CHAPTER 1

28.4K 1.1K 11
                                    

Happy Reading!

***

Nama panjangnya Svetlana Hernandez. Kerap disapa dengan nama Svetla atau Vetla. Memiliki wajah yang cantik membuatnya mudah untuk menaklukan cowok diluar sana. Tetapi tenang saja, Svetla tidak memanfaatkan wajahnya hanya untuk mendapatkan kekasih. Bahkan dirinya belum pernah pacaran.

Baginya, memiliki pacar hanya menambah beban hidupnya saja. Membuang-buang waktu demi mengurusi seorang cowok? Tidak mungkin Svetla akan melakukan itu. Belum lagi jika dapat cowok yang posesif, ah Svetla menyukai kebebasan.

Kegiatan yang sangat Svetla sukai adalah memasak. Dapur menjadi tempat yang sering ia kunjungi hampir setiap harinya. Saat sedang ada masalah pun, Svetla biasanya akan pergi ke dapur, melampiaskan kekesalannya dengan membuat sesuatu yang baru dengan resepnya, lalu menghabiskannya sendiri. Begitu cara Svetla mengalihkan rasa marah di dirinya.

Seperti pagi ini, Svetla sudah berada didapur, menyiapkan sarapan untuk kedua orang tuanya dan adiknya. Biasanya Ibu yang akan menyiapkan sarapan, tapi Svetla sudah berpesan kepada Ibu semalam, agar besok pagi dia saja yang menyiapkan sarapan.

Terkadang, Svetla juga menyiapkan tiga porsi sandwich yang ditempatkan di kotak bekal yang murah. Kenapa yang murah? Karena itu akan dibagikan untuk tiga orang pertama yang ia lihat dijalan. Kalau pakai kotak bekal yang mahal, Svetla akan bangkrut.

Ia menutup kotak bekal terakhir yang akan dibawa adiknya ke sekolah. Setelah semua beres, Svetla bergegas pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri bersiap-siap pergi ke sekolah.

Membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk bersiap. Ini masih jam enam pagi, masih banyak waktu untuk ikut sarapan bersama keluarganya.

"Pagi Vetla," Ayah tersenyum menyapa Svetla.

Svetla balas tersenyum. "Pagi semua!"

"Gimana masakan Vetla? Enak?"

"Enak. Persis masakan Ibu." Jawab Ayah.

"Kan Ibu guru masak Vetla," Svetla tertawa pelan disela-sela mengunyah roti selai nya.

"Kamu mau berangkat bareng Ayah?" Tanya Ibu.

Svetla menggeleng pelan. "Aku mau bagi-bagi sandwich."

"Jadi, Ayah berangkat sendiri lagi nih?"

"Ajak Vay aja, dia kan masih kecil, nanti diculik."

"Aku udah gede ya Kak!" Balas adiknya tidak terima.

"Iya gede, uda ngerti ngejar-ngejar cowok." Melihat wajah adiknya yang cemberut membuat Svetla tertawa kencang.

"Jangan goda adikmu terus." Ibu memperingati.

Svetla bangkit dari duduknya, berjalan ke pantry dapur, mengambil tiga paper bag yang ia taruh disana.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Svetla memakai sepatunya lalu pergi keluar rumah. Sebelum benar-benar pergi dari halaman rumah, ia melihat Vaine-adiknya yang sedang berdiri seperti menunggu seseorang.

"Vay, bener gak mau bareng Ayah? Atau naik angkot bareng Kakak?" Svetla menawari.

Jawabannya tetap gelengan.

"Emang kamu berangkat sama siapa?"

"Tetangga depan rumah." Balasnya.

"Naik?"

"Sepeda."

"Lho, kok Eros mau? Kamu yang paksa, ya?"

"Enggak!" Jawabnya ngegas.

SVETLARION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang