rahangnya dek rafa tuh bikin jari jemari tante gatel mo nyium ehh 🤭😆
Sari POV
Aku terdiam dengan sesekali melirik pria yang berdiri mematung, pandangan matanya lurus ke depan.
Pak Putra, pria yang sudah lama masuk ke dalam incaranku itu lalu menunduk dalam.
Hembusan nafas panjang terdengar keluar dari mulutnya.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang sudah aku dengar.
Tidak mungkin pak Putra memiliki masa lalu seperti itu, mengingat sekarang tampilannya tidak terlihat ada yang salah pada dirinya. Di mataku pak Putra adalah pria normal.
Pria berumur tetapi masih tampak berkharisma itu memutar pundaknya ke arahku.
"Kamu kenapa diam? Gak percaya?" Suara pertanyaannya menyeretku kembali ke alam nyata.
Aku berdeham canggung sambil menyelipkan sejumput rambut panjangku ke belakang telinga.
"Udah dua puluh tahun berlalu, kamu paham kan kenapa saya gak mau berdekatan sama kamu lama-lama?" Tanyanya dengan suara berat dan dalam.
Tidak mungkin pria bersuara berat dan dalam seperti beliau dulu pernah berjalan memakai high heels dengan gemulai.
Tidak! Tidak mungkin!
"Saya kurang paham pak, saya menyadari kalau bapak memang tidak mau berdekatan sama saya lama-lama, tapi saya kurang paham alasannya kenapa?" Aku menatapnya dengan alis bertaut bingung.
Sosok pak Putra bertubuh tegap, perutnya rata tidak terlihat tonjolan one pack seperti kebanyakan karyawan-karyawan pria di kantorku, pria itu memiringkan tubuhnya kembali ke arahku.
"Kamu mengingatkan saya akan masa lalu, rambut panjang, suka berhias, pakai bulu mata palsu, pakai high heels"
"Ehm...kamu pakai cat kuku maybelli*e ya?" Tanyanya dengan mata dan dagu mengarah ke jemariku.
Mataku menatapnya takjub.
"Kok bapak tau?" Tanyaku dan tak sadar bergerak selangkah mendekatinya.
"Maybelli*e color show yang jenisnya sheer, kan?" Pak Putra balik bertanya dengan mata berbinar melihat ke kuku tanganku yang terpoles cat kuku berwarna hijau.
Untuk ukuran orang yang sudah bertaubat dua puluh tahun lamanya, pak Putra masih mengetahui merk cat kuku, mencengangkan.
"Iya, saya suka pakai produk ini, karena dengan satu sapuan kecil bisa menjangkau satu ukuran penuh kuku mulai dari pangkal hingga ujung" Ucapku lancar seperti pramuniaga yang sedang bertugas melayani konsumen membeli barang dagangan.
"Lucu ya warnanya" Tangan pak Putra awalnya mengulur dengan semangat ke arah jemari tanganku tetapi akhirnya menggantung lalu beliau menepuk keningnya dan berbalik dengan kepala menunduk dan menggeleng pelan.
"Ya ampun, Sari, tolong, maaf, saya..." Pak Putra tidak menyelesaikan kalimatnya yang terdengar berantakan dengan tubuh masih memunggungiku.
Aku menganggukkan kepala, rasanya sekarang aku paham apa yang pak Putra cemaskan, pria ini mungkin takut kembali ke jalan yang salah apabila sering berinteraksi atau bergaul denganku.
"Sekarang saya paham pak" Ucapku lembut.
"Untuk bertahan dan konsisten selama puluhan tahun itu sangat berat, tetapi sejak kedatangan kamu bekerja di perusahaan ini, kamu adalah cobaan yang paling berat untuk saya" Kata pak Putra.
Aku menutup mulut, ya ampun segitu efeknya aku ini buat beliau? Pasti sangat berat sekali hari-hari yang pak Putra hadapi sejak aku bekerja di sini, pikirku pilu.
"Maaf pak, saya gak akan berusaha untuk mendekati bapak lagi dengan alasan apapun" Janjiku tanpa berpikir panjang.
Kami berdua memang tidak ada hubungan pekerjaan yang mengharuskan untuk sering berkomunikasi, karena keinginanku untuk menjadikan diri sendiri sebagai istri kedua atau istri simpanan atau lebih buruknya menjadi selingkuhannya lah yang membuat aku sering mendekatinya.
"Kamu mendekati saya? Kenapa?" Tanyanya bingung setelah memutar tubuhnya menghadap diriku.
"Eh, nggak, nggak kenapa-kenapa, saya cuma penasaran aja karena selama ini saya berpikir bapak gak mau ngobrol lama-lama sama saya karena gak suka sama saya"
"Ternyata ada alasan rahasia di balik ini, makanya saya nggak akan deketin bapak lagi" Lanjutku dengan bersungguh-sungguh.
Pak Putra mengangguk canggung.
"Dulu saya sampai pasang implan" Ucapnya pelan.
"Ha?" Tanyaku lebih di karenakan tidak mendengar ucapannya barusan.
"Dulu saya sampai pasang implan" Ulangnya lagi dengan tangan menutup mulutnya, tetapi kali ini suaranya terdengar jelas di pendengaranku.
"Implan?" Tanyaku kaget tidak percaya.
"Iya, masa lalu saya kacau, saya terlalu terobsesi jadi perempuan seutuhnya, pasang implan di sini sama di sini" Jawabnya dengan tangan bergerak ke bokong dan dadanya.
Aku terkesiap masih tidak percaya.
"Dulu saya punya sahabat, namanya Manto, dia yang selalu ingetin saya untuk kembali ke kodrat saya"
"Kamu jadi dengerin cerita saya deh, maaf Sari" Lanjutnya lagi dengan kepala menunduk dalam.
"Nggak, nggak perlu minta maaf pak, kenapa harus minta maaf? Justru karena..." Aku terdiam kikuk.
"Karena bulu mata palsu saya itu, dan karena keberadaan saya di sekitar bapak, jadi malah..." Aku kembali tidak melanjutkan perkataanku.
"Jangan bilang siapa-siapa ya, saya malu" Pak Putra mendongak dan menoleh padaku, wajahnya tampak merah.
"Ihh... udah pasti saya nggak bakalan bilang siapa-siapa" Ucapku dengan jari telunjuk dan jari tengah mengacung ke arahnya.
"Dan saya janji, nggak akan mendekati bapak lagi biar bapak nggak teringat sama masa lalunya" Lanjutku kemudian.
"Nemu bulu mata palsu di lorong bikin saya pengen nyobain, duh, godaannya" Pak Putra meringis.
"Maaf pak, tolong balikin bulu matanya biar... hehehe" Aku bingung ingin melanjutkan perkataan apa dan jadinya malah terkekeh sambil menjulurkan tanganku ke arahnya.
Tangan pak Putra merogoh kantung celana bahannya dan mengeluarkan bulu mata palsu milikku.
"Kalau boleh saya kasih saran" Ucapnya setelah beberapa detik terdiam.
"Iya, kenapa pak?" Tanyaku sambil melesakkan bulu mata palsu ke dalam kantung rok yang aku kenakan.
"Kamu lebih cantik gak pake bulu mata palsu, bulu mata kamu udah panjang dan lentik, pake maskara juga gak perlu" Pak Putra mengamati mataku lurus.
Aku tiba-tiba teringat kalau sebelah mataku tidak memakai bulu mata palsu, tanganku langsung bergerak menutupinya.
"Beneran, saya ngomong jujur, dan saran saya lagi, kamu kayanya lebih cantik kalau pake make-up natural, mata kamu lebar, jangan di smokey eye gitu, jadi serem, hehehe... saran saya gitu aja sih" Ucapnya kemudian.
"Oh, gitu ya pak?" Aku bergerak canggung dengan kembali menyematkan sejumput rambut ke belakang telinga.
"Iya, cobain deh besok make-up nya natural aja, kaya J-Lo dia kan suka tuh dandan natural-natural gitu"
"Baik pak, makasih sarannya" Aku tersenyum tipis, sarannya mungkin akan aku terapkan beberapa hari ke depan, karena jujur saja, aku tipe orang yang tidak percaya diri kalau keluar rumah tidak maksimal bermake-up.
"Saya kembali ke ruangan dulu ya, gak enak udah kelamaan ngobrolnya" Pak Putra menegakkan punggungnya.
Aku baru menyadari kalau ternyata pak Putra sangat tinggi.
Pria itu tersenyum, menepuk pundakku lalu melangkah meninggalkan aku sendiri.
"Terus gue musti ngincer siapa dong?" Aku tertunduk lesu setelah pak Putra menghilang dari pandanganku.
Tbc
Incer tukang tahu bulat di goreng dadakan aja sar 😅😆
19/9/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Simatupang
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading