Nagam memperhatikan sang Ayah yang tengah berlatih memanah di lapangan pribadi keluarga mereka. Semua Anak panah yang di tembakkan hanya satu yang meleset karena Jordan yang terkejut atas kehadiran Anak sulungnya itu. Memasang wajah datar Jordan tiba-tiba menghempaskan alat memanahnya dan langsung menerjang Nagam. Nagam yang belum siap harus menerima bogeman mentah di perut, yang rasanya benar-benar luar biasa.
"Masih saja lemah seperti dulu," sinis Jordan. Pria itu tak ada niat sama sekali untuk menolong putranya yang terbaring kesakitan.
"Makanya kalau ngajak berantem itu bilang-bilang, Pa. Mana baru selesai makan, kram perut Nagam jadinya," oceh Nagam. Lelaki itu memilih bangkit sendiri karena tahu bahwa sang papa tak akan menolongnya.
Jordan kemudian meninggalkan lapangan dan pergi ke ruangan bawah tanah miliknya. Jangan kalian pikir ruangan itu adalah tempat eksekusi manusia atau tempat penyiksaan, Jordan tak menyukai jika kediaman miliknya harus terkotori oleh darah-darah menjijikkan, Dirinya sangat mencintai kebersihan. bahkan setiap hari minimal ada tiga puluh maid yang membersihkan seluruh ruangan yang ada di rumah ini termasuk ruang bawah tanahnya.
Pintu ruangan terkunci otomatis saat mereka berdua selesai menuruni tangga. Nuansa ruangan ini tidak sesuram yang kalian bayangkan, dengan warna coklat dan abu-abu juga desain ruangan yang cantik bisa membuat Jordan betah berlama-lama disini. Apalagi adanya tempat penyimpanan wine mahalnya dan juga di lengkapi meja bilyard, sungguh kenikmatan yang nyata.
Jordan menduduki kursi kebesarannya, pria itu mengambil sebuah map dan melemparkan map itu tepat di wajah Nagam. Sedangkan yang terkena lemparan hanya bisa pasrah dan berusaha menahan diri untuk tidak balas melempar balik muka sang Papa.
"Selesaikan dan akan Papa kabulkan apa yang kamu mau." Dirinya tahu Nagam tak mungkin pulang jika tak ada maksud terselubung yang di inginkan oleh putranya itu.
"Anjeng sakit muka gue. Ni bapak-bapak kalau ketemu gue bisa ngga sih lembut dikit," dumel Nagam dalam hati. Tentu saja dia tak berani mengatakannya langsung pada Jordan, Nagam masih ingin hidup lama.
"Kamu sepertinya tengah mengatai papa dalam hati," ucap Jordan santai. Dirinya memainkan bolpoin sembari melihat ekspresi anaknya yang langsung berubah.
"Ngga Pa, nethink mulu sama Anak sendiri."
Jordan mengerutkan alisnya, "Tapi mukamu tadi berkata sebaliknya."
"Emang muka Nagam kenapa?" Nagam segera meraba wajahnya, siapa tahu ada yang aneh sampai papanya berpikir seperti itu walaupun pada kenyataannya yang di katakan Jordan memang benar.
Jordan terlihat tengah berpikir, "Mukamu seperti orang yang tengah menahan kentut, jelek sekali."
Ingin sekali Nagam berkata 'coba deh pa gantian muka papa Nagam tampol pake map' tapi itu hanya khayalan, sekali lagi Nagam tidak mau mencari masalah dengan Jordan jika ingin hidup lebih lama.
"Ini yang dikatain Anak sendiri lho, Pa."
"Lah kalau Anak sendiri memangnya kenapa? Monica Papa bilang gendut saja tidak marah."
WHAT THE HELL!!
"Pantesan Mon sering marah-marah ngga jelas terus minta Nagam nemenin dia keliling mall seharian, ternyata ini alasannya."
Jordan memang tanpa sadar mengatai anaknya, dan Monica paling sering menjadi korban keganasan mulut papanya sendiri. Siapa perempuan yang mau di katai gendut, bahkan Nagam pun memahami kalimat sensitif itu. Tapi kenapa dengan seenak jidat mulut Jordan melontarkan kata 'gendut' pada monica sampai gadis itu pernah menghabiskan hampir setengah saldo rekening Nagam karena sakit hati dan Nagam baru tahu itu ulah siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYGAM (bahagia atau luka) [Hiatus]
Fantasy"Pokoknya lo harus bikin dia bahagia. Gue rela gantiin posisi Silsa buat bahagiain Nagam, sekalian tuh lo manfaatin nama gue yang lo tulis disitu." Dan petaka-lah yang menimpaku setelah melontarkan kalimat sialan itu.