Chapter 31 (semua demi uang)

132 16 3
                                    

Keela duduk termenung di teras rumahnya, hari-hari yang dia lalui sungguh membosankan. Kerjaannya hanyalah makan, tidur, duduk dan jalan-jalan di taman rumahnya.

"Bosan banget!" Gumam Keela meraba meja hingga dia berhasil menggenggam sebuah gelas yang berisi teh hangat.

Dia meniup tehnya dulu lalu menyeduhnya, tanpa Keela sadari ada seseorang yang terus memperhatikannya.

"Aww..." Ringis Keela saat teh yang dia seduh ternyata masih panas.

"La? Kamu gapapa?" Seseorang yang sedari tadi memperhatikan Keela kini meraih gelas yang berada di genggaman Keela.

Keela mengerutkan alisnya, dia mengenal suara itu. suara yang dulu sangat dia rindukan tapi sekarang sudah berbeda.

"Kamu ngapain disini?" Tangan Keela meraba tongkatnya karena ingin berdiri dan meninggalkan Galang.

Saat ingin berdiri tangannya dicekal membuatnya kembali duduk.

"Aku gak mau ketemu sama kamu, Galang!!!"

"La, kamu salah paham." Galang kini memeluk Keela, sangat erat seakan dia tidak ingin kehilangan gadis yang berada dalam dekapannya itu.

"Semuanya gak seperti yang kamu kira." Lanjut Galang masih tetap memeluk erat tubuh mungil Keela walaupun Keela memberontak dan memukuli Galang.

Keela mendorong tubuh Galang "Maksud kamu?"

"Cewek yang di cafe itu bukan pacar aku." Ucap Galang langsung pada intinya.

"BASI LANGGG!! Kamu udah buat aku kecewa dan sekarang karena kamu aku kehilangan mata aku!!!" Keela sungguh sangat emosi, jelas-jelas saat di cafe dia melihat dengan mata kepalanya sendiri gadis itu merangkul Galang dengan sangat mesra.

"Lebih baik kamu pergi sekarang!!!" Usir Keela pada Galang.

"Aku sayang sama kamu." Gumam Galang, cairan bening yang dia tahan sedari tadi kini mengalir deras.

"Tapi aku udah enggak!!" Bentak Keela.

Galang mengusap air matanya "La, jangan kayak gini." Galang meraih tangan Keela dan memegangnya. Sungguh dia sangat takut kehilangan Keela.

"Galang kamu nggak mikir apa? Dua tahun aku setia sama kamu walaupun jarak kita berdua sangat jauh. Bahkan, saat kamu sudah di Indonesia kamu bahkan datang tanpa memberi kabar."

"Aku punya alasan nggak ngasih kamu kabar kedatangan aku."

"Alasan apa?"

Galang menunduk, dia menimang ingin memberitahu alasannya pada Keela. Dia tidak mau Keela terlibat dalam masalah itu. Apalagi jika berurusan dengan Baron, pasti dia tidak akan segan-segan melakukan hal yang nekat.

Keela tertawa "Kamu bingung kan? Aku memang tidak penting bagi kamu."

Keela berdiri dan mendorong Galang yang menghalanginya untu masuk ke dalam rumahnya. Galang hanya menatap punggung Keela yang perlahan menghilang karena tertutup oleh pintu.

---

Galang membuka bajunya dan melemparnya ke sembarang arah, dia melemparkan dirinya di kasurnya dengan kasar. Dia menatap fotonya bersama Keela yang terpajang di dinding kamarnya dengan ukuran besar.

"Seandainya gue gak butuh uang, gue pasti nggak bakalan ajak jalan cewek lain." Lirih Galang baru kali ini dia merasakan sesak yang sangat luar biasa.

Galang sungguh sangat mencintai Keela. Dia bahkan sudah memasukkan dalam buku rencana masa depannya untuk hidup bahagia bersama Keela.

Tapi, semesta justru tidak berpihak pada Galang.

Galang mengusap wajahnya gusar. "Kita pasti bakalan sama lagi kan?"

Foto Keela di usap oleh Galang dengan sangat lembut. "Tunggu aja, La. Kalo semuanya udah beres kita pasti bakalan sama lagi."

Ponselnya berdering.

Terlihat nama Baron dalam panggilan itu.

"Halo Bang?"

"Lo dimana sih?"

"Anak pak Ranendra udah nungguin lo daritadi."

"Dasar cewek gatel." Batin Galang.

"Gue di rumah."

"Cepetan lo ke resto, Chika udah nunggu lo daritadi."

Galang menghela napas.

"Gue capek Bang."

"Lo nggak usah alasan. Cepat ke resto, lo butuh uang untuk bayar pengobatan lo bego."

"Gak usah deh Bang, gue lebih baik kerja aja daripada ngurusin cewek gatel itu."

"Lo nggak punya otak? Pak Ranendra nawarin gue uang ratusan juta agar Chika bisa bareng lo. Ini uang ratusan juta, Lang. Jangan sia-siain"

"Udah cepetan, besok pagi lo harus pergi berobat lagi."

"Tapi Bang."

"Nggak usah tapi tapi, udah berangkat aja. Gue tutup telponnya rekan judi gue udah pada dateng."

Sambungan terputus, Galang meremas ponselnya dan membuangnya ke kasur.

"Bangsat!!!" Galang memukul dinding yang berada di depannya hingga kuku jarinya mengeluarkan darah.

"Kenapa hidup gue kayak gini sih?" Gumam Galang.

Salam manis,

Dechiya

Untuk para pembaca❤️

LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang