Jeno merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, diliriknya pemuda lain yang kini tersenyum kepadanya. Seseorang yang tengah mengupaskan apel untuknya itu adalah Hendra, si kating yang suka ngeghosting.
"Aku tahu dari Johnny katanya kamu sakit." Pemuda itu menyodorkan potongan apel ke depan mulut Jeno. "Ayo aaa~!"
Jeno menurut, membuka mulutnya dan memakan buah yang disuapkan Hendra. "Ma kasih, Kak."
"Kamu tuh harus jaga kesehatan, Jen. Kamu jauh dari orang tua loh, kan kasihan kamunya kalau sakit ga ada yang urusin nanti."
"Orang-orang kost baik kok, Kak, mereka perhatian dan selalu ada pas Jeno butuh."
Hendra kembali menyuapi Jeno yang langsung disambutnya, pemuda april ini terlihat lebih segar dan di sini jelas tercium aroma bunga asmara tengah bermekaran.
"Iya, tapi ga selamanya kan mereka merhatiin kamu. Mereka juga punya kegiatan loh, kamu ga ngerasa ngerepotin mereka?"
Jeno merunduk, memainkan jemarinya, pada dasarnya apa yang Hendra katakan ada benarnya. Jeno tahu pemuda gondrong ini sangat mandiri dan melihat ke dirinya pasti ada rasa kesal karena Jeno ini sering sekali membuat repot satu kos.
Jeno terkejut saat tangan hangat Hendra membaluti tangannya yang dingin. Mata Jeno menatap pada wajah teduh sang kating, senyumnya terukir tulus. "Maaf ya kakak bilang gini, kamu pasti ngerasa tersinggung. Tujuan kakak baik kok, kakak mau kamu jaga kesehatan, jaga stamina tubuh kamu. Kesehatan itu penting, apalagi sebagai calon masa depannya kakak."
Mata Jeno menyiratkan keterkejutan, ada ingin untuk bertanya maksud dari ucapan Hendra. Namun lidahnya terasa keluh, ia hanya menatap pemuda itu dengan rona merah menghias pipi putihnya.
Hening...
Hanya terdapat dua pasang mata yang saling menyelami keindahan masing-masing.
Namun terlalu hening...
"Heng, kita pajangan nih?" Si pria tiang menyenggol temannya.
"Iya kali yah, kata orang mah kalau udah berdua sama orang yang dicintai itu dunia serasa milik berdua." Aheng menggelengkan kepalanya melihat dua manusia yang kini saling pandang.
"Pantau, Heng, nanti kalau zina bisa langsung kita gebukin." Lucas bersedekap dada.
Iya di ruang inap Jeno memang ada Lucas dan Aheng, hanya saja atensi keduanya hilang setelah kedatangan Hendra.
"Luke ngapain tu wajahnya ngedekat-ngedekat!" Aheng panik sambil menunjuk Jeno dan Hendra.
"ANJENG! Tuh tangan ngapain!!!" Lucas sudah menyingsingkan bajunya.
"Ga bisa dibiarin!" Baru Aheng ingin melangkahkan kakinya tetapi ditahan Lucas. "Luk-"
Dengan wajah serius. "Ini urusan gue." Si tiang itu dengan songongnya melangkah menuju dua manusia yang dicurigai akan melakukan zina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta [MARKNO]
Fiksi PenggemarIni kisah suka dukanya mahasiswa semester akhir. . 'Hari ini saya tidak masuk. Saya sakit gigi.' Jeno tersenyum sambil menggenggam ponselnya erat. Rasanya sangat percuma ia menahan kantuk 2 jam menunggu dosennya. Rasanya percuma bangun subuh-subuh m...