TaraaaaaSetelah sekian purnama, akhirnya aku punya niat buat lanjut nulis ini lagi. Sempat mikir buat hiatus, tapi setelah berpikir dengan waktu yang cukuup lama, aku memilih lanjutin sampai tamat meski ngga tau tamatnya kapan hehe.
Terimakasih buat yang nunggu, meski lama tapi aku usahain perjalanan Nagam dan Keyna akan kalian baca sampai tamat.
Selamat membaca sayang-sayangkuuu
Setelah berhasil mengamankan Nagam, lebih tepatnya membawa lelaki itu ke rumah sakit, Keyna langsung menjatuhkan diri di lantai sanking gemetar karena kondisi Nagam yang masih terbayang di kepalanya.
"Duduk disini, Keyna. Apa kamu tidak kedinginan?"
Keyna mendongak. Di sana, Jordan dengan ekspresi datar menunjuk kursi kosong di sebelahnya. Keyna akui, meski sudah berumur namun ketampanan yang dimiliki oleh Jordan masih terlihat, dia tampak seperti Nagam versi lebih dewasa.
Sedangkan Monica, gadis itu tidak ikut ke rumah sakit, yang Keyna ingat gadis itu malah mengobrol dengan Ken.
Benar benar tidak waras.
"Saya tahu kamu masih shock, tapi lebih baik obati dulu luka di kakimu," saran Jordan. Pria itu yakin jika luka yang ada pada Keyna pasti ulah anaknya.
"Om ngga marah sama saya?" Keyna bertanya hati-hati. Seharusnya bisa disimpulkan bahwa yang membuat keadaan Nagam menjadi mengenaskan seperti itu karena dirinya.
Tidak ada orang lain di sana kecuali Tio yang sudah tak bisa bergerak, sudah mati atau belum Keyna tidak tahu, namun gadis itu berharap semoga Tio masih bisa bernafas setelah tiga peluru menghujam tubuhnya.
"Apakah ada alasan untuk saya marah kepada kamu?"
Keyna meneguk ludah kasar, "saya yang sudah membuat anak Om berakhir di meja operasi."
Tamatlah sudah.
Kalimat gila itu meluncur tanpa hambatan dari bibirnya. Seharusnya ia bilang saja jika Nagam yang menembakkan peluru itu ke tubuhnya sendiri, bukan karena ulah dirinya.
Tapi, tunggu.
Seingat Keyna, ia tak pernah menarik pelatuk itu. Mau seberani atau bahkan seniat apapun dirinya untuk membunuh Nagam walau hal itu sudah ia lakukan di pikirannya berkali kali, tapi Keyna masih tak memiliki nyali untuk benar benar melenyapkan Nagam dari dunia ini.
"Kamu yakin dengan perkataan mu?"
Ada apa dengan bapak dari Nagam ini? Bukannya menanyakan alasan Keyna menembak anaknya, malah bertanya tentang keyakinan dari perkataannya itu.
"Maksud, Om?"
Jordan terkekeh, "seharusnya kamu tahu maksud saya, Keyna."
Tolong jelaskan, dia benar benar tidak mengerti.
"Saya benar-benar tidak tahu, Om."
Jordan menghela nafas pelan. Gadis yang di incar oleh anaknya ini ternyata benar benar polos, bagaimana bisa gadis itu masih tidak mengerti apa yang dirinya tanyakan.
"Menurutmu, Nagam di dalam sana sedang sekarat atau tidak?"
Pertanyaan macam apa lagi ini?
"Saya tidak tahu, Om."
"Lalu apa yang kamu tahu?" Tanya Jordan agak kesal, sedari tadi jawaban yang ia terima tak memuaskan, malah berhasil memancing emosinya.
"Sebagai kekasihnya, kamu berharap bagaimana?"
Sebagai kekasihnya, ya?
Dada gadis itu terasa sesak. Setelah apa yang dirinya lalui selama ini, banyak rasa sakit dan ketakutan yang berhasil Nagam berikan padanya. Namun disaat bersamaan, ada rasa tenang dan nyaman yang juga berhasil menghancurkan benteng pertahanan yang ia bangun sedari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYGAM (bahagia atau luka) [Hiatus]
Fantasy"Pokoknya lo harus bikin dia bahagia. Gue rela gantiin posisi Silsa buat bahagiain Nagam, sekalian tuh lo manfaatin nama gue yang lo tulis disitu." Dan petaka-lah yang menimpaku setelah melontarkan kalimat sialan itu.