Rencananya hari ini aku ingin pergi belanja bulanan berdua dengan Keiji. Alasannya, tau kan jika mengajak anak kecil ke supermarket. Tapi [y/bb] tetap memaksa ikut entah itu pergi kemanapun. Padahal saat itu sudah ku titipkan pada keluarga Bokuto.
Dan akhirnya tetap saja kita berempat pergi. Kita keluar dari mobil. [y/bg] berada di gendongan Keiji dan aku mengandeng [y/bb].
Saat ingin masuk ke supermarket, [y/bb] melihat seorang nenek yang sedang istirahat di bawah pohon. Nenek tersebut nampak kehausan.
[y/bb] masih terus memerhatikannya sampai aku menarik tangannya memasuki supermarket.
Aku mengambil troli yang otomatis aku melepas genggamanku pada [y/bb]. [y/bb] langsung lari menjauh dari ku, "[y/bb] jangan jauh-jauh!" ucapku sedikit teriak. Tentu saja ucapanku tidak dipedulikan olehnya.
Keiji setia mengikutiku dari belakang, sesekali kita juga berdiskusi tentang bahan makanan mana yang lebih baik dan apa saja yang dibutuhkan.
Aku melihat [y/bb] yang sedang berlari kecil sambil membawa 3 botol minuman kearah kita. Aku bingung kenapa ia membawa banyak minum, tapi yang ku yakini 2 minum lainnya untuk dirinya sendiri.
"Kenapa bawa banyak sekali?" tanya ku. Wajah [y/bb] sedikit memerah dan ia menatap kelantai dengan gerakan malu-malu. Karena tak kunjung dapat jawaban, ya sudah ku lanjut jalan saja. Keiji pun menggenggam tangan [y/bb] agar tidak pergi lagi.
Setelah selesai membayar, [y/bb] langsung mengambil 1 botol yang tadi ia beli dan membawanya keluar.
"[y/bb] jangan berlarian!" ucapku sambil menggendong [y/bg] sedangkan Keiji di belakangku membawa semua barang belanjaannya.
Saat sudah sampai di luar supermarket, aku dan Keiji melihat [y/bb] yang sedang memberi minum pada seorang nenek. Ia juga nampak berbicara dengan ceria pada neneknya.
Aku dan Keiji yang menyaksikannya dari kejauhan terkejut. Ternyata anak kami memiliki hati yang mulia. Keturunannya siapa dulu dong.
Aku menyuruh Keiji untuk menaruh barang-barangnya dulu ke mobil sedangkan aku menghampiri [y/bb] dengan [y/bg] yang masih berada di gendonganku.
"Permisi, maaf apa anak saya mengganggu anda?" tanyaku sopan. Nenek tersebut nampak tersenyum.
"Ah, tidak, anakmu malah sangat baik. Dia memberi nenek yang sedang istirahat ini minuman. Terima kasih ya."
Aku tersenyum mendengar ucapan nenek tersebut. Aku juga merasa tersentuh, ternyata anakku sangat peka dan dermawan sekali.
Kitapun berbincang-bincang sebentar sampai mobil Keiji menghampiri kita. Keiji membuka kaca mobilnya dan memberi salam pada sang nenek.
"Wah, selain baik hati kau ternyata juga memiliki suami yang tampan. Kau sangat beruntung." Ucap sang nenek yang membuatku sedikit merona.
"Ahaha, terima kasih. Kami pulang dulu ya nek." Ucap ku sambil membungkuk begitu pula [y/bb].
[y/bb] melambai pada sang nenek dan Kami pun pulang kerumah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(⁄ ⁄•⁄ω⁄•⁄ ⁄)Kemarin ada revisi tentang nama (your BabyBoy) => [y/bb]
begitu juga (your BabyGirl) => [y/bg]
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga [Akaashi Keiji]
Fiksi Sejarahcerita kehidupan [name] setelah menikah dengan seorang Akaashi Keiji. (Time Skip 7 tahun) [Sequel : Teman Tapi Mesra] Warning : bahasa tidak baku, typo, gaje, garing, receh, OOC, dll. KTT (Kehaluan Tingkat Tinggi)