Chapter 4 (terima kasih vivianne)

280 21 0
                                    

"Kak, tanda tangannya boleh?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak, tanda tangannya boleh?"

Alvender menatap lekat seorang gadis yang berani mengganggu makannya.
"Untuk?" Tanyanya.

"Disuruh sama Kak Vivi,"

"Terus?" Tanya Alvender lagi.

"Yah, jadi gue minta tanda tangan lo." Ujarnya.

"Nanti ya, gue lagi makan." Ujar Alvender lalu membalikkan tubuhnya untuk kembali makan.

Gadis itu mengernyitkan dahinya "Chan, please lah. Gue butuh tanda tangan lo, gue lagi dihukum." Ujar gadis itu.

Sontak semua anggota D'Navis menatap gadis yang berada di belakang Alvender, sedangkan Alvender kini menatap makanannya dan tersenyum.

Gadis yang sudah satu tahun lamanya tidak pernah mengajaknya berbicara walau hanya memanggil namanya juga tak pernah kini mengajaknya berbicara dan menyebut namanya.

"Chandra, please. Gue butuh banget supaya gue bisa masuk kelas," Ujar gadis itu dengan wajah memelas.

Chandra memutar kepalanya menatap gadis dihadapannya dengan lekat. Wajah yang sangat indah dengan rambut blonde bergelombang membuatnya kembali merasakan debaran pada jantungnya.

"Keela, lo dihukum kenapa?" Tanyanya.

Yap, Keela sepupunya. Setelah insiden satu tahun lalu di rumah neneknya mereka tak pernah berkomunikasi. Tapi, sepertinya Keela kembali berbicara bersamanya hanya agar terbebas dari hukuman.

"Gue gak sengaja tabrak Kak Vivi, jadi tanda tangan lo tulis disini." Ujar Keela menyodorkan secarik kertas putih kosong beserta pulpen.

Alvender mengambilnya dan mulai menuliskan tanda tangannya, lalu dia menyodorkannya pada Keela.

Tanpa basa basi lagi, Keela langsung membalikkan tubuhnya berjalan keluar dari area kantin dengan langkah pincang. Benarkan, hanya demi terbebas dari hukuman dia mengajak Alvender berbicara.

Alvender menghela napas menatap punggung Keela yang semakin lama semakin menghilang dan dia melihat Keela yang berjalan dengan pincang.

Alvender kembali ingin melahap makanannya, namun suara temannya kini mulai mengintimidasinya.

"Wow! Tumben ketua osis kita gampang banget bagi tanda tangannya," Sahut Bastian sehingga Alvender menatapnya dan masih tersenyum.

"Dia gadis yang tadi pagi lo liat kan, Al?" Tanya Dafin.

Alvender tersenyum "Iya," Jawab Alvender singkat dan padat.

"Lo semua jangan berani-berani ganggu dia ataupun dekatin dia," Ujar Alvender dengan wajah yang berubah menjadi datar.

"Iyalah, bro. Mana mungkin muka kayak kita mau deketin bidadari kayak dia," Sahut Rafael.

"Muka kayak gimana dulu nih, Raf?" Tanya Angga.

LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang