Part 13

1.3K 132 26
                                    

Aku tak bisa menggerakkan lengan kiriku, efek anestesi itu sudah mulai bekerja. Aku hanya bisa pasrah, tak ingin melawan lagi. Mataku mengikuti kemana langkah Nagam pergi, lelaki itu sibuk mondar-mandir di kamar ini. Kuakui selera Nagam cukup bagus, kamar nuansa hitam-abu ini sangat cantik dengan porsi yang pas.

Nagam bergerak ke arahku. Lelaki itu menggeser meja berisi peralatan 'praktek'nya dan juga sebuah kursi.

"Udah mau mulai?" Suaraku terdengar lemah, Nagam yang sudah duduk di kursi hanya berdeham singkat.

"Ngga akan sakit, Key. Jangan liat kalau takut, lo cukup dengerin gue."

Ucapan Nagam seperti mantra untukku. Aku memang tidak merasakannya, tapi dengan penglihatanku aku bisa melihat bagaimana lembutnya Nagam memegang tanganku, mengoleskan sesuatu dan mulai menggoreskan pisau lancip itu ditanganku.

"Jangan di liat kalau takut, Sayang."

Mendadak wajahku terasa panas, kata sayang yang keluar dari bibir Nagam berdampak buruk pada detakan jantungku. "Jangan manggil sayang, kalau gue baper emang lo mau tanggung jawab," ucapku kesal. Tapi kalimatku itu hanya dibalas kekehan, dia memang suka memnacing emosiku.

"Lo lucu banget, Key. Jadi pengen makan lo."

Santai sekali lelaki ini berkata, mana sambil mengotak ngatik tanganku dengan pisau lagi.

"Lo kira gue ayam goreng, Gam?"

"Ngga, lo bukan ayam goreng. Lo itu pacar gue, pacar Nagam."

Aku baper kawan kawan. Kok bisa lelaki ini berbicara seperti itu tanpa memikirkan perasaanku.

"Lo sebenarnya suka ngga sih Gam sama gue?"

Gerakannya terhenti. Matanya bertemu dengan netraku, kami bertatapan cukup lama sampai rasanya aku bisa mendengar detak jantungku sendiri sanking gugupnya karena tak ada respon apapun dari Nagam.

"Seharusnya lo tahu jawabannya kan?"

"Gue ngga mau nebak, gue pengen denger dari mulut lo langsung."

Tak ada sahutan, Nagam lebih fokus pada lukisannya dibandingkan dengan diriku yang menunggu jawabannya. "Gue ngga mau jatuh cinta sama orang kayak lo, Gam. Gue mau jatuh cinta sama manusia normal, gue ngga mau jatuh cinta sama penjahat."

Nagam mengangkat wajahnya dan menatapku, "Semua manusia itu penjahat di kisah orang lain, Key. Ngga ada yang benar-benar baik didunia ini, bahkan lo bisa jadi penjahat buat diri lo sendiri."

"Tapi ngga sejahat lo juga."

"Gue emang jahat, jadi jangan pernah jatuh cinta sama gue."

Jawaban yang lelaki ini berikan sedikit menusuk hatiku, meski aku berkata tidak ingin jatuh cinta padanya tapi mendengar dia mengatakan hal itu tetap saja membuatku tak terima.

dia menolakku.

"Gue pengen ngebenci lo. Biar gue ngga sakit nantinya," ucapku pelan tapi masih bisa didengar oleh Nagam. Aku melihat lelaki itu tersenyum tipis, seakan memaklumi apa yang aku katakan.

"Lo ngucap kayak gitu seolah-olah lo bakal jatuh cinta sama gue nantinya."

Aku mengepalkan telapak tangan kananku, "Kita ngga tau masa depan nanti gimana, Gam. Gue cuman ngga mau sakit hati gara-gara lo."

"Lo cerewet banget, Key. Jangan buat diri lo terlalu menggemaskan di mata gue, bisa-bisa gue ngga bakal ngelepas lo sampai lo mati."

"Kata-kata lo serem banget, anjir." Aku mengumpat kesal, sudah tak bisa ditahan lagi. Pandanganku beralih pada kegiatan lelaki itu. Disana aku melihat darah yang tidak sedikit keluar dari goresan yang Nagam ciptakan. Dagingku seperti akan dicungkil olehnya. Aku melihat wajah Nagam sekali lagi, tidak ada ekspresi jijik atau takut saat melakukan ini.

"Muka lo terlalu santai buat orang yang lagi ngotak-ngatik daging orang lain, Gam."

"Udah biasa."

Aku speechless. Jawaban lelaki ini membuatku tak bisa berkata-kata,"Demi Tuhan lo nakutin banget. Kok bisa Kak Silsa mau bertahan sama lo."

Nagam membersihkan darah yang menempel di tanganku, "Gue mau ngedongeng sekarang. Dengerin apa yang gue ceritain, ngga ada pengulangan."

Aku mengangguk cepat. Aku begitu penasaran apa yang akan diungkapkan Nagam padaku. Rahasia besar apalagi yang akan diungkapkan kali ini, dan demi kisah ini aku rela tubuhku jadi kanvas untuk lukisan pacarku sendiri.

"Sejak kecil, dunia milik seseorang yang gue ceritain ini ngga pernah indah, Key. Hanya ada siksaan-siksaan yang bahkan buat dia jadi kebal dan ngga bisa ngerasain rasa sakit lagi."

Ini dia lagi menceritakan kisahnya sendiri?

"Sampai akhirnya dia melihat anak kecil yang di rundung beberapa orang tapi begitu berani melawan. Dia iri, Key. Dia juga mau seperti itu, dan akhirnya dalam pertama kali ia berani melawan orang yang selama ini menyiksanya walau pada akhirnya dirinya tetap kalah. Tapi tetap saja seseorang ini bangga karena ada sedikit perubahan dalam dirinya."

Nagam mulai memberikan warna di tanganku, "Anak kecil itu sangat hebat, dan seseorang ini mulai terobsesi. Setiap hari mulai mengikutinya, melihat anak kecil ini dirundung menjadi kesenangan tersendiri baginya. Tapi sial, ada orang lain yang tahu. Dia tidak bebas lagi untuk mengikuti anak kecil itu. Benar-benar kasihan, padahal dia baru saja mendapat mainan baru."

Wajah yang baru lelaki ini tampilkan, membuatku sedikit muak.

"Tapi tenang, Key. Di usia menginjak tujuh belas tahun dia berhasil menemukan anak kecil itu lagi yang sudah tumbuh menjadi gadis yang mengemaskan. Kalau lo lihat mungkin lo bisa jatuh cinta sama dia, Key."

Gue perempuan, bego. Ingin rasanya aku mengatakan itu tapi sebisa mungkin ku tahan. Aku hanya menampilkan wajah datarku sambil terus mendengarkan apa yang lelaki ini bicarakan.

"Tapi ngga semudah itu, ternyata gadis ini anak kesayangan. Yang membuat dia semakin terobsesi untuk mendapatkannya. Keyna, dia bisa gila jika gadis itu menghilang lagi."

Bukannya dia sudah gila?

"Gayung bersambut, ternyata gadis menggemaskan itu juga menyukai dia. Tapi sayang ternyata gadis itu mengetahui segalanya sebelum dia berhasil membunuh orang yang membuatnya kehilangan gadis kecilnya dulu."

Aku melihat pisau digenggaman Nagam melengkung. Terselip emosi yang begitu kuat kala lelaki ini menatapku. "Satu persatu kesialan mulai datang. Gadisnya kecelakaan, dan semua ingatannya menghilang, Key. Hilang semua."

Deg

Ini tidak mungkin aku, kan?

Nagam menyelipkan anak rambutku, "Dia harus mulai berpura-pura menjadi orang baik lagi. Itu benar-benar melelahkan, Key."

"Ja-di kalau i-ngat-an ga-dis itu ba-lik, dia bakal nga-pa-in?" Sial, aku tak bisa mengontrol diri saat mengerti apa yang Nagam bicarakan. Kali ini benar-benar menakutkan.

"Mungkin dia bakal jadi orang yang lebih jahat lagi, Key. Misalnya ngebantai seluruh anggota keluarga gadis menggemaskan itu."

Hahaha.

Apa yang baru saja dikatakan Nagam membuatkan kepalaku terasa sakit, "Jadi lebih baik ingatan gadis itu ngga Kembali lagi, kan? Jadi semuanya bakal aman."

"Lo ngerti banget apa yang ada di pikiran gue. Gue juga berharap gadis itu tetap lupa selamanya, biar dia ngga menyaksikan seluruh keluarganya di bantai, kan?"

Aku tak merespon apapun lagi. Nagam sudah selesai dengan tanganku, dirinya mulai membersihkan dan mengembalikan semua peralatannya. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Nagam ikut berbaring disebelahku.

Lelaki itu menarikku untuk mendekat, kepalaku diangkat dan dia menjadikan lengannya sebagai bantalku. Pikiranku masih terasa buntu, bahkan Ketika Nagam mulai memeluk aku tetap tak merespon apapun.

"Key, mau gue cinta atau ngga sama lo selama lo tetap disisi gue, anggap aja gue sebagai pacar dan rumah lo. Rumah satu-satunya, dan lo ngga boleh noleh ke rumah manapun. Ngerti, sayang?"

"Gue ngerti."

"Gadis pintar."

Nagam mulai mengusap punggungku. Mau bagaimanapun hatiku menolak, pada akhirnya aku tetap merasan nyaman dan aman saat berada dalam dekapannya. Padahal aku tahu bahwa apa yang Nagam ceritakan padaku adalah sebuah ancaman.

Agar aku melupakan semuanya.

KEYGAM (bahagia atau luka) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang