14. jatuh cinta pada pandangan kedua

745 124 2
                                    

punggung yg nyaris ketempelan melon 🤭😂

Sari POV

"Maaf anda siapa ya?" Tanya pria itu dengan raut wajah bingung.

"Jadi gini kerjaan kamu di belakang aku?"

Pertanyaan yang keluar dari mulutku sukses membuat dua pasang mata yang duduk berhadapan itu menatapku bingung. Terlebih lagi pria yang aku ajak bicara.

"Dia siapa Rafa?" Perempuan berdada montok itu bertanya pada pria yang dia panggil dengan nama Rafa.

"Saya..."

"Saya pacarnya dia, mbaknya siapa?" Aku memotong perkataan pria bernama Rafa itu sambil menunjuk wajahnya dengan cepat.

Kulihat wajah pria itu terkejut mendengar perkataanku barusan.

"Pacarnya? Tapi tadi Rafa malah nanya mbak ini siapa" Perempuan berdada montok itu meringis tidak jadi berdiri karena payudaranya terganjal meja, punggungnya mundur ke belakang.

Aku melirik Rafa yang membuang pandangannya ke arah lain, suara dehaman keluar dari mulutnya.

"Mana ada mbak orang yang ngaku kalau ketauan selingkuh sama pacarnya sendiri" Ucapku sambil menyibak rambut panjangku.

"Rafa, kita harus bicara" Lanjutku sambil menarik lengan pria yang masih menampakkan raut wajah bingung padaku ketika tatapan kami bertemu.

Tetapi walaupun dia bingung, pria ini bergerak berdiri tanpa ada kata-kata protes yang keluar dari mulutnya, padahal aku menyangka dia akan menolak atau menepis tanganku.

Lilitan tanganku di lengannya mengerat ketika kami beranjak meninggalkan perempuan berdada montok itu.

Benar dugaanku, ternyata Rafa memang terjebak di situasi yang sulit, sedari tadi aku mengamatinya dari tempatku berada.

Pria ini tampak canggung, sepertinya dia ingin segera pergi tetapi tidak bisa mengutarakan isi hatinya.

Entahlah perempuan berdada montok itu siapanya, perempuan yang pernah aku lihat dulu bersamanya berbeda dengan yang sekarang.

Entah pacar, entah rekan kerja, entah kenalan, tetapi yang aku amati sedari tadi pria beraroma maskulin ini terlihat tidak ingin berlama-lama dengan perempuan berdada montok tersebut.

Rafa, pria yang pernah aku lihat memakai jam tangan limited edition sama persis seperti jam tangan yang aku berikan buat Melan ini menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang.

"Saya akan hubungi manajer saya untuk transfer kembali dp nya mbak Anastasia, maaf sebelumnya, terima kasih" Ucapnya dengan suara tegas sambil membungkukkan badan lalu kembali berjalan, kali ini malah dia yang berjalan di depanku dengan tangan melepas pegangan tanganku di lengannya, kemudian kurasakan telapak tangannya bertemu dengan telapak tanganku sehingga jemari kami bertautan.

Aku hanya bisa menatap punggungnya dengan pandangan bingung. Pria pemilik nama Rafa ini lumayan tinggi. Ujung kepalaku hanya sebatas tengkuknya walaupun aku sedang memakai heels 5 cm.

Punggungnya sangat kokoh, aku sangat yakin pria ini bertubuh atletis di balik jaket yang dia kenakan.
Lengan yang tadi aku pegang pun terasa berotot.

Usianya pasti di bawahku jauh, tetapi Rafa tampak dewasa, pembawaannya pun sopan dan berkharisma.

Pria ini sangat cepat membaca situasi. Dia bisa langsung menyesuaikan diri dengan peran yang aku ciptakan.

Kedua alisku bertaut mengulang perkataannya barusan, 'Saya akan hubungi manajer saya untuk transfer kembali dp nya'

'Manajer'

'Dp'

Pria ini seorang artis? Pikirku.

"Ahh gila! Benar-benar gila!" Umpatan keluar dari mulutnya begitu kami berada di parkiran mobil.

Tautan jemari kami terlepas. Rafa memutar tubuhnya menghadap diriku, wajahnya terlihat lega setelah kedua tangannya mengusap kasar wajahnya.

"Mbak, saya benar-benar ngucapin terima kasih"

"Saya gak tau cara balas bantuan mbak, untuk sementara saya ucapin banyak-banyak terima kasih" Lanjutnya sambil tersenyum.

Aku membalas senyumannya dengan tersenyum tipis. Terpesona melihat lesung pipi yang menghiasi wajahnya.

"Awalnya saya pikir tindakan saya terlalu mencampuri urusan orang lain, tapi pas liat gelagat kamu kaya gitu saya jadi mutusin buat ikut campur" Ucapku.

"Tindakan mbak udah bener banget" Rafa kembali tersenyum lalu tubuhnya terlihat mematung dengan pandangan mata mengarah ke belakangku.

"Maaf, saya harus pergi sekarang, makasih banyak buat bantuannya" Rafa berbalik dengan langkah lebar meninggalkan aku.

"Eh, bentar, Raf..." Panggilanku mungkin tidak terdengar olehnya karena Rafa sudah menghilang dari pandanganku.

"Dia liat apa sih?" Gumamku.

Karena penasaran aku memutar tubuh ke belakang dan melihat perempuan berdada montok itu berdiri di depan pintu cafe sedang menelpon.
Dadanya berguncang-guncang seiring gerakan tangannya ke kanan dan ke kiri.

Aku menunduk melihat ke arah dadaku, lalu mencoba menggerakkan tanganku ke kanan dan ke kiri, tidak ada guncangan apapun.

Payudara kami memang berbeda ukuran, kepalaku menunduk lesu.

Eh ngapain jadi ngebandingin ukuran payudara sih, bukannya bersyukur punya payudara, walaupun ukurannya tidak mambuat arah pandangan pria melotot seperti yang di terima oleh perempuan berdada montok itu.

Dengan cepat aku memundurkan tubuh bersembunyi di balik mobil milik orang lain karena perempuan berdada montok itu mengarahkan tubuhnya menghadap ke arah parkiran walaupun masih menelpon.

Bisa aku lihat wajahnya tampak kesal.

Apa tindakanku tadi salah ya?

Aku berjalan mengendap-endap menuju mobilku agar tidak terlihat oleh perempuan berdada montok itu.

Rafa

Nama itu kembali terbesit di benakku ketika aku sudah berada di dalam mobil.

Kenapa aku jadi penasaran ya?

Aku melihatnya sudah dua kali secara tidak sengaja, apakah kami akan bertemu untuk ketiga kalinya?

Sebentar, aku menepuk kening.

Kenapa aku bisa penasaran pada pria yang usianya lebih muda?

Biasanya aku tidak begini, aku lebih suka pria yang usianya matang, yang lebih tua dariku.

Alasannya sudah jelas, pria lebih tua jelas lebih mapan.

Aku membuka telapak tanganku lalu menutupnya pelan, membayangkan tautan jemari kami membuat wajahku terasa panas.

Jantungku berdegup, punggung yang kokoh itu, kenapa aku ingin sekali merasakan memeluknya dari belakang?

Wangi tubuhnya yang beraroma maskulin, kenapa aku ingin sekali menghidu lehernya sambil mengalungkan kedua tanganku pada lehernya?

Stop, berhenti di situ, jangan bayangin yang aneh-aneh lagi, batinku.

Bayangan wajah dengan lesung pipi yang dalam kembali terlintas. Senyumannya bikin meleleh.

Wajahku terasa panas.

Sari, jangan bilang elu jatuh cinta pada pandangan kedua, mustahil!

Tbc

Ya emang mustahil, tante taunya jatuh cinta pada pandangan pertama, mana ada pandangan kedua 😅

26/9/21

Simatupang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang