“Gam, kita ke rumah sakit aja yuk.
Liat kaki gue berdarah gini gara-gara lo, masa lo ngga mau tanggung jawab.”Keyna, masih berusaha untuk membujuk Nagam agar lelaki itu tak membawanya ke rumah besar menyeramkan itu.
“Ada gue. Gue bisa jahit kaki lo.”
Keyna bergedik ngeri. Sepertinya Nagam sekarang beranggapan bahwa tubuhnya hanyalah manekin yang bisa di jahit seenaknya oleh lelaki itu.
“Gue mau diobatin sama dokter Arga, bukan sama lo,” celetuk Keyna. Mendengar nama lelaki lain meluncur dari bibir Keyna berhasil memercikkan api di dalam hati Nagam.
Lelaki itu mengeratkan pegangannya pada setir, tatapannya menggelap. Tanpa Keyna tahu, Nagam sekarang tengah mati-matian untuk tak meluapkan emosinya karena tak ingin menakuti gadis itu, lagi.
“Dokter Arga, ya?”
Lihat saja, akan Nagam kirim dokter
sialan itu ke pelosok desa.“Iya, yang ngobatin luka gue kemarin.
Dia kan dokter beneran, ngga kayak
lo. Abal-abal,” sahut Keyna. Padahal
tadi Nagam hanya bergumam, tapi masih sempat-sempatnya Keyna menjawab.Melihat Nagam yang menepikan mobil padahal tujuan mereka masih jauh membuat Keyna berpikiran yang tidak-tidak. Apakah Nagam akan membunuhnya malam ini?
“Gam, rumah lo masih jauh.”
“Gue tahu.”
Kepala Keyna menoleh pada Nagam yang tengah memejamkan mata. Wajah lelaki itu terlihat lelah, tanpa sadar tangan Keyna mengusap pipi Nagam.
"Lo keliatan capek banget."
"hmm. Gara-gara lo."
“Kok gue,” sungut Keyna tak terima.
“Gue kangen sama lo, Key.” Tangan Nagam beralih ke pinggang Keyna, jemarinya langsung bersentuhan dengan perut Keyna yang tak dilapisi apapun. Ia menarik tubuh gadis itu untuk mendekat dan memeluknya.
Nagam membenamkan wajahnya di ceruk leher Keyna. Dia menghirup dalam-dalam aroma Keyna, aroma yang begitu ia rindukan.
“Seminggu ngga ketemu sama lo rasanya berat banget.”
Sedangkan Keyna, tubuhnya terasa kaku karena perlakuan Nagam. Lelaki yang lebih tua lima tahun darinya ini mulai bersikap manja, yang entah kenapa menimbulkan desiran hangat dalam hatinya. Perlahan jemari Keyna mulai menyusuri rambut Nagam, lembut juga ternyata.
“Lo pakai sampo apa, Gam. Wangi banget,” ucap Keyna. Hidung gadis itu asik mengendus rambut Nagam tanpa tahu jika Nagam tengah menahan sesuatu akibat deru nafas Keyna yang tak sengaja mengenai telinganya.
Nagam sangat sensitif dengan bagian tubuhnya yang satu itu.
“Mau tahu?”
Keyna mengangguk. Betisnya yang terasa sakit tak gadis itu pedulikan, tanpa Keyna sadari, ia mulai memperhatikan Nagam. Tangan Nagam yang bergerak mengusap pinggangnya membuat Keyna merinding setengah mati. Lelaki ini mesum sekali.
“Tidur sama gue malam ini.”
Keyna sontak melepas pelukannya dan mendorong pundak Nagam menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYGAM (bahagia atau luka) [Hiatus]
Viễn tưởng"Pokoknya lo harus bikin dia bahagia. Gue rela gantiin posisi Silsa buat bahagiain Nagam, sekalian tuh lo manfaatin nama gue yang lo tulis disitu." Dan petaka-lah yang menimpaku setelah melontarkan kalimat sialan itu.