Chapter 35 (masih cinta)

192 16 8
                                    

Tengah malam ini Galang melajukan motornya menembus angin malam yang dingin.

Chika sungguh sangat merepotkan dirinya. Bagaimana bisa gadis itu menyuruh Galang menjemputnya tengah malam begini di klub malam.

Setelah sampai di depan klub, dia membeli tiket dan langsung masuk. Dia mengedarkan matanya mencari letak Chika.

Lampu disko sungguh menyebalkan, warna warni nya lampu disko membuat Galang menghentakkan kakinya.

"Sial!"

Matanya tertuju pada gadis yang memakai mini dress sexy tanpa lengan berwarna merah yang hanya sampai di atas lutut.

Chika duduk di sofa seraya meminum minumannya bersama dengan seorang pria yang usianya sangat berbeda jauh darinya mungkin seumuran dengan ayah Chika.

"Ayo pulang!" Galang menarik paksa lengan Chika sehingga gelas mini yang Chika pegang terjatuh di lantai.

Chika mengerjapkan matanya memfokuskan pandangannya pada Galang.

"Lo udah datang? Cepat banget." Chika berdecak, jika dia tau Galang akan datang secepat ini dia tidak akan menelponnya lebih cepat.

Pria yang berada di samping Chika kini mendekat pada Chika dan memegang pipi Chika dengan kasar.

"Dia siapa darling? Pacar kamu?" Tanya pria itu dalam keadaan setengah sadar. Sudah hampir dua jam Chika menghabiskan waktu bersama pria tua itu.

"Yes! Dia pacar gue, kenapa?" Tanya Galang dengan setengah berteriak karena musik di ruangan itu sangat ribut.

Chika menengadah menatap Galang? Galang bilang dia adalah pacarnya? Apa ini mimpi? Seorang Galang Fathul yang selama ini dingin padanya mengatakan bahwa dia pacarnya?

Entah mengapa Chika merasa aneh pada dirinya. Jantungnya berdebar tidak karuan dan perutnya terasa penuh.

Pria itu berdiri dan memegang bahu Galang.

"Pacar lo jago juga." Bisik pria itu tepat di telinga Galang dan tersenyum miring.

"Lo pasti puas terus sama dia." Urat tangan Galang tercetak dengan jelas, dia menahan emosinya dan berusaha mengendalikannya.

Pria itu meninggalkan mereka berdua. Galang langsung menarik Chika keluar dari klub malam itu dengan kasar.

"Sakit tau!!" Rintihan Chika merasa kesakitan karena Galang menggenggam tangannya terlalu kuat.

"Lo ngapain sih ke klub malam terus?!" Bentak Galang pada Chika.

Chika menatap Galang sendu dan menunduk.

"Lo itu bikin gue repot tau? Kalo bukan karena uang gue gak bakalan datang ke tempat menjijikkan seperti ini! Lo itu udah kaya tapi seenaknya aja hamburin uang." Lanjut Galang kembali membentak Chika.

Galang memegang dagu Chika dengan kasar dan mengangkatnya agar menatap Galang karena sedari tadi Chika hanya menunduk terus.

"Lo nangis?" Kini suara Galang menjadi lembut.

Chika menatap sekilas wajah Galang lalu setelah itu dia memalingkan wajahnya.

"Kenapa semua orang benci sama gue?" Lirih Chika yang kini sedang sibuk mengusap air matanya.

Galang terdiam, ternyata gadis yang di depannya ini adalah gadis yang rapuh. Sudah beberapa waktu Galang bersama Chika baru kali ini dia melihat Chika menangis.

"Lo bilang gue kaya? Lo pikir dengan gue kaya gue bisa bahagia? Dan lo bilang tempat ini menjijikkan?" Bentak Chika dengan wajah memerah dan air mata yang terus mengalir.

"Di klub malam ini semua kesedihan gue, gue lupain. Gue jadi orang tanpa banyak pikiran kalo disini! Terserah lo mau bilang apa tentang gue! Gue murahan? Gue jalang? Gue menjijikkan? Whatever!! Because semua orang nggak akan bisa ngerti gue." Bibir Chika bergetar dan tubuhnya menjadi lemas hingga dia tidak bisa menopang tubuhnya dan terjatuh.

Dia menangis sesenggukan membuat Galang merasa bersalah padanya.

"Maaf."

---

Keela baru saja selesai makan malam, Sarwati mengajak Keela untuk makan buah tapi Keela menolaknya dan pergi ke kamarnya. Seperti biasanya, Keela selalu saja bosan. Dia menekan tombol pada radionya dan sebuah lagu terputar.

Alunan petikan gitar yang terdengar itu membuat Keela merasa nyaman. Beberapa detik suara penyanyinya terdengar.

"Bahagianya diriku
Telah miliki Keela"

Suara nyanyian itu membuat Keela kembali mengingat kenangannya bersama dengan laki-laki yang men-cover lagu 'teman cintaku'

"Tak pernah ku meragu
Tak lagi ku mencari cinta selain mu
Takkan ku tinggalkan kamu"

"Bullshit Lang!" Gumam Keela.

Galang menyanyikan lagu itu saat anniversary satu tahun mereka berdua. Keela merekam Galang waktu itu.

"Jika ku dapat menata jalanku
Kuingin kau selamanya dengan ku
Engkau wanita tercantikku
Kuingin kau tau
Mau kau jadi teman cintanya Galang selamanya...."

Jrenggg

Keela menekan sebuah tombol pada radionya sehingga radio itu mati. Mengapa dia dulu memasukkan nyanyian Galang dalam playlist radionya.

Keela menyandarkan punggungnya pada dashboard kasur. Hatinya terasa sesak. Ada penyesalan pada dirinya mengapa dia masih saja punya perasaan pada Galang yang jelas-jelas sudah menduakannya.

"Kenapa sih gue gak bisa lupain lo?" Gumam Keela dengan bibir bergetar dan meremas selimutnya.

Satu fakta yang dapat diketahui dari peristiwa itu. Keela masih mencintai dan menyayangi Galang sepenuhnya. Rasa bencinya masih dikalahkan oleh rasa sayangnya.

"Gimana sih caranya lupain dia? Apa gue harus amnesia dulu? Kenapa waktu gue kecelakaan gak amnesia sih? Kenapa gue harus kehilangan mata gue? Gue capek hidup kayak gini. Capek banget." Gerutu Keela yang menepuk dada dengan sangat kerasa. 

"Gue benci sama lo tapi---"

"Kenapa gue masih cinta sama lo?!" Lirih Keela lalu mengangkat kedua kakinya naik ke atas kasur.

Dia melipat kedua kakinya ke atas dan dia memeluk lututnya. Kepalanya dia sembunyikan pada tempurung lututnya. Dia terisak mengingat betapa dia dulu sangat mencintai Galang dan Galang betapa mudahnya merusak hubungan mereka hanya demi seorang wanita lain.

Keela bahkan telah membantah ibunya saat dia ingin di jodohkan dengan Alvender, alibinya bahwa dia kelak akan menikah dengan Galang dan hidup bahagia.

Semuanya bohong.

Galang dan janji palsunya pada Keela.

TBC!

LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang