8. pria jangkung bermata tajam

483 93 0
                                    

meletin shanti sama dedew ya dek rafa? 😅😂

Sari POV

Aku mengamati Melan sedari pagi.
Ingin menanyakan sesuatu tetapi sampai masuk waktunya makan siang pertanyaan tersebut tidak terlontarkan dari mulutku ini.

"Kalau mau nanya, nanya deh sekarang, mumpung udah gak banyak kerjaan" Melan seakan tahu apa yang hendak aku utarakan padanya.

"Eungg... aku mau tanya sesuatu, tapi jangan tersinggung ya Mel"

"Mau nanya apaan sih? Emang kapan gue pernah tersinggung sama omongan atau pertanyaan elu?" Melan memutar kursinya ke arahku.

"Hehehe... gak pernah sih, cuma kalau pertanyaan sekarang takut nyinggung gitu" Aku terkekeh sambil menyibak rambut panjangku ke belakang.

"Mau nanya apa?" Tanya Melan dengan pandangan terpusat padaku.

"Jam tangan yang aku kasih pas kamu ulang tahun kok gak pernah di pakai?" Tanyaku akhirnya.

Pertanyaan ini terbesit di pikiran bukannya tidak sengaja.

Aku teringat jam tangan tersebut setelah melihat seorang pria memakainya semalam.

Pria jangkung berambut coklat dan memiliki tatapan tajam.

Pakaian yang dia kenakan padahal biasa saja, kemeja polos warna putih dan celana cream, tetapi pria itu tampak mempesona.

Aku tahu usianya pasti jauh di bawahku, karena wajahnya terlihat muda.

Tetapi pesonanya membuat mata kaum hawa terpaku padanya sejak dia memasuki cafe yang semalam aku singahi.

Sepanjang pembicaraanku dengan lelaki kenalan yang aku kenal lewat aplikasi pertemanan, berjalan membosankan, sampai mataku ini terpaku oleh sosok jangkung bermata tajam itu.

Pergelangan tangannya di hiasi jam tangan limited editon.

Aku langsung teringat pada jam yang sama yang pernah aku berikan pada Melan, jam Gsho*k frogman gwfd1000b-1ltd.

Melan menyukai jam tangan cas*o tipe gsho*k, kami berdua memang menyukai jam tangan pria walaupun berbeda merk.

"Ada kok di rumah, jarang gue pake karena takut rusak, kan mahal" Melan memperlihatkan cengiran lebar.

Jam tersebut memang mahal karena limited edition, tetapi tidak semahal jam koleksian milikku.

Aku tidak mempermasalahkan soal harga saat memberikan jam tersebut sebagai hadiah untuk Melan.

Persahabatan kami lebih mahal dari apapun.

Tetapi melihat jam yang sama dipakai oleh pria jangkung bermata tajam itu aku jadi berpikir, apa Melan menjual jam tersebut ke orang lain, mengingat harganya tidak murah.

"Ih, kalau rusak tinggal beli lagi, kamu mau yang tipe apalagi? Aku juga mau beli jam nih" Tawarku padanya.

"Ngomong enak bener kalau rusak tinggal beli lagi, emang belinya gak pake uang?" Melan mendelik.

"Dapat transferan dari om mana lagi nih?" Tanyanya kemudian setelah kursinya bergeser mendekat.

Aku kembali menyibak rambut panjangku.

"Aku udah lama gak minta transfer ke om-om kenalan aku sejak fokus mau deketin pak Putra" Jawabku jujur.

Pria baya yang semalam aku temui memang tidak masuk hitunganku karena dari awal aku memang tidak berniat untuk serius merayunya.

"Eh Sar, jujur deh sama gue, pertanyaan ini memang sering gue tanyain"

"Tapi gue masih aja penasaran karena elu jawab sekenanya" Lanjutnya lagi setelah melongok ke kanan dan ke kiri, ruangan kami memang masih ada beberapa teman sekerja yang duduk di tempat masing-masing, mereka masih tampak fokus bekerja padahal sudah hampir makan siang.

Simatupang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang