Chapter 11 (surat cinta)

183 18 1
                                    

"ALVENDER!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ALVENDER!"

Teriakan cempreng membuat langkah Alvender terhenti, dia membalikkan badannya menatap seorang gadis yang berjalan mendekat ke arahnya.

Gadis berkacamata dan rambut dikuncir itu berjalan dengan langkah semangat 45 dengan wajah yang sangat gembira.

Dia memegang setangkai bunga tulip pada tangan kanannya dan sebuah surat pada tangan kirinya.

"Lo panggil gue?"

Gadis itu mengangguk antusias, Alvender sedikit tidak asing dengan wajah gadis yang berada di hadapannya itu. Dia mencoba mengingat dimana dia pernah bertemu dengan gadis itu.

"Lo teman kelasnya Rafael kan?" Yah, dia mengingatnya, gadis itu yang dia temui saat pergi ke kelas Rafael beberapa hari yang lalu.

"I-iya, na-nama gue Fidelma, Fidelma Enyalin." Ujar Fidelma memperkenalkan dirinya.

"Kenapa panggil gue? Disuruh Rafael?" Tanya Alvender, Fidelma menggeleng membuat Alvender menaikkan sebelah alisnya.

"Lo ga-ganteng banget." Ujar Fidelma cengengesan.

Alvender mulai risih, sungguh dia sekarang merasa ilfeel dengan Fidelma yang hanya cengengesan.

"Kalo lo gak ada keperluan, lo pergi aja deh!" Ujar Alvender dengan wajah datarnya tidak seperti beberapa detik yang lalu.

Fidelma mengerjapkan matanya, dia mengulum bibirnya bingung ingin melakukan apa, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan langsung menyodorkan bunga tulip dan surat yang dia genggam.

Alvender menautkan alisnya "Gue gak butuh bunga dari lo!" Ujar Alvender dengan nada tinggi, sungguh jahat sekali.

"I-ini gue beli khusus b-buat lo." Ujar Fidelma gugup dan keringat mulai keluar dari pelipisnya.

"Gue gak butuh! Mending lo jauh-jauh deh! Ganggu aja lo!" Lagi, ucapannya Alvender sangat jahat tetapi Fidelma masih bertekad untuk memberikan bunga dan surat cintanya pada Alvender.

"Ambil dong, g-gue udah buat surat ini semalaman sampai begadang." Ujar Fidelma menatap lantai tak berani menatap wajah tampan milik Alvender.

Alvender memutar bola matanya, dia berdecih sebelum membalikkan badannya dan berjalan menjauhi Fidelma.

Fidelma masih kekeh mengejar Alvender, dia mencekal tangan Alvender. Dengan kasar Alvender langsung menghentakkan tangan Fidelma hingga tubuh mungil gadis itu terhempas jatuh walaupun Alvender hanya menggunakan sedikit energinya. Tapi, dia kan gadis jadi tidak bisa menyeimbangi kekuatan Alvender.

Fidelma meringis, dan segera berdiri. Dia menatap wajah Alvender dan menarik tangan Alvender, dengan sigap dia membuka telapak tangan Alvender hingga Alvender memegang bunga tulip pemberiannya dan juga surat cintanya.

"Dibaca ya." Ujar Fidelma dengan senyum di wajahnya tetapi matanya berkaca-kaca karena pinggulnya terasa nyeri.

Alvender menatap tajam dan melemparkan bunga tulip juga surat cinta pemberian Fidelma di lantai, "Gue gak butuh pengakuan dari surat lo! Sadar diri dong! Gue gak suka sama lo!"

LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang