3. gagal

751 122 3
                                    

Dek, dek rafa, tante di mari dek, lagi liatin sapa sih? 😩

Sari POV

Lipstick? Udah ok.
Alis? Udah ok.
Maskara? Udah ok.
Blush on? Udah ok.

Aku memperhatikan ulang tampilan diriku pada cermin besar di dalam toilet kantor.

Memuji kecantikanku sendiri yang sudah ok di pandang mata.

Untuk ukuran perempuan berumur tiga puluh tiga tahun, penampilanku tidak kalah cantik apabila di bandingkan dengan karyawan-karyawan junior yang usianya jauh di bawahku.

Hari ini aku harus berhasil untuk menarik perhatian pak Putra, pria yang belum lama ini menjabat sebagai CMO atau Chief Marketing Officer di kantor tempat aku bekerja.

Pak Putra ini pria beristri beranak 1, usianya memang sudah tidak muda lagi, empat puluh lima tahun.

Siapa yang tidak mendambakan posisi menjadi istri seorang CMO? Jelas aku dan kebanyakan karyawati lainnya. Tetapi memang mungkin untuk sebagian orang jalan yang aku pilih salah, kenapa harus pria beristri? Apa gak kasihan sama istri pria-pria yang aku dekati? Kalau karma gimana?
Padahal modal fisik yang aku miliki ini bisa menjerat pria-pria single.

Duh, bagaimana dong? Memang sudah keinginanku maunya pria-pria beristri.

Melan, teman sekerjaku sering mewanti-wanti, 'jangan sampai karma di balas tunai, kalau hari itu datang, jangankan ngebantu, ngeliat elu di maki-maki istri yang mungkin datang melabrak, gue gak bakalan kasian liat elu, yang ada gue malah ngomporin istri-istrinya'.

Semangat Sariii... Hiraukan aja ocehan-ocehan Melan. Aku tersenyum tipis melihat tampilanku sekali lagi.

Target pria yang dia incar itu kan berbeda.
Moto aku 'Jelek gak papa, asal banyak duitnya, yang penting apa, harta dan tahta'
*aku yakin kalian baca moto itu sambil nyanyi

Maka daripada itu aku harus dapat membuat tergetku berhasil, pak Putra harus bisa aku taklukkan, menjadi istri kedua adalah targetku, kalau tidak terjadi ya menjadi istri simpanan. Segala sesuatunya itu harus ada plan B kalau plan A tidak berhasil, betul tidak?

Senyuman lebar terhias di wajahku. Tanganku dengan lincah membereskan alat-alat makeup yang sudah membantu menjadikan aku tampak mempesona ke dalam tas alat makeup yang sering aku bawa. Bagiku apa yang ada di dalam tas ini adalah senjata andalanku untuk merebut perhatian kaum adam.

Aku melangkah keluar dari toilet. Mataku melirik jam di pergelangan tangan sambil mengusap kaca jam tangan merk Bvlga*i hasil pemberian om yang pernah aku dekati selama dua bulan.

Desahan girang nyaris keluar dari mulutku, hampir masuk waktunya makan siang, pak Putra pasti sedang menuju kantin yang berada di basemen gedung perkantoran ini, aku harus buru-buru menuju ke sana agar dapat mengambil duduk di dekat pak Putra.

"Sar..." Terdengar suara seorang perempuan di belakangku memanggil.
Aku menoleh ke arah suara, menggerakkan tubuh memutar dengan anggun, takut bulu mata extension yang melekat sempurna jatuh berhamburan apabila aku bergerak sembarangan, padahal hal itu mustahil terjadi.

"Gue nyariin elu dari tadi, abis dari mana sih?" Melan terlihat ngos-ngosan menghampiriku. Sepertinya dia turun dari kantor kami melalui tangga darurat. Mengingat sudah hampir masuk jam dua belas siang, lift biasanya penuh sesak dengan karyawan yang hendak turun untuk makan siang.

"Abis masang susuk di kamar mandi, kenapa kamu nyari aku?" Tanyaku dengan suara lembut. Sifat asliku sebenarnya tidak begini, bersikap lembut seperti ini akan menjadi nilai tinggi di mata para lelaki.
Kalau bisa suara harus terdengar mendayu-dayu atau terdengar seperti desahan apabila sedang bercakap-cakap dengan para lelaki.
Aku bisa jamin mereka pasti terpesona.

Simatupang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang