Saat Jeno membuka matanya beberapa menit lalu, yang ia lihat adalah wajah-wajah khawatir sahabatnya. Yang Jeno hadiahi dengan cengiran tak bersalah, hal ini menyulut Renjun selaku sumbuh pendek yang hampir saja menggeplak kepalanya. Untung Yangyang menahannya dan mengingatkan bahwa Jeno baru sadar dari pingsannya.
"Bego banget lo pingsan di depan dosbing, ya Tuhan, Jeno ini dunia nyata bukan fiksi," gerutuan Renjun setelah Jeno sadar cukup lama.
"Ya gimana, ga tahan gue sama ketampanannya, haha!"
"Sumpah ya, Jen, otak lo tu isinya apa sih? Gemas banget pengen gue-"
"Sabar, Yang, Jeno masih sakit loh." Hyuck menenangkan kekasihnya yang sedari tadi masih berniat mencubit sayang Jeno.
"Jen."
"Kenapa, Na? Gue udah gapapa, eh iya yang bayar rumah sakit siapa? Duh duh gue ngerepotin banget ya..."
"Jeno lo ga usah pikirin itu dulu, dokter bilang keadaan jantung lo-"
"Ga bisa dong, Na! Duit itu penting-"
"Jangan potong ucapan gue, Jean!"
Jeno terkejut mendengar nada bicara Jarmin berubah, suaranya lebih keras dari biasanya. Hanya saja, Jeno tak ingin tahu lebih jauh tentang keadaan jantungnya. Jeno hanya takut.
"Kalau ketemu sama dosen gila itu bikin jantung lo drop kek gini terus mending ganti aja dosbing, Jen. Gue ga mau lo terus-terusan gini, dia pengaruh buruk."
"Ngga, Na-"
"Ngga apa? Ini udah kedua kali lo masuk RS gara-gara tu dosen."
"Na, bakal ribet ngurusnya. Lagian kalau masalah jantung itu wajar aja." Jeno menatap sahabatnya itu dengan senyum. "Na, lo percaya aja, gue bakal baik-baik aja. Mungkin emang guenya aja yang jarang olahraga jadi dikejar anjing bikin gue pingsan."
"ANJING?!"
"Yang ga boleh ngumpat," Hyuck mengingatkan Renjun.
"Bukan, maksud gue kok dikejar anjing?"
"Iya, sebelum masuk ruangan tu dosen gue dikejar anjing dari lantai 2 sampe 4, hehe." Jeno nyengir kayak ga ada salah padahal nyawanya hampir aja lewat. "Ya ga sepenuhnya salah dospem gue, lagian dia juga kan yang ngantar gue ke rumah sakit."
"Kalau sekali lagi lo masuk rumah sakit gara-gara tu dosen gue yang urus surat ganti pembimbing. Gila aja lo sial gara-gara kehadiran tu orang."
"Kok lo ngedoain gue jelek, Na? Mau gue masuk rumah sakit lagi lo? Wah parah! Segitu doang pertemanan kita, Kawan?"
Jaemin menatap Jeno datar. "Mau jadi yang ketiga, ga?"
"GELO! OgaH, selagi sir Mark belom nikah kagak sudih gue." Jeno bergidik jijik sekaligus ngeri membayangkan dirinya jadi madu ketiga si otak seperempatnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta [MARKNO]
Fiksi PenggemarIni kisah suka dukanya mahasiswa semester akhir. . 'Hari ini saya tidak masuk. Saya sakit gigi.' Jeno tersenyum sambil menggenggam ponselnya erat. Rasanya sangat percuma ia menahan kantuk 2 jam menunggu dosennya. Rasanya percuma bangun subuh-subuh m...