Dia Lee Jisoo, gadis tangguh yang harus mengubur dalam-dalam cintanya hanya karena tidak inggin menyakiti hati seseorang, ia mencintai sahabatnya sendiri-Kim Taehyung
Namun ia memendam perasaannya karena mengetahui bahwa kakak tirinya juga mencintai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jisoo, gadis itu mengusap tengkuknya ketika angin bertiup sayu menerpa wajahnya, suasana begitu mencengkeram, bulan tak muncul, hanya ada beberapa bintang yang meredup. Bergerak gelisah dikursi halte sembari melihat papan petunjuk, hari ini entah kenapa perasaannya tidak enak
Apa karena Taehyung?
Tadi pukul 10 dirinya mendapat pesan teks dari Taehyung, pria itu menyuruhnya untuk datang menjemputnya disebuah alamat didekat taman rekreasi plaza dengan alasan mabuk dan tidak bisa mengendarai mobil. Sejujurnya Jisoo juga merasa takut keluar rumah selarut ini, tapi karena Taehyung yang memintanya, mana bisa Jisoo menolaknya?
“Cih menyusahkan” Beberapa kali dia meniup telapak tangannya agar mendapatkan rasa hangat, tapi tetap saja yang Jisoo rasakan hanya hawa dingin yang kian meningkat.
Tubuhnya bahkan sudah gemetar lantaran angin malam terus menusuk tulangnya, ditambah Jisoo hanya mengenakan gaun tidur selutut tanpa menggunakan cardingan atau jaket, terlalu kalut dengan keadaan Taehyung sampai-sampai melupakan dirinya sendiri
“Lama sekali sih busnya”
Bulu kuduk Jisoo tiba-tiba berdiri ketika telinganya mendengar suara gelak tawa anak kecil. “Apa itu makhluk penunggu halte?” pikirnya
Jisoo terlonjak kaget ketika melihat presensi seorang bocah laki-laki muncul ditikungan dengan sepontan. "Apa aku harus lari?" tanyanya pada diri sendiri
"Aku melihat halte, aku melihat halte!" Bocah itu berjingkrak sembari menunjuk-nunjuk dirinya, maksutnya haltenya
'Oh manusia...'
“Hei pelan-pelan nanti jatuh...” teriak seorang wanita sembari menggandeng tangan mungil itu, sesaat Jisoo terkesiap melihat paras cantik itu, rahang tajam, alis menukik tegas dan wajahnya yang dingin. Kenapa wanita itu seakan tidak asing dimata Jisoo?
'Apa aku mengenalnya?' pikirnya sendiri
“Kau tidak kedinginan, sayang? Mau ibu peluk” sepasang ibu dan anak itu melewati Jisoo begitu saja dan memilih duduk dipojokan
“Em em em! Jaketnya hangat aku tidak merasa kedinginan, tapi ibu—bagaimana dengan ayah?” tanya anak itu dengan polosnya
“Mm, dia sama dengan putranya. Jangan khawatir, ayahmu tidak akan kedinginan” ujar wanita itu
"Ibu apa ayah akan senang melihat kita mendatanginya?" Wanita itu terdiam sebentar. "Tentu saja, littel Oh" nyatanya ia sendiri tidak tahu, apa pria itu akan menerima keberadaan mereka atau malah mengusir mereka
"Kenapa ayah sering sekali meninggalkan kita dan memilih tinggal disini?"
"Ayahmu juga punya pekerjaan sayang, jadi mau tak mau harus meninggalkan kita" wanita itu bangkit menarik tangan putranya ketika merasa bus sudah berhenti didepan
