Part 19

1K 90 9
                                    

"A-ampuni saya Jordan, saya mengaku bersalah. Tolong Jangan bunuh saya," Pandu dengan lebam di sekujur tubuhnya berusaha keras untuk bersujud dan meminta ampun pada Jordan. Andai dia tak mengkhianati lelaki itu mungkin dirinya bisa melanjutkan hidup.

Nagam dengan tatapan malas melihat interaksi antara ayah dengan si pengkhianat yang akhirnya bisa ia tangkap sebelum lelaki tua itu bisa kabur ke luar negeri.

"Jika sudah tahu akan berakhir dengan kematian mengapa harus memilih berkhianat, Pandu?"

"Sudahlah, Pa. Langsung eksekusi aja, Nagam capek nunggunya ini," ucap Nagam kesal. Padahal dirinya ingin bertemu Keyna hari ini, tetapi Jordan malah meminta atau lebih tepatnya memaksa ia untuk melihat bagaimana cara sang papa memberi hukuman yang pantas untuk pengkhianat itu.

"Kamu ini yang sabar, Nagam. Semua butuh proses."

"Alah proses tai, biasanya juga sat set sat set."

"Ulangi perkataanmu, Son." Nagam langsung menunduk kala belati sepanjang telapak tangan hampir menggores wajahnya. Menoleh ke belakang, Nagam melihat belati itu sudah tertancap sempurna di dinding.

"Iya iya Nagam bakal sabar, ini belatinya mau di balikin ngga?" Tanpa menunggu jawaban, lelaki itu menarik belati dan langsung melempar tepat di lengan Pandu yang membuat Jordan mendesis Kesal.

"Argh!" Pandu berteriak kesakitan, belum lagi tulang jemarinya yang remuk karena di injak oleh Jordan menambah rasa sakit di tubuhnya.

"Sudah Papa bilang Jangan bergerak sebelum disuruh, kamu ini lama-lama minta di coret dari kk."

Nagam melengos, "Dari dulu ancamannya itu mulu."

Jordan mendelik, anaknya ini memang minta di sambit sepertinya. Apakah Nagam tidak ingat ancaman lain yang bisa dia berikan jika membantah lagi.

"Ya sudah, Keyna nanti pa-"

"Nah kan Papa mulai lagi," potong Nagam kesal. Baginya lebih baik di coret dari kk daripada Keyna harus dibawa bawa dalam pembicaraan mereka.

"Kamu ini kalau kelamaan bucin bisa jadi bodoh, padahal selama ini Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk lemah pada perempuan, ckckck."

Pandu yang meihat ada celah untuk dirinya kabur dengan sekuat tenaga menahan sakit kala mencabut belati yang ada di lengannya. Nagam yang melihat Pandu akan menghunus belati itu pada Jordan tersenyum miring.

Sepertinya lelaki tua bangka itu tidak tahu bahwa Jordan bukanlah orang yang bisa ia tumbangkan dengan mudah.

"Kalau kebanyakan ngebacot bisa ditusuk sama Pandu lho, Pa."

Secepat kilat Nagam menendang wajah Pandu hingga membuat lelaki itu terjengkang ke belakang. Ia mengambil belati yang tergeletak di kaki pandu kemudian menusuk bagian lengan, paha juga betis lelaki itu.

Nagam tak akan memberi kematian yang mudah untuk Pandu, ia ingin bermain dahulu sebelum mengambil nyawa pria itu. Jika menunggu Jordan yang menuntaskannya ia yakin ini akan menghabiskan waktu yang lama.

Nagam tahu, sebenarnya Jordan tak akan pernah bisa membunuh Pandu karena lelaki itu adalah teman seperjuangannya selama lima belas tahun terakhir. Walau sekejam apapun Jordan, ia masih memiliki hati untuk mengotori tangan dengan darah sahabatnya sendiri.

"Nungguin Papa lama, Nagam mau ketemu Keyna sekarang." Setelah mengucapkan itu Nagam langsung menancapkan belati di leher Pandu dan memutar belati itu hingga kepala Pandu nyaris terputus.

Jordan yang tak sanggup melihat keadaan Pandu hanya bisa menunduk. Sebenarnya ada keinginan dirinya untuk memaafkan lelaki itu, hanya saja ini adalah pengkhianatan kesekian kalinya yang ia dapatkan dari Pandu dan itu sangat menyakitinya.

KEYGAM (bahagia atau luka) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang