CHAPTER 15

6.6K 511 21
                                    

Happy Reading!

***

Mata Orion membelalak melihat seorang gadis berambut pirang ikut bergabung di meja makan rumah keluarganya. Tadi Mama berpesan kepada Orion dan Svetla untuk menghadiri makan malam lagi. Kali ini keluarga Orion lebih lengkap, ada Lateshia, Om Zayen yang merupakan kembaran dari Papa Orion, dan Devan yang ternyata adalah sepepu Orion. Ah, satu orang lagi di lupakan, Aloody. Orion sudah menebak-nebak kalau Oma yang mengundangnya. Untuk apa juga? Pasti untuk membandingkan Aloody dengan Svetla. Sudah ketebak di awal.

Orion menggenggam punggung tangan Svetla yang berada di atas pahanya. Dirasa gadis itu sedikit tegang apalagi melihat Aloody ada di sana, pasti pikirannya sudah berkelana.

"Lo gak bilang kalau Devan ternyata sepupu lo," bisik Svetla.

"Buat apa? Gak penting juga."

"Masih saudara Orion, gak boleh begitu." Svetla memperingati.

Orion tidak mengacuhkan omongan Svetla. Matanya menatap tajam Aloody yang secara terang-terangan menatap dirinya.

Kenapa dia gak tau malu banget natap gue begitu? Ah, dia kan emang gak pernah punya malu. Batin Orion.

Svetla beralih memandang Aloody yang masih terus menatap suaminya. Dengan sengaja ia mendekati Orion, lalu menarik tengkuk cowok itu dan mengecup bibir Orion sekilas.

Bukan hanya mata Aloody yang membola, Orion juga. Bahkan tubuh cowok itu sedikit tegang karena terkejut Svetla berani melakukan hal itu di depan orang banyak.

Svetla baru sadar bahwa ia menjadi pusat perhatian. Svetla tesenyum penuh kemenangan melihat Aloody yang sudah menahan amarah.

"Pengantin baru masih romantis-romantis, ya." Mama tertawa.

"Anak Mama minta jatah haha," Orion melotot tidak terima. Apa-apaan ini? Dia yang nyosor duluan malah membawa-bawa namanya.

"Mama maklumi sih," lagi-lagi Mama tertawa di ikuti Papa yang tertawa pelan.

"Zeo gak bilang kalau punya menantu secantik kamu, Svetla."

"Makasih Om pujiannya," Svetla tersenyum malu.

"Tumben malu-malu," bisik Orion.

"Kamu udah kenal dengan Devan anak saya?" Tanya Om Zayen.

Svetla mengangguk. "Udah, Vetla pernah liat dia beberapa kali di sekolah sama waktu itu dia berantem sama-Arghh kurang ajar lo!" Svetla menatap sengit Orion. Tangan cowok itu tadi meraba-raba pahanya. Orion sengaja melakukannya agar Svetla berhenti berbicara.

"Minta jatah," kata Orion pelan sambil tersenyum smirk, lalu cowok itu mengedipkan mata kirinya bermaksud menggoda Svetla.

Sialan! Ini cowok bener-bener. Batin Svetla meneggerutu.

"Devan berantem sama siapa?" Om Zayen bertanya.

Svetla ragu untuk menjawabnya, tapi Papa sudah lebih dulu menebak dengan benar.

"Orion?" Tebak Papa. "Orion kan?"

"Jangan takut jawab begitu, Nak. Bilang aja gak papa,"

Svetla mengangguk pelan.

Papa menghela napas berat. Matanya menatap tajam Orion. "Habis ini kamu ikut Papa." Tatapannya beralih ke arah Devan. "Kamu juga Devan."

Orion dan Devan mengangguk saja.

"Aloody bilang ke Oma kamu perlakuin dia kasar lagi ya?" Oma membuka suara.

"Siapa? Orion?" Orion menunjuk dirinya. "Kalau dia gak ganggu Orion juga, Orion gak akan kasar. Males juga ngeladenin cewek jadi-jadian kayak dia."

SVETLARION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang