Seperti janji tante kemarin, hari ini tante persembahkan mulmed berikut ini, mari kita nodai mata kita berjamaah 😆😂
Sari POV
"Cowok yang ke..."
"Kenapa? Elu mau nitip salam? Mau minta nomor handphonenya? Mau.."
"Aku cuma mau tanya dia siapa Mel" Sekarang giliran aku memotong perkataan Melan, tetapi dengan nada senormal mungkin tidak seperti nada kesal yang di perlihatkan Melan.
"Gue pikir elu mau nitip salam, gue udah gumoh nerima wa dari kemarin sore, nih liat nih, semua pada minta sampein salamnya ke dia"
Aku melongok ke layar handphone yang di sodorkan Melan.
Begitu banyak chat yang isinya titipan salam untuk pria jangkung bermata tajam itu."Dia itu siapa?" Tanyaku pelan-pelan, takut Melan terbawa emosi lagi.
Aku sengaja menyebut Rafa dengan kata 'dia' agar Melan tidak curiga."Dia bukan siapa-siapa" Jawab Melan ketus.
"Kalau bukan siapa-siapa kenapa bisa kemari? Ketemu sama kamu" Tanyaku lagi.
"Memangnya kenapa? Gue gak boleh nerima tamu? Memang cuma marketing atau sales aja yang boleh nerima tamu?"
"Kamu kenapa jadi ngegas gitu sih Mel? Aku kan nanyanya baik-baik"
"Gak baik-baik kalau ujung-ujungnya nanyain dia itu siapa" Jawab Melan dengan bibir mengerucut tajam.
"Dia itu adik kamu ya? Bukannya adik kamu perempuan?" Aku mengajukan pertanyaan yang tidak aku pikir dua tiga kali lagi.
Dan reaksi Melanie sesuai dengan dugaanku.
"Emang orang-orang demen banget ngegosip ya, siapa sih yang pertama kali bilang adik gue perempuan?" Tanyanya dengan suara masih saja terdengar kesal.
"Mana aku tau, makanya aku nanya sama kamu, kan lebih baik nanya ke nara sumbernya langsung" Jawabku bijak.
"Ya emang mending nanya langsung ke gue dari pada denger dari orang lain yang belum tentu benar" Sahut Melan.
"Jadi dia itu adik kamu Mel?" Ulangku lagi.
"Iya" Jawab Melan cepat.
"Eh beneran? Kok gak mirip? Kok dia tinggi? Kok dia cakep?"
"Heh, heh, heh, orang kembar yang lahirnya cuma beda itungan menit aja bisa beda, apalagi gue sama dia yang beda 4 tahun"
"Emak bapak gue bisa di bilang udah lupa kali cara ngadonnya, makanya cetakannya gak mirip" Lanjut Melan berapi-api sambil merapikan poninya.
"Kenapa elu liatin jidat gue? Mau bilang lagi kok jidat gue jenong dia nggak?" Melan melotot seakan-akan aku berpikiran demikian.
"Nggak kok, aku gak mau bilang begitu" Aku menciut takut melihat Melan yang emosinya masih menyala-nyala.
Sepertinya aku harus berhenti bertanya sampai di sini saja walaupun masih banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan.
Dari pada membuat Melan meradang lebih baik aku urungkan niat bertanya lebih banyak.Aku merapikan rambut panjangku ke belakang lalu mengikatnya dengan ikat rambut, melirik Melan yang ternyata mengamatiku dengan pandangan menyelidik.
"Kenapa Mel?" Tanyaku lembut mencoba meredakan emosi Melan yang masih terpancar jelas.
"Elu kok bisa nanya adik gue, kemarin memang elu liat dia?" Melan balik bertanya.
"Oh.. hehehe" Aku tersipu sambil menepuk pipi.
"Kemarin gak sengaja liat karena denger anak marketing ngomongin dia itu, ya aku sedikit penasaran juga karena mereka bilang dia adik kamu"
"Aku kan mau tau adik kamu kaya gimana, ternyata ganteng" Aku mengakhiri kalimat dengan wajah semakin panas.
"Kenapa gue makin merinding ya liat elu begini Sar" Melan mendekat.
"Begini kenapa?" Tanyaku lalu menutupi kedua pipi.
"Elu terobsesi sama pak Putra bikin gue merinding Sar, nah liat elu begini makin bikin gue merinding"
Melan kembali mengulang perkataan yang sama persis di ucapkannya seperti kemarin.
"Jangan bilang pria yang bikin pikiran elu berkelana itu..."
"Ihh... kok kamu tau sih Mel, kamu peka bener jadi orang" Aku menepuk lengan Melan dan kembali tersipu.
"Gak bisa!" Suara Melan yang kencang menarik perhatian rekan seruangan.
Aku pun sampai terkejut mendengarnya.
"Gue tarik semua ucapan gue kemarin yang bilang 'semoga aja pria lain yang belum elu kenal itu masih single, bukan pria beristri seperti kesukaan elu', gak bisa! Pokoknya gue kembali tarik ucapan gue itu" Melan berdiri lalu melangkah keluar ruangan di ikuti beberapa pasang mata yang kini beralih melihat ke arahku dengan pandangan ingin tahu.
"Melan kenapa, Sar?" Tanya seseorang mewakilkan.
"Gak tau, aku aja bingung" Jawabku jujur.
•••
Seharian ini Melan seperti menjaga jarak denganku.
Mau bertanya apa penyebabnya saja aku sungkan.
Melanie kalau sedang marah tidak setengah-setengah.
"Kamu gak pulang Mel?" Tanyaku akhirnya karena melihat Melan masih fokus mengetik padahal jam pulang sudah lewat lima menit dari waktunya.
"Ya pulang, kan punya rumah" Jawabnya ketus.
"Kamu pms ya?" Tanyaku lagi.
"Udah tau gue kerja di sini, sejak kapan gue jadi pegawai negeri" Gerutunya tanpa menoleh padaku.
"Itu pns Mel, marah-marah mulu dari pagi sampe sore bikin pendengaran kamu berkurang tuh, udah mending ka..." Aku tidak menyelesaikan kalimat karena menerima pandangan mendelik dari Melan.
"Aku pulang duluan ya, dadah Melannn..." Pamitku cepat lalu menyambar tas kerja yang sudah berada di atas meja.
Melan kenapa sih? Masa karena aku bertanya soal adiknya sampai dia kesal seperti itu.
Apa karena dia kesal juga di karenakan banyak teman-teman kantor yang menitipkan salam untuk Rafa?
Tuh kan nambah lagi pertanyaannya padahal pertanyaan yang lain aja belum ada jawabannya.
Ah sudahlah, yang penting aku sudah tahu siapa pria jangkung bermata tajam itu.
Targetku berubah, tidak mengapa motoku berganti, 'ganteng gak papa, walaupun adiknya teman, yang penting apa? Sari dan Rafa'
Aku melangkah keluar lobi kantor dengan hati riang.
Tbc
Tante pun ikutan merinding sari begini 😂😅
Maaf ya sayang2nya tante, utk cerita kali ini tante ngerasa kurang greget, dari awal bikin cerita ini kaya kurang berkonsep
Tante nyalahin gaji blm full, kasian gaji ga salah apa2 tante salahin 😆
Ya sudahlah semoga utk cerita berikutnya tante plong kaya bikin lapaknya nitaaaa (aihh nita lagi yg tante sebut) wkwkwk
Selamat beraktivitas buat bsk yg bakarjo maupun kuliah maupun sekolah yaa, jgn lupa bahagiaaa dan sehat2 😘🥰
31/10/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Simatupang
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading