12. Jeno diam

3.6K 512 116
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jeno memperhatikan sekitarnya yang menguarkan aura tak mengenakkan, ini terlalu tegang bak sebuah adegan dalam film action. Terlebih wajah Jaemin, Lucas dan Aheng yang tidak ada ramah-ramahnya. Menatap tajam pada objek yang juga tak ingin kalah menurunkan arogannya.

"Ini apaan sih-"

"Diam Jeno!" Ketiga orang itu memotong cepat ucapan Jeno, membuat si april ini menelan ludahnya sendiri, agak seram.

"Jangan membentaknya."

"Kita tidak membentak, hanya menyuruhnya diam. Lalu anda mengapa bisa ada di sini, sir Mark yang terhormat?"

"Menjenguknya," jawabnya tenang.

"Lah Luke lu salah pertanyaan," bisik Aheng. "Bego sih."

"Lah terus nanya apaan? Eh kalau gue bego lo lebih bego!" Ucapnya mendekat ke telinga Aheng seolah berbisik tetapi dengan nada yang dapat didengar semua orang.

"Jangan keras-keras, kedengaran semua!"

"Ya, maap." Lucas memposisikan dirinya kembali menatap pada dosen pembimbing Jeno. "Kenapa anda malah tertidur dan menggenggam tangan Jeno?"

"Bang Lucas!"

"Jeno jangan dulu ikut campur, ini urusan laki-laki." Aheng tersenyum meyakinkan.

Menyulut emosi dalam diri Jeno. "GUE-eh saya juga laki-laki kalau bang Aheng lupa!" Hampir saja Jeno ngegas, padahal dosen kesayangannya tepat di sampingnya.

"Eh iya lupa, hehe." Aheng kembali tercengir tanpa bersalah.

"Jangan ngelawak, Bego! Ini lagi serius."

"Jadi bisa anda jelaskan mengapa hal itu terjadi?" Jaemin yang sedari tadi diam angkat suara. Dengan wajah datarnya ia menatap lelaki dewasa itu.

"Jean menggenggam tangan saya, meminta saya untuk tetap tinggal. Genggamannya terlalu erat, dan saya berpikir untuk menunggunya terbangun agar ia berhenti menggenggam tangan saya." Jelasnya.

Jeno langsung melihat tangannya yang ternyata masih menggenggam tangan Mark erat. Segera ia lepaskan genggamannya, dalam hati ia meringis membayangkan hal bodoh apa yang sudah ia lakukan beberapa saat lalu. Ini pasti akan berpengaruh dengan bimbingan proposalnya ke depan.

Mark melihat tangannya yang sudah Jeno lepaskan. Kemudian ia alihkan perhatian pada pemuda yang kini hidungnya memerah, apa itu pengaruh salah tingkah? Atau itu tanda-tanda ia malah terserang demam? Opsi ke dua, Mark mengulurkan tangannya ke kening Jeno, membuat pemuda itu beku ditempat. Mata sipitnya berkedip lambat menantap Mark.

"Kamu demam?" Ia rasa memang suhu Jeno lebih panas dari pada biasanya. Ia menarik tangannya. "Sepertinya kamu butuh istirahat yang banyak, tanpa gangguan. Semoga cepat sembuh, Jean. Saya permisi." Mark sepertinya mengabaikan tiga nyawa yang menghirup oksigen yang sama dengan dirinya dan Jeno.

Mantra Cinta [MARKNO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang