*Ting Tong
Mendengar bel pintu aku langsung membukakan pintu untuk sang tamu sambil bertanya-tanya siapa yang berkunjung di siang hari begini.
"Hey hey hey [Name]-chan!"
"Konichiwa [Name]-san!"
Ucap Bokuto dan Hinata bersamaan lalu muncul seorang wanita di belakang mereka sambil melambaikan tangan kearahku.
"Yukie!" seru ku yang ingin memeluknya namun segera ditahan oleh Yukie karena mengingat aku sedang berbadan 2 dan sudah cukup besar juga.
"Ah, ayo masuk dulu." Ucapku sambil membuka pintu lebih lebar. Mereka masuk dan duduk di sofa yang memang disediakan untuk tamu.
"Aku akan membuat minum dulu ya." Pamitku tapi tertahan oleh perkataan Bokuto.
"Tunggu dulu [Name]-chan, aku membawa sesuatu." Bokuto mengeluarkan sesuatu dari tas tentengnya. Begitu pula Hinata yang katanya juga membawa sesuatu.
"Ini!" Bokuto memperlihatkan boneka tangan yang berbentuk maskot tim mereka dengan baju bernomor punggunya.
"Karena [Name]-chan sebentar lagi punya anak, jadi aku memberikannya ini." Ucap Bokuto, Hinata juga langsung memberitahu apa yang ia bawa, "Aku rasa ini juga bermanfaat untuk [Name]-san saat mengurus bayi nanti. Handuk kecil!"
Hinata memperlihatkan handuk kecil yang terdapat tulisan tim mereka dan nama serta nomor punggungnya disana. Senyum Hinata yang tulus dan polos itu membuat benda yang dipenggangnya terasa menjadi lebih spesial.
"Wah! Terima kasih. Sebenarnya kalian jika ingin main kesini tidak perlu repot-repot bawa buah tangan seperti ini. Aku jadi merasa merepotkan." Ucapku. 'Terlebih kenapa setiap main kesini kalian berdua selalu memberi benda yang berhubungan dengan tim kalian?! Sepertinya aku sudah punya semua barang yang berhubungan dengan tim MSBY karena kalian T_T"
"Kalau begitu aku juga sudah terlanjur membawa sesuatu." Ucap Yukie yang terkacangi dari tadi. Ia mengankat tas tentengan kecil, "Tenang, aku membawa makanan kok." Sambungnya seakan membaca pikiranku.
Aku tersenyum, "Baiklah, aku siapkan dulu ya." Ku ambil tas tentang milik Yukie dan menaruh pemberian Bokuto dan Hinata di tempat lain.
Setelah selesai membuat minuman dan menyiapkan makanan yang di bawa Yukie tadi, aku segera kembali ke ruang tamu dan menghidangkannya di hadapan mereka.
Setelah ku persilakan, mereka meminum teh yang ku buat.
"Dimana Akaashi?" Tanya Bokuto sambil mengambil makanan yang dibawa Yukie tadi.
"Dia bekerja hari ini." Jawabku sambil menyeruput teh yang ku buat.
"Wah tidak terasa ya [Name]-chan sudah hamil tua." Ucap Yukie. Aku terkekeh mendengar tuturannya.
"Iya! Rasanya seperti baru kemarin kita main kesini perut [Name]-san masih kecil, tiba-tiba saja sudah sebesar ini!" Tambah Hinata dengan intonasinya yang semangat.
"Cepat juga ya." Balasku, "Kalian kenapa bisa kesini barengan?"
"Aku tadi bertemu dengan Bokuto dan Hinata saat dipersimpangan, setelah ku tanya ternyata mereka ingin ke rumah mu jadi aku ikut mereka." Balas Yukie. Aku mengangguk paham.
Kita berempat lanjut mengobrol sampai pukul 4 sore.
"Maaf sudah merepotkan ya, kami pergi dulu." Ucap Yukie sambil melambaikan tangan.
"Tidak masalah, terima kasih juga untuk buah tangannya." Balasku.
"Dah [Name]-san!" pamit Hinata.
Aku melambai kan tangan ke mereka bertiga.
.
.
.
.
.
.
.
Tak lama setelah kepergian mereka, Keiji pulang.
"Tadaima."
"Eh? Okaeri." Aku yang sedang membereskan bekas makanan dan minuman tadi sedikit terkejut dengan kepulangan Keiji yang tiba-tiba.
Keiji yang baru membuka pintu dan melihatku membawa nampan berisi gelas kosong langsung mengambil alih nampan tersebut, "Biar aku saja."
Aku tersentak saat tiba-tiba Keiji berlari kecil ke arah ku dan mengambil nampan yang ku bawa.
"Ehh? Tapi Keiji kan baru pulang."
"Tidak apa-apa, ini tidak seberapa." Balas Keiji sambil mencium dahiku.
Keiji berjalan kearah dapur untuk mencucinya. Sebelum mencuci, Keiji memintaku melepaskan coat nya. Aku memperhatikan Keiji yang menggulung bajunya sampai siku dan mulai mencuci piring dan gelas kotor tadi.
Diselang mencuci, Keiji berbicara padaku, "Siapa tadi yang datang?"
"Yukie, Bokuto, dan Hinata. Bokuto dan Hinata juga membawa sesuatu lagi tadi."
Terdapat jeda sebentar lalu Keiji kembali berbicara, "Jangan terlalu lama berdiri. Makan malam biar aku yang siapkan nanti."
"Terus aku harus apa?" tanyaku sambil memasang wajah melas, "Keiji kan abis pulang kerja."
"Cukup duduk dan diam."
Aku tahu satu hal yang dapat membantu Keiji, "Emm, Kalau begitu setidaknya biarkan aku menyiapkan air hangat untuk mu mandi nanti."
Keiji nampak menghela napas, "Baiklah."
Setelah mendengar jawaban Keiji, dengan semangat aku langsung bergegas pergi ke kamar mandi.
Keiji sudah selesai dengan masakan makan malamnya. Akupun menyuruhnya mandi lalu kita makan bersama.
Sudah kenyang, Keiji langsung menyuruhku tidur, begitu pula dengannya setelah mencuci piring bekas makan malam.
Bukannya tidur, aku masih terduduk di kasur, menunggu Keiji ke kamar.
"Loh [Name], kenapa belum tidur?" tanya Keiji yang baru masuk kamar dan menutup pintunya.
"Menunggumu."
Keiji berjalan ke arah ku lalu mengacak-acak rambutku, "Tidurlah."
Aku menghadap Keiji yang sudah tiduran di kasur. Aku mengambil tangannya lalu memijatnya perlahan. Sepertinya Keiji tersentak dengan apa yang ku lakukan.
Tahu apa yang Keiji pikirkan, dengan segera aku menjelaskannya sebelum Keiji bertanya, "A-aku merasa tidak enak saja, Keiji sudah lelah bekerja tapi malah masih membantu ku." Ucapku dengan wajah merona.
Keiji tersenyum manis, "Tidak apa-apa, aku juga ikhlas kok membantunya." Keiji mengelus pipiku dengan tangan satunya. Aku tersenyum tenang.
tak lama-lama aku memijat Keiji, ia langsung menyuruhku untuk tidur. Sudah tidak ada pilihan selain menurutinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(⁄ ⁄•⁄ω⁄•⁄ ⁄)Lah.. Chapter ini kok panjang yaa :"v
Bentar lagi lebaran yeyyy (づ ̄ ³ ̄)づ
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga [Akaashi Keiji]
Ficción históricacerita kehidupan [name] setelah menikah dengan seorang Akaashi Keiji. (Time Skip 7 tahun) [Sequel : Teman Tapi Mesra] Warning : bahasa tidak baku, typo, gaje, garing, receh, OOC, dll. KTT (Kehaluan Tingkat Tinggi)