Jeno melihat lelaki yang tadi Renjun sebutkan, si gondrong pemilik senyuman manis itu kembali menggetarkan hati Jeno. Ini bukan kali pertama mereka bertemu, tapi pertama lelaki itu datang menemuinya di rumah kost Jeno.
Dia berdiri saat Jeno sampai di hadapannya, Jeno tak mampu menahan senyum canggung yang selalu ia keluarkan saat bertemu seseorang yang... cukup spesial.
"Hay, Kak." Ia menyapa canggung, semburat merah jambu samar dikedua pipinya, Jeno salah tingkah ditatap dengan senyuman teduh itu.
"Hai."
"Du-duduk lagi, Kak, hehe."
Keduanya duduk berhadapan, Jeno merasakan jantungnya hendak keluar setiap kali ia mencuri pandang pada pemuda itu. Tersenyum malu-malu yang jatuhnya malah sangat menjijikan-itu kata Jaemin kalau kata Renjun -jijik banget mesem-mesem kek orang ganguan jiwa.
"Mau nepatin janji, liat senja berdua. Bisa kan?"
Jeno yang awalnya senyum menye-menye jadi langsung menatap orang di depannya dengan wajah terkejut. "Liat senja gimana, Kak?"
"Kakak punya spot bagus buat liat senja, sekalian ajak kamu jalan sambil keliling kota gitu."
Jeno merasa ada kembang api imajinasi yang meledak-ledak di belakang dirinya. Akhirnya malam minggu Jeno tidak seputar tentang menggalaukan dosennya. "Dengan aku?"
"Iya, itupun kalau kamu mau."
Ya mau banget! Ingin Jeno berteriak demikian, tapi dia hanya memberi senyum terbaik sambil mengangguk.
"Tapi ga ada yang marah kan kalau kamu kakak ajak jalan?"
Buaya banget gitu, cuma ya Jeno yang udah kesemsem langsung aja ngegeleng. "Asal kakak pulangin aku, alias ga langsung bawa ke pelaminan, hehe."
"Kamu bisa aja, ya maksud kakak pacar atau siapa kamu gitu?"
Kadal masih mencari cela.
"Mana ada! Jeno tu jomblo- tapi kalau sama kakak mungkin jodoh, hehe."
Ucapan Jeno membuat pemuda itu cukup terkejut, Jeno sendiri langsung menutup mulutnya yang lancar sekali berkata asal. "Ups- maaf, Kak. Anu itu aku itu buat lucu-lucuan aja."
"Ga papa santai aja. Kamu ga perlu ngelucu, udah lucu kok. Kakak suka."
Jantung Jeno konser, matanya berkedip lucu akibat ulah sang kakak tingkat. Jeno jadi berharap, mana senyum si kakak teduh banget.
"Kakak bisa aja, hehe."
"Ya udah, berarti kita jalan ya?"
"Eh bentar, aku ganti baju dulu, Kak. Soalnya ini baju dari pagi."
"Iya, sana kamu siapin diri. Oh ya jangan lupa pakai jaket, kakak bawa motor soalnya."
"Siap kak! Aku ke atas bentar." Jeno senyum. Selanjutnya ia berlari menuju kamarnya, saat pintu kamar tertutup suara gaduh terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta [MARKNO]
Hayran KurguIni kisah suka dukanya mahasiswa semester akhir. . 'Hari ini saya tidak masuk. Saya sakit gigi.' Jeno tersenyum sambil menggenggam ponselnya erat. Rasanya sangat percuma ia menahan kantuk 2 jam menunggu dosennya. Rasanya percuma bangun subuh-subuh m...