Chapter:26

3.4K 423 133
                                    

Absen dulu yuk😁

Yang minta up pokoknya harus votmen gak mau tempe 😊

Haduh maapin kalo gaje🙂

Happy reading...

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Wah...adik kecil tumben menyiram? Biasanya jam segini sudah tidak ada dirumah” dan ya kalian sudah bisa menebaknya bukan?

Jisoo berbalik, menanggapi ucapan kakaknya. “Oh, a-aku break hari ini kak” Irene tersenyum sinis seraya duduk di bangku taman dengan secangkir teh ditangannya

Irene lalu membuka laptopnya, duduk berpangku sesekali melirik Jisoo yang terus menyirami bunga mawar berwarna biru entah dari mana datangnya.

“Kau—dari mana mendapatkan bunga langit itu?” tanya Irene dengan sorot mata tajam melekat. “Oh, aku membelinya dari Jepang kemarin” Irene mengangguk mengerti

“Kemarilah, bantu aku” Jisoo menoleh, dengan langkah tersedat dia mendekati kakaknya. Duduk dengan perasaan ragu, pasalnya ini adalah kali pertama mereka berinteraksi dengan nada damai, tanpa orang tua mendampinginya

“Y-ya? Aku harus membantu apa?” tanyanya gugup. Irene menyeruput teh hijaunya lalu memutar benda elektronik itu bergantian menghadap Jisoo.

Jantungnya medadak berdebar tidak beraturan dengan mata masih menatap layar laptop. Jisoo menatap Irene meminta penjelasan

Wedding card?”

Gadis itu mengangguk, membuat Jisoo bertambah bingung. “T-tapi untuk siapa?” Irene mendelik kesal

“Tentu saja untukku!” jeritnya.

“Itung-itung sih, untuk persiapan jika nanti aku dan Taehyung menikah” Irene tersenyum lebar menjawabnya

“Kalian, kakak dan Taehyung sungguh akan m-menikah?” oh sial. Kepalanya mendadak berputar membayangkan mereka.

“Hmm, memang dengan siapa lagi. Kau tampaknya sangat senang yah?” Irene menyahut ketika melihat  memegangi kepalanya, hell dimana letak senangnya?

“Ayolah Jisoo. Pilih salah satunya, nanti ketika aku menikah aku ingin kau yang mengurus semuanya. Aku akan sangat bahagia jika kau mau” Jisoo mendelik tajam. Menurutnya, Jisoo sudi apa?

“Kau maukan, adik?” tanya Irene penuh harap. “Huh? Apa? Ah y-ya aku mau” sayangnya Jisoo tak cukup berani untuk membantah. Dia membenci dirinya sendiri karena terlalu pengecut. Jisoo benci itu.

“Dan yah bisa kau memilih kartu un—”

Tring.... Tring!

Notifikasi dari diglid tak dikenal terlihat mengambang dengan keterangan baru saja dilayar. Sebuah deretan abjad dalam bahasa Korea begitu tertata rapi, membentuk sebuah kalimat. ‘Aku menunggumu di Lión's hotel’

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang