🔞Ciuman panas mereka berlanjut, basah dan sangat intim. Jeno sangat sadar siapa yang mencumbunya, menyentuh setiap jengkal bagian tubuhnya. Rasanya hampir gila, sentuhan dari tangan kekar lelaki itu membuatnya benar-benar hilang akal.
Mata mereka beradu tatap, untuk sejenak Jeno jelas melihat lawannya sekarang sedang meremehkannya sebab berhasil memenangkan permainan mereka. Jenaka sekali kisahnya sekarang, namun Jeno tidak ingin memikirkan itu. Saat ini yang ia inginkan adalah menuntaskan birahinya.
"Menikmatinya, heum?"
Meledak, suara berat dan sapuan hangat nafasnya membuat Jeno terpejam. Bagaimana mungkin lawannya masih bertanya sedangkan sedari tadi sudah mengerjai Jeno dengan sentuhan nakalnya? Siapa yang tidak nikmat diberi sentuhan seintens dan seliar lelaki dihadapannya sekarang?
Jangan salahkan Jeno jika sekarang ia mulai mengikuti permainan lelaki yang jauh lebih dewasa darinya ini. "Sir, mau yang lebih dalam tidak?" tanya Jeno dengan seringai nakalnya.
Lelaki itu menyentuh ranum Jeno yang sedikit membengkak akibat ciuman panas mereka beberapa saat lalu. Jeno tidak keberatan membuka mulutnya hanya untuk mencicipi dua jari lawannya. Dengan sensual ia melai memainkan perannya.
"Ouh, sudah paham rupanya. Diajari siapa?"
Jeno melepas kulumannya, membuat benang saliva miliknya menggantung hingga terputus dan mengalir ke dagunya. Sekali lagi, Jeno tersenyum nakal.
"Saya bukan anak SMA yang lugu dan polos, Sir. Saya 22 tahun, menonton film dewasa bukan larangan, kan?" Lalu Jeno mulai membuka satu-satunya kain yang menutup daerah paling sensitifnya.
"Baik, Bocah. Jangan salahkan saya jika permainannya tidak seperti yang sering kau tonton."
.
.
.
.
.
.Tunggu, bocah?
Dalam sebuah adegan dewasa kata itu harus muncul? Ini tema delapan belas coret. Lalu mengaoa ada kata "bocah"?
Lupakan itu, mari masuk ke dunia realita yang benar-benar Jeno jalani. Tepatnya di suatu pagi yang indah di daerah dataran tinggi sebuah rumah sederhana di lantai dua.
Tirta menatap datar gundukan selimut di depannya yang hanya menimbulkan kepala, dengan pelaku seorang pemuda yang tengah memonyongkan bibirnya. Ini masih pagi, namun dalam dirinya sudah dongkol bukan main.
"YAK! JENO SETAN!!!" Tirta tak tanggung mengeluarkan bakat alaminya. Seraya ia tarik selimut dari pemiliknya. "ANJINK SETAN, BENARAN MIMPI BASAH LO, DASAR MANUSIA TIDAK ADA ADAP. BANGUN LO!"
Jeno seperti tertarik kembali ke dunia nyata, langsung terduduk dengan isi kepala yang berputar. Teriakan milik Tirta berdengung di telinganya. Mengumpulkan sisa-sisa nyawanya yang berkeliaran entah kemana, dengan ocehan Tirta yang tiada hentinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta [MARKNO]
FanfictionIni kisah suka dukanya mahasiswa semester akhir. . 'Hari ini saya tidak masuk. Saya sakit gigi.' Jeno tersenyum sambil menggenggam ponselnya erat. Rasanya sangat percuma ia menahan kantuk 2 jam menunggu dosennya. Rasanya percuma bangun subuh-subuh m...