepalkan tangan dan menyipitkan mata melihat kepergian Vania. Keterlaluan memang perkataan Vania. Dan mungkin kalau gue ada diposisi Syakira sekarang, gue bakal marah.
"Lo olimpiade sendiri aja, deh," kesalnya membelakangiku.
Ya, Tuhan!
Bisa-bisanya dia marah padaku padahal aku tidak berbuat apapun. Aku hanya diam. Jelas-jelas aku hanya diam, tidak mengatakan apapun padanya.
"Mereka gak tau kemampuan lo aja, Ra,"
"Menurut lo, gue bisa?" tanyanya masih membelakangi.
"Bisalah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Own Fault of Feeling || [END]
Novela JuvenilDirga memasuki kehidupan Syakira tanpa ijin. Syakira perlahan menerima kehadiran Dirga yang membuat hari-harinya lebih berwarna. Hingga satu hari, Syakira tau perlakuan Dirga selama ini bukan atas kemauan Dirga. Lalu haruskah Syakira menyalahkan D...