Akhir-akhir ini aku sedang was-was karena...
Sebentar lagi bayinya akan lahir!!!
Aku sangat senang!Tak terasa sudah 9 bulan aku mengandung. Keiji juga sangat sigap merawatku. sudah berhari-hari yang lalu Keiji dan aku menyiapkan pakaian dan keperluan lain di dalam koper dan beberapa tas kecil agar saat nanti tiba-tiba perutku mulas tanda ingin lahiran, kita tidak perlu terburu-buru menyiapkannya untuk dibawa ke rumah sakit.
Saat ingin pergi, Keiji yang selalu memakaikanku sepatu. Terkadang ia juga menyisir dan mengikat rambutku. Dia pria yang manis, baik pemampilan maupun hatinya.
Terkadang hanya dengan melihat sosoknya saja sudah membuatku terharu.
Aku juga selalu membawa handphone disebelah ku, jaga-jaga untuk menghubungi Keiji apabila bayinya akan lahir di saat Keiji tidak di rumah. Ibu dan ayah ku juga sering main ke sini sekedar untuk memastikan anaknya ini baik-baik saja lalu pulang saat Keiji sudah sampai rumah.
Saat malam tiba sekitar pukul 7 malam, perutku terasa sangat mulas, seperti ada sesuatu yang ingin keluar. Saat melihat ke bawah ada sesuatu yang mengalir melewati selangkanganku. Segera ku panggil Keiji, untung saja Keiji sudah pulang dari tempat kerjanya.
Keiji yang tahu air ketuban ku sudah pecah segera menyalakan mobilnya dan memasukan barang-barang yang sudah disiapkan ke dalam mobil. Ia menggendongku ala bridal sytle lalu memasukanku ke dalam mobil dan sempat-sempatnya aku berfikir tentang Keiji yang masih kuat menggendongku yang sudah berbadan dua ini terlebih bayinya sudah menginjak usia tua.
Selama perjalanan Keiji terus menyemangatiku dan mengarahkanku agar aku tidak takut dan bernapas dengan teratur.
Sampai rumah sakit, langsung saja aku dibawa ke ruangan khusus untuk bersalin. Keiji terus disampingku sebelum masuk ruangan bersalinnya sambil menggenggam tanganku atau mungkin lebih tepatnya aku yang meremas tangan Keiji karena rasa sakit yang teramat ini.
Keiji meminta izin ku sebentar untuk menelpon orang tua ku dan orang tuanya. Aku mengangguk, "Cepatlah kembali!" ucapku pada Keiji sambil menahan sakit.
Tak lama kemudian Keiji masuk ke dalam ruangan ku bersalin dengan pakaian hijau seperti perawat-perawat lainnya. Langsung saja ku sambar salah satu tangan Keiji dan menggenggamnya kencang, sesekali Keiji ikut meringis kesakitan karena genggamanku.
Tangan satunya ia gunakan untuk mengelus kepalaku, ia juga mencium keningku beberapa kali dan menyemangatiku. Raut wajah khawatir tidak bisa disingkirkan dari Keiji yang sedang melihat istrinya berjuang demi anak mereka.
Beberapa saat kemudian terdengar suara tangisan bayi. Keiji merasa sedikit lega, ia tersenyum melihat ke arahku yang sedang mengambil napas sebanyak-banyaknya.
"Terima kasih." Ucap Keiji sambil mencium keningku lama, "Walau aku tau kata itu tidak akan cukup untuk perjuanganmu selama ini."
Keiji setia menemaniku sampai aku tertidur baru ia keluar ruangan dan menemui serta menjelaskan pada orang tua kita.
Mereka nampak menghela napas lega karena cucu pertama mereka lahir dengan sehat serta anak dan menantunya juga lahiran dengan normal dan selamat.
.
.
.
.
Dua hari setelah melahirkan putra kita, banyak teman-teman yang mulai berkunjung ke rumah sakit, contohnya Bokuto, Konoha, Kuroo, Hinata, Miya bersaudara dan lain-lain, beberapa dari mereka juga mengajak istrinya masing-masing.
Banyak yang mengucapkan selamat, memberi hadiah (lagi), atau hanya sekedar menjenguk saja.
Aku juga merasa bersyukur masih di beri kekuatan dan kesempatan untuk meneruskan hidup ini, di dampingi seorang suami yang setia selalu menemani.
Aku sangat bersyukur.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(⁄ ⁄•⁄ω⁄•⁄ ⁄)
Maap kalo ada beberapa deskripsi yang salah. Lusi belum pernah lahiran soalnya :"v
Aww [name] udah punya anakk(づ ̄ ³ ̄)づ
![](https://img.wattpad.com/cover/243976875-288-k838614.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga [Akaashi Keiji]
Ficción históricacerita kehidupan [name] setelah menikah dengan seorang Akaashi Keiji. (Time Skip 7 tahun) [Sequel : Teman Tapi Mesra] Warning : bahasa tidak baku, typo, gaje, garing, receh, OOC, dll. KTT (Kehaluan Tingkat Tinggi)