4. tentang rasa

3K 498 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari berganti, beranjak meninggalkan sejuta kenangan untuk merajut masa depan. Keempat manusia yang mendeklarasikan mereka hanya memiliki satu otak kini tengah berada dikantin fakultas hukum. Duduk di sebuah meja dengan menu makanan yang sama.

Lagu manis dari Pink Sweat$-At my worst yang diputar radio kampus tidak membuat keempatnya ikut berbahagia. Yang paling mendung adalah Yangyang, wajahnya tertekuk masam sambil menatap tak minat pada mie ayam pangsit kesukaannya.

Dapat ditebak jika ini pasti masalah proposalnya. Renjun di sebelahnya hanya menatap iba pada sahabat seperjuangannya itu. "Yang, jangan sedih gitu, gue ikutan sedih liatnya."

"Ga bisa, Ren. Ini kali kesekian judul gue ditolak, gimana gue ga sedih. Otak gue udah ga bisa mikir lagi, mau nikah aja, huhu."

"Heh, orang tua lo ngebiayain sekolah sampai dijenjang ini buat liat anaknya sukses. Jangan nyerah begok!" Renjun kini malah menoyor kepala si termuda. "Lagian ni yah, lo mau nikah ma siapa? Ada calonnya? Jomblo juga."

"Iya yang banyak gebetan!" Yangyang kesal.

"Gue ngomong gitu biar lo punya motivasi, pikirin orang tua lo yang mau liat anaknya jadi pengacara hebat."

Yangyang diam, menatap senduh pada tumpukan kertas yang berisikan ajuan judulnya yang dicoreti sangat merusak mata. Hati Yangyang tersentuh, mengingat kembali perjuangan orang tuanya sampai ia bisa berada di sini. "Tapi gue capek, ditolak terus sama dosen tu ga enak."

Jaemin mengusap punggung sahabatnya itu. "Sabarin aja, Yang, ntar deh gue bantuin lo cari judul. Biarpun jurusan gue perbankan gue punya banyak teman anak hukum kok." Jaemin tersenyum.

"Na, lo tu emang serpihan otak paling baik, mau peluk~" Yangyang memeluk tubuh pemuda itu erat.

Jeno yang sedari tadi hanya menyaksikan drama keluarga itu hanya bergidik geli. "Yang lo bilang ga homo, itu intim bener?"

Yangyang mengendurkan pelukannya. "Ini bukan homo ya asu, ini namanya menyayangi sepenuh hati seorang sahabat." Dan tanpa malu Yangyang malah mencium pipi Jaemin.

Membuat si pemuda agustus itu seketika membeku.

"Na, kalau lo merasa sehat mending lo kesamping gue. Dia dikasih hati malah jadi benalu."

Jaemin mendorong Yangyang hingga pemuda itu bertubrukan bahu dengan Renjun. Mengakibatkan ceker ayam yang tadi hendak ia makan malah terjatuh. Renjun berdiri dari duduknya.

"SIAPA YANG MAU TANGGUNG JAWAB? Ceker ayam kesayangan gue!"

"Belum 5 menit, Jun. Ambil aja." Jaemin berucap dengan santai.

Renjun menoleh ke arah Jaemin, menatapnya tajam seakan ingin memakan Jaemin hidup-hidup. Gerpu makanan yang masih ia pegang sekarang ia genggam erat-erat. Jaemin belum sadar karena sibuk berbalas pesan dengan gebetannya. Jeno menyenggol Jaemin mengkodenya, tapi tak dihiraukan.

Mantra Cinta [MARKNO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang