"Ini rumah, 'kan?" Aku berulang kali menanyakan hal yang sama pada Bik Na, yang sedari tadi mengikutiku dari belakang dengan alasan takut aku pingsan dadakan lagi.
"Iya, Non." Bik Na dengan sabar menjawab pertanyaanku itu. Dirinya sesekali menjelaskan ruangan yang aku tunjuk sambil bertanya lagi 'ini ruangan apa'.
Bik Na maklum saja, karena selama ini aku itu jarang sekali berkeliling seperti ini, lebih lebih ketika hari libur, Bik Na pasti hanya bisa melihatku ketika dirinya mengantar makanan saja, selebihnya 'aku' akan mengurung diri dikamar, dan Bik Na jelas tidak tahu apa yang aku lakukan selama ini.
"Tapi kok sepi ya, Bik?" Aku dengan bodohnya lagi lagi bertanya, jangan salahkan diriku. salahkan saja 'Key' asli yang setiap hari kerjaannya hanya mengurung diri di kamar. Dan kalian tahu apa yang dia lakukan?
Mengkhayal, menghalu, lalu menulis semuanya di buku. Aku langsung saja bergidik ngeri ketika ingatan di kepalaku saat itu memutar apa saja khayalan yang gadis ini buat. Tolonglah, aku yang selama ini jomlo seketika di perlihatkan kehaluan manusia yang sepertinya kadar kejomloannya sudah level akut.
"Masih mending gue kayaknya," kataku sambil menjitak keningku tiga kali. Aku menoleh ke samping ketika Bik Na menarikku pergi saat aku akan membuka pintu sebuah ruangan.
Kan jadi penasaran.
"Kan emang rumah ini sepi, Non. Tuan jarang pulang, dan Non Key anak satu satunya," jawab Bik Na. Aku hanya mengangguk dengan bibir membentuk huruf o. Aku melangkahkan kaki menuju kamar di lantai tiga, berkali kali aku menanyakan ini rumah atau bukan ya karena ini.
Tiga lantai, woy. Kolam renang ada, tempat gym ada, main bola juga sepertinya disini juga bisa. Ya, jiwa missqueen diriku meronta ketika melihat kemewahan yamg tersuguh di depan mata.
Aku meloncat loncat di atas ranjang empuk ini, masih merasa bermimpi bisa melihat gedung yang di sebut rumah adalah tempat tinggalku sekarang. Setelah itu aku terdiam cukup lama dengan kedua tangan di angkat, mulut terbuka lebar dan bola mata yang akan keluar dari tempatnya.
Ada satu ingatan yang membuatku langsung berekspresi gila seperti itu. Satu minggu dari sekarang aku akan memulai kehidupan kuliah di dunia ini, yang lebih mengenaskan lagi kenapa di dunia ini aku harus mengambil jurusan hukum, sih?
Okelah jika aku masih di semester awal, lah ini sudah semester tiga kawan-kawan. Kalian bayangkan setelah di dunia manusia aku di repotkan dengan yang berbau fisika, lah disini malah akan di jejali ilmu hukum. Bisakah aku masuk ke novel remaja SMA saja?
Rasanya aku ingin menangis meratapi nasib burukku ini.
🔫🔫🔫
Menjadi orang kaya itu mimpi semua orang, bunda juga seringkali mengomeliku dengan kalimat kalimat pedas jika aku sudah mengeluh, atau malas melakukan hal yang disebut belajar. Kalimat yang paling aku ingat adalah, 'jadi orang kaya itu enak, mau apa juga bisa di dapetin' dan sekarang aku sebagai anak akan segera merealisasikan kalimat itu.
Tebak aku dimana sekarang?
Tentu saja di mall dong, hatiku tertawa jahat. Punya duit banyak tidak boleh hanya disimpan saja, harus digunakan sebaik baiknya. Seperti sekarang contohnya, aku masuk ke salah satu tempat pakaian dan mengambil semua yang mataku suka.
Sebenarnya aku itu tidak boros, hidup dengan uang pas menjadi salah satu alasanku tidak bisa menerapkan pola hidup tidak baik yang satu itu. Tapi berhubung sekarang aku memiliki banyak hal yang disebut uang, tidak apa apa kan jika aku menggunakannya untuk kesenangan jiwa miskinku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYGAM (bahagia atau luka) [Hiatus]
Fantasy"Pokoknya lo harus bikin dia bahagia. Gue rela gantiin posisi Silsa buat bahagiain Nagam, sekalian tuh lo manfaatin nama gue yang lo tulis disitu." Dan petaka-lah yang menimpaku setelah melontarkan kalimat sialan itu.