"Jadi sebenarnya Nagam udah sering ke rumah Keyna?" Aku tidak bodoh, aku tahu siapa yang dimaksud gadis ini dalam catatan hariannya. Tapi kenapa Nagam seolah olah tidak mengenal diriku?
"Dan apa maksudnya dia mau bunuh gue? Sebenarnya apa masalah utama cerita yang lo tulis ini, penulisan setan!"
Terpikirkan akan satu hal, aku langsung saja keluar kamar dan mencari Bik Na. Aku harus menanyakan sesuatu padanya. Setelah mengelilingi rumah besar ini, aku menemukan Bik Na yang tengah menyiram tanaman di taman belakang rumah.
"Bik Na!" Karena aku yang terlalu kencang berteriak membuat Bik Na menjatuhkan selang airnya. Beliau menoleh ke arahku sambil mengelus dada, sepertinya dia sangat terkejut akan kehadiranku.
"Kenapa teriak-teriak, Non?" Aku hanya cengengesan menanggapi pertanyaan Bik Na. Setelah mematikan kran air aku menarik tangan Bik Na untuk ikut denganku. Suara beliau yang menyuruhku berjalan pelan pelan tak kuturuti. Aku harus menanyakan sejelas jelasnya sebenarnya aku ini kenapa?
Didalam kamar aku mendudukkan Bik Na di ranjang, "Aku boleh nanya sesuatu sama bibik?"
"Boleh, Non."
Aku menghirup nafas dalam, "Apa aku pernah punya penyakit atau riwayat sakit, Bik? Soalnya aku nemuin bekas jahitan di perut aku dan entah kenapa aku ngga bisa ingat apapun."
Bibi terlihat ragu ingin memberitahuku, terlihat dari gerak gerik dan sorot matanya saat melihatku. "Kenapa non nanya begitu?"
Aku mengenggam tangan Bik Na, "Key mohon bibi jujur. Aku pengen bibi cerita semuanya sama aku."
Terdengar helaan napas Bik Na. Beliau seperti ragu ingin memberi tahuku, "Non pernah kecelakaan dua tahun lalu. Itu membuat ginjal kiri Non hancur dan Non mengalami amnesia."
Aku terkejut. Seketika kepalaku berdenyut nyeri, rasanya lebih sakit daripada saat pertama aku merasakannya. Tak sadar aku mengusap hidungku, darah. Bik Na terlihat panik.
"Bibi ngga mau bilang semuanya sama non karena reaksi tubuh non Key pasti seperti ini. Kami semua ngga pernah sekalipun ngungkit masalalu non lagi karena dulu non pernah pingsan selama dua hari karena berusaha buat mengingat semuanya."
Suara Bik Na timbul tenggelam. Yang dominan aku dengar sekarang hanyalah suara dengingan dan juga suara milik seseorang.
"Lo harus mati, Key."
"Lo itu beban buat Silsa."
"Lo harus mati!"
Rasanya benar benar sakit. Aku kenal pemilik suara itu, dan perasaan Keyna asli benar benar membuat seluruh tubuhku gemetar karena amarah dan juga ... kecewa.
"Kenapa harus lo yang minta buat gue mati, Kak?"
Ini bukan aku. Yang mengucapkan ini bukanlah aku. Aku menjambak rambut sanking sakitnya.
"Please, Key. Lo harus kontrol diri lo sendiri. Yang tinggal ditubuh ini sekarang gue, gue bakal balas apa yang udah Nagam perbuat sama lo. Tapi tolong, hentikan amarah lo sekarang juga kalau ngga mau kita tumbang."
Setelahnya, hanya suara teriakan Bik Na yang menggema di telingaku.
Sekarang aku tahu, mengapa Keyna asli begitu sering pingsan sebelum aku menempati tubuh ini.
Dan itu semua ulah Nagam sialan itu!
.-.
"Shhh. Sakit banget kepala gue."
Aku melihat sekeliling, tidak ada satupun yang menemaniku. Entah kenapa, rasanya hatiku begitu sakit. Mataku mulai berlinang, suara isak tangis memenuhi ruangan ini.
"Hiks, kok rasanya sakit banget. Lo kenapa sih, Key?" Aku memukul dada berkali-kali guna menghilangkan rasa sakit itu. Tidak ada apapun yang ingin ku pikirkan tapi tubuh ini seolah-olah baru saja menerima kenyatan pahit yang berusaha untuk Keyna asli pendam.
"Lo cinta banget ya sama Nagam?"
Aku bertanya lagi, "Apa yang buat lo secinta ini sama dia, Key?"
Aku membuka kembali buku harian yang tersimpan dibawah bantalku. Saat ku usap sampul coklat itu, ada setitik rasa kecewa yang muncul lagi. Aku memang tinggal di tubuh ini sekarang, tapi entah kenapa jiwa Keyna seperti masih ada. Dia mencoba berkomunikasi denganku, tapi caranya benar-benar membuat aku sakit.
"Cengeng."
Setan.
"Gue itu Segan, bukan setan."
Setan.
"Ni bocah lama-lama ngelunjak. Lo baru dikasih ingatan seupil kayak gitu udah nangis, apalagi kalau gue bongkar semuanya. Bisa banjir ini rumah."
"Lo bisa ngga kalau muncul jangan tiba-tiba. Gue bisa jantungan, Setan!"
"Segan anjir. Bukan Setan, emak gue susah susah ngasih nama seenaknya lo ubah."
"Emang lo punya emak?"
"Njir sadis banget pertanyaan lo."
Aku memukul udara yang ada di depanku. Sambil menangis aku arahkan kepalan tanganku kemana pun.
Aku hanya ingin meluapkan emosiku sekarang. Demi apapun aku ingin sekali menghadiahi setan ini satu bogeman saja.
"Kalau lo bisa nemuin sesuatu. Lo bisa bogem gue sepuasnya, gue janji."
Aku terdiam.
"Gue selalu ada di deket lo selama ini, Key. Jadi, kalau lo bisa nemuin hal yang gue minta gue bakal kabulin permohonan lo buat bogem gue."
"Emang apa yang lo mau?"
"Cari pembunuh Keyna."
Setan ini benar-benar gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYGAM (bahagia atau luka) [Hiatus]
Fantasía"Pokoknya lo harus bikin dia bahagia. Gue rela gantiin posisi Silsa buat bahagiain Nagam, sekalian tuh lo manfaatin nama gue yang lo tulis disitu." Dan petaka-lah yang menimpaku setelah melontarkan kalimat sialan itu.